Always be honest, would you want them to lie to u?
Be there when they need u or u may wind up alone.
Cheer them on, we all need encouragement now and then
Don’t look for their faults, even if u’ve none
Encourage their dreams, what would we be without them
Forgive them, u just may do something wrong sometime
Get together often, misery loves company, so does glee
Have faith in them, the human animal is remarkable
Include them, u may need to be included sometime
Just be there, when they need u
Know when they need a hug, and could u use the one?
Love them unconditionally that is the only condition
Make them feel special, because aren’t we all special?
Never forget them, who wants to feel forgotten?
Offer to help, and know when say “no, thanks!” is just politeness
Praise them honestly and openly
Quietly disagree, noisy no’s make enemies
Really listen a friendly ear is soothing balm
Say u’re sorry, don’t let them assume it
Talk frequently, communication is important
Use good judgment...
Verbalize ur feelings…
Wish them luck, hopefully good
Xamine ur motives before u “help” out
Your words count, use them wisely
Zip ur lips when told a secret
Following these ABC’s as often as you are able, you should live a long and friend filled life…
Senin, 16 Februari 2009
makna diam
1- diam adalah ibadah tanpa bersusah payah.
2-Diam adalah perhiasan tanpa berias.
3-Diam adalah kehebatan tanpa kerajaan.
4-Diam adalah benteng tanpa pagar.
5-Diam adalah merupakan kekayaan tanpa minta
maaf dari orang lain.
6-Diam adalah penutup keaiban(cacat),menjadi
keindahan bagi orang ALIM
dan menutupi kekurangan bagi orang bodoh.
7-Diam adalah menjadikan istirahat bagi kedua
MALAIKAT pencatat amal.
ttd
ayid
1- diam adalah ibadah tanpa bersusah payah.
2-Diam adalah perhiasan tanpa berias.
3-Diam adalah kehebatan tanpa kerajaan.
4-Diam adalah benteng tanpa pagar.
5-Diam adalah merupakan kekayaan tanpa minta
maaf dari orang lain.
6-Diam adalah penutup keaiban(cacat),menjadi
keindahan bagi orang ALIM
dan menutupi kekurangan bagi orang bodoh.
7-Diam adalah menjadikan istirahat bagi kedua
MALAIKAT pencatat amal.
ttd
ayid
puisi untuk HabibAllah
RINDUKU UNTUK KEKASIH ALAM
By : ayid
Kugoreskan pena ini
Sbagai penyembuh rinduku
dan tanda Cintaku yang terdalam..
diriku sadar.. Aku ini bukan siapa-siapa..
aku bukanlah seorang penyair
yang mahir menyulami untaian kata indah.
Dan Aku bukanlah seorang puitis nan romantis
yang dapat menulis rangkaian kalimat yang harum
laksana Kasturi untukmu..
Aku hanyalah sebutir pasir di luasnya padang pasir
Namun.. apa yang aku tuliskan kepadamu
Berasal dari lubuk sanubariku
Wahai kau Rasulullah..
Ijinkan aku yang dhaif ini
Mengutarakan isi sanubariku kepadamu
Walaupun kau tak terlihat oleh mataku
Tak tersentuh oleh indraku
Terlalu jauh jarak yang membentang diantara kita
Hingga lelahku langkahkan kaki ini
dalam mencari tauladan yang dapat membimbingku
Di saat hatiku sedang resah dan gelisah..
Aku mencari-cari cahaya di dalam kegelapan..
Hingga seberkas cahaya yang terpancar..
Membuatku merasa bersyukur Karena menemukanmu
Mempunyai seorang panutan sepertimu..
meskipun hanya Melalui shirah aku mengenalmu
Wahai kau kekasih Allah..
Akhlakmu yang mulia senantiasa kau jaga..
Nafsumu slalu dididik..
Oleh murabbimu yang tiada duanya..
Imanmu yang kuat mengakar daging di tubuhmu..
Ihsanmu terpuji..
Sucinya hatimu terpancar di wajahmu..
Membuat semuan mata sejuk memandangmu.
Lancar bibirmu menyebut Allah jua ayat-ayat-Nya..
menggetarkan qalbu siapapun jua
Pintar akalmu.. Senantiasa terjaga oleh Al-Quran..
Hidupmu hanya untuk berjuang di Jalan-Nya..
Sungguh
Seandainya alam raya yang indah ini dapat berkata..
Pasti hanya pujian yang akan terucapkan
Karena kau memang tak pantas untuk dicela
Rasulullah yang aku cintai…
Tidak pernah kurasakan perasaan cinta
yang begitu dasyatnya..
Seperti cinta ini kepadamu
Dan bagiku tiada makhluk yang lebih pantasku cintai
Melebihi dirimu
Tidak pernah jua kurasakan rasa rindu
yang begitu sejuk di qalbu..
selain rindu ketikaku Mengingatmu ya Rasulullah..
Engkaulah Sang belahan jiwa bagi seluruh
Umat manusia di jagat raya
Duhai kau junjunganku..
aku mencintaimu karena mulutmu yang
selalu berdzikir menyebut asma-Nya..
Jua merindukan perkataanmu yang selalu
mengingatkan manusia akan kebenaran yang haqiqi..
Dan merindukan wajahmu yang selalu basah
karena wudhu’mu..
Serta Aku mencintaimu karena kau mencintai
Setiap umatmu tanpa pandang golongan
Wahai kau cahaya kehidupan..
Hadirmu di dunia bagaikan pelita..
Kau terangi dunia dengan cahaya indahmu..
Kau sampaikan amanah dan petunjuk dari-Nya..
Kau berikan suri tauladan yang baik..
Mengangkat manusia dari keadaan jahiliyah..
Menuju alam yang teramat indah..
Terkadang aku cemburu kpadamu
Karena Rabbmu begitu mencintaimu
Yang dibanggakan slalu namamu
Yang bgitu snang Ia dengar pasti doamu
Betapa kau dicintainya kau oleh kekasihmu
Tapi siapalah diriku ini..
Jangankan menyaingimu..
Melaksanakan semua sunnahmu saja aku tak mampu..
Duhai kau kekasih alam..
Terlalu banyak kata yang tak mampuku ungkapkan
namun aku slalu bermunajat di setiap sujudku kepada-Nya
agar suatu saat nanti aku dapat berjumpa denganmu..
menatap indahnya senyummu yang teramat indah
sambil mendekap wajahmu yang bersinar
hinga dahaga kerinduanku kepadamu terobati..
dan kau catat diriku sebagai umatmu
dihari persaksian kelak..amin
al-faqir
ayid
By : ayid
Kugoreskan pena ini
Sbagai penyembuh rinduku
dan tanda Cintaku yang terdalam..
diriku sadar.. Aku ini bukan siapa-siapa..
aku bukanlah seorang penyair
yang mahir menyulami untaian kata indah.
Dan Aku bukanlah seorang puitis nan romantis
yang dapat menulis rangkaian kalimat yang harum
laksana Kasturi untukmu..
Aku hanyalah sebutir pasir di luasnya padang pasir
Namun.. apa yang aku tuliskan kepadamu
Berasal dari lubuk sanubariku
Wahai kau Rasulullah..
Ijinkan aku yang dhaif ini
Mengutarakan isi sanubariku kepadamu
Walaupun kau tak terlihat oleh mataku
Tak tersentuh oleh indraku
Terlalu jauh jarak yang membentang diantara kita
Hingga lelahku langkahkan kaki ini
dalam mencari tauladan yang dapat membimbingku
Di saat hatiku sedang resah dan gelisah..
Aku mencari-cari cahaya di dalam kegelapan..
Hingga seberkas cahaya yang terpancar..
Membuatku merasa bersyukur Karena menemukanmu
Mempunyai seorang panutan sepertimu..
meskipun hanya Melalui shirah aku mengenalmu
Wahai kau kekasih Allah..
Akhlakmu yang mulia senantiasa kau jaga..
Nafsumu slalu dididik..
Oleh murabbimu yang tiada duanya..
Imanmu yang kuat mengakar daging di tubuhmu..
Ihsanmu terpuji..
Sucinya hatimu terpancar di wajahmu..
Membuat semuan mata sejuk memandangmu.
Lancar bibirmu menyebut Allah jua ayat-ayat-Nya..
menggetarkan qalbu siapapun jua
Pintar akalmu.. Senantiasa terjaga oleh Al-Quran..
Hidupmu hanya untuk berjuang di Jalan-Nya..
Sungguh
Seandainya alam raya yang indah ini dapat berkata..
Pasti hanya pujian yang akan terucapkan
Karena kau memang tak pantas untuk dicela
Rasulullah yang aku cintai…
Tidak pernah kurasakan perasaan cinta
yang begitu dasyatnya..
Seperti cinta ini kepadamu
Dan bagiku tiada makhluk yang lebih pantasku cintai
Melebihi dirimu
Tidak pernah jua kurasakan rasa rindu
yang begitu sejuk di qalbu..
selain rindu ketikaku Mengingatmu ya Rasulullah..
Engkaulah Sang belahan jiwa bagi seluruh
Umat manusia di jagat raya
Duhai kau junjunganku..
aku mencintaimu karena mulutmu yang
selalu berdzikir menyebut asma-Nya..
Jua merindukan perkataanmu yang selalu
mengingatkan manusia akan kebenaran yang haqiqi..
Dan merindukan wajahmu yang selalu basah
karena wudhu’mu..
Serta Aku mencintaimu karena kau mencintai
Setiap umatmu tanpa pandang golongan
Wahai kau cahaya kehidupan..
Hadirmu di dunia bagaikan pelita..
Kau terangi dunia dengan cahaya indahmu..
Kau sampaikan amanah dan petunjuk dari-Nya..
Kau berikan suri tauladan yang baik..
Mengangkat manusia dari keadaan jahiliyah..
Menuju alam yang teramat indah..
Terkadang aku cemburu kpadamu
Karena Rabbmu begitu mencintaimu
Yang dibanggakan slalu namamu
Yang bgitu snang Ia dengar pasti doamu
Betapa kau dicintainya kau oleh kekasihmu
Tapi siapalah diriku ini..
Jangankan menyaingimu..
Melaksanakan semua sunnahmu saja aku tak mampu..
Duhai kau kekasih alam..
Terlalu banyak kata yang tak mampuku ungkapkan
namun aku slalu bermunajat di setiap sujudku kepada-Nya
agar suatu saat nanti aku dapat berjumpa denganmu..
menatap indahnya senyummu yang teramat indah
sambil mendekap wajahmu yang bersinar
hinga dahaga kerinduanku kepadamu terobati..
dan kau catat diriku sebagai umatmu
dihari persaksian kelak..amin
al-faqir
ayid
untukmu Rohisku
BY : @Y!D
Rohis
Kau bagaikan bumi bagiku
Di mana aku pernah hidup di dalammu
Bersama penghunimu yang beraneka ragam
Namun ku senang dengannya
Rohis
Kau telah mempercayaiku tuk menjadi bulanmu
Padahal aku hanyalah pijar kecil yang redup dulunya
Tapi aku selalu bertekad menjadi purnama
Hingga aku dapat menyinarimu semampuku
Walau terkadang cahaya itu bukan dariku asalnya
Namun dari matahari adanya
Rohis
Kau telah mengajariku cara menyinari
Menyinari dirimu dan diriku sendiri
Dan kau juga telah mengenalkan kepadaku
Cahaya – cahaya yang terang
Yang belum pernah ku kenal sebelumnya
Cahaya dari bidadari – bidadari dan bidadara itu
Rohis
Kau tahu aku hanyalah bulan
Yang tidak mungkin selalu menjadi purnama
Walau itu tekadku dulu
Namun aku tak dapat melawan waktu
Yang memaksakanku untuk berevolusi
Rohis
Terkadang aku ingin menjadi matahari untukmu
Namun itu tak mungkin terjadi
Karena sinar mataharimu lebih baik dari sinarku
Dan terkadang akupun berhutang sinar padanya
Walau mungkin aku tak perlu melunasinya
Rohis
Terima kasih ku ucapkan untukmu
Yang telah memilihku sebagai bulanmu
Dan mengenalkan pada pendudukmu dan alam raya ini
Bahwa akulah bulanmu
Rohis
Maafkan diriku bila tak mampu menyinarimu dengan baik
Karena kini saatnya aku menjadi bintang kecil yang baru
Yang akan menyinarimu dari jauh
Dengan sinarku sendiri walau kecil adanya
Rohis
Kau bagaikan bumi bagiku
Di mana aku pernah hidup di dalammu
Bersama penghunimu yang beraneka ragam
Namun ku senang dengannya
Rohis
Kau telah mempercayaiku tuk menjadi bulanmu
Padahal aku hanyalah pijar kecil yang redup dulunya
Tapi aku selalu bertekad menjadi purnama
Hingga aku dapat menyinarimu semampuku
Walau terkadang cahaya itu bukan dariku asalnya
Namun dari matahari adanya
Rohis
Kau telah mengajariku cara menyinari
Menyinari dirimu dan diriku sendiri
Dan kau juga telah mengenalkan kepadaku
Cahaya – cahaya yang terang
Yang belum pernah ku kenal sebelumnya
Cahaya dari bidadari – bidadari dan bidadara itu
Rohis
Kau tahu aku hanyalah bulan
Yang tidak mungkin selalu menjadi purnama
Walau itu tekadku dulu
Namun aku tak dapat melawan waktu
Yang memaksakanku untuk berevolusi
Rohis
Terkadang aku ingin menjadi matahari untukmu
Namun itu tak mungkin terjadi
Karena sinar mataharimu lebih baik dari sinarku
Dan terkadang akupun berhutang sinar padanya
Walau mungkin aku tak perlu melunasinya
Rohis
Terima kasih ku ucapkan untukmu
Yang telah memilihku sebagai bulanmu
Dan mengenalkan pada pendudukmu dan alam raya ini
Bahwa akulah bulanmu
Rohis
Maafkan diriku bila tak mampu menyinarimu dengan baik
Karena kini saatnya aku menjadi bintang kecil yang baru
Yang akan menyinarimu dari jauh
Dengan sinarku sendiri walau kecil adanya
waktunya telah tiba
WAKTUNYA TELAH TIBA
BY: AYID
TEMANKU…
MASIH TERBAYANG JELAS DIMATA INI
SAAT – SAAT ITU
KETIKA KAU MENGHULURKAN TANGANMU
SEBAGAI TANDA PERSAHABATAN KITA
PERTEMUAN KITA DI WAKTU ITU
JUGA MENGISYARATKAN TANDA PERSAUDARAAN DI ANTARA KITA
SENYUM MANIS TERUKIR DENGAN INDAHNYA
DI UJUNG BIBIR ITU
TANPA KITA SADARI…
MALAM SIANG BERLALU
DETIK MENIT PUN BERLARI DENGAN CEPATNYA
HARI, MINGGU, BULAN SILIH BERGANTI
NAMUN KINI IA DATANG MENGHAMPIRI KITA
TANPA MELIHAT KEADAAN KITA
PERPISAHAN..
IALAH SOSOK YANG MENJADI PENYEBAB SEMUA INI
YANG AKAN MEMISAHKAN AKU DAN KAU
DAN AKAN MENGHENTIKAN PERJALANAN KITA
KU DUDUK DI TEMANI MALAM
KU BERBISIK PADA BINTANG – BINTANG
HARUSKAH PERPISAHAN INI TERJADI
APAKAH INI AKHIR DARI KISAH INI
NAMUN IA HANYA DIAM SERIBU BAHASA
BERKELAP-KELIP MENGHIBURKU
TEMAN ..
MENGAPA DI SAAT SENYUMMU TERUKIR
SAYANGMU MULAI KURASAKASN
UKHUWAH MULAI TERJALIN
TAPI MENGAPA IA DATANG MENGHAMPIRI KTA
TEBING TINGGI KAN KU DAKI
LAUTAN PUN KAN KU SEBRANGI
ANDAI IA BISA MENGHALANGI SEMUA INI
DEMIMU TEMAN..
MASIH ADAKAH SENYUMMU UNTUKKU TEMAN
WALAU SEPERCIK DI WAJAHMU
HARUSKAH SEMUA KENANGAN TANG TELAH KITA BINA
SIRNA BEGITU SAJA
SELAMAT JALAN TEMAN
INGATLAH DAKU TEMANMU
WALAU MUNGKIN KITA TAKKAN PERNAH BERJUMPA LAGI
WALAU HANYA DALAM MIMPI
BY: AYID
TEMANKU…
MASIH TERBAYANG JELAS DIMATA INI
SAAT – SAAT ITU
KETIKA KAU MENGHULURKAN TANGANMU
SEBAGAI TANDA PERSAHABATAN KITA
PERTEMUAN KITA DI WAKTU ITU
JUGA MENGISYARATKAN TANDA PERSAUDARAAN DI ANTARA KITA
SENYUM MANIS TERUKIR DENGAN INDAHNYA
DI UJUNG BIBIR ITU
TANPA KITA SADARI…
MALAM SIANG BERLALU
DETIK MENIT PUN BERLARI DENGAN CEPATNYA
HARI, MINGGU, BULAN SILIH BERGANTI
NAMUN KINI IA DATANG MENGHAMPIRI KITA
TANPA MELIHAT KEADAAN KITA
PERPISAHAN..
IALAH SOSOK YANG MENJADI PENYEBAB SEMUA INI
YANG AKAN MEMISAHKAN AKU DAN KAU
DAN AKAN MENGHENTIKAN PERJALANAN KITA
KU DUDUK DI TEMANI MALAM
KU BERBISIK PADA BINTANG – BINTANG
HARUSKAH PERPISAHAN INI TERJADI
APAKAH INI AKHIR DARI KISAH INI
NAMUN IA HANYA DIAM SERIBU BAHASA
BERKELAP-KELIP MENGHIBURKU
TEMAN ..
MENGAPA DI SAAT SENYUMMU TERUKIR
SAYANGMU MULAI KURASAKASN
UKHUWAH MULAI TERJALIN
TAPI MENGAPA IA DATANG MENGHAMPIRI KTA
TEBING TINGGI KAN KU DAKI
LAUTAN PUN KAN KU SEBRANGI
ANDAI IA BISA MENGHALANGI SEMUA INI
DEMIMU TEMAN..
MASIH ADAKAH SENYUMMU UNTUKKU TEMAN
WALAU SEPERCIK DI WAJAHMU
HARUSKAH SEMUA KENANGAN TANG TELAH KITA BINA
SIRNA BEGITU SAJA
SELAMAT JALAN TEMAN
INGATLAH DAKU TEMANMU
WALAU MUNGKIN KITA TAKKAN PERNAH BERJUMPA LAGI
WALAU HANYA DALAM MIMPI
untukmu
Untukmu
By : ayid
Dimalam yang gelap nan larut ini
Aku masih terjaga di kesendirianku
Lamunan membawaku jauh tentu arah
Aku sendiri tak mengerti apayang sedang terjadi
Wahai kau yang tak pernah ku sapa
Dan tersenyum kepadaku
Mengapa aku gelisah akanmu
Ingin membawamu hadir dalam mimpiku
Wahai kau yang tak pernahku lihat
Saat ini kau masih menjadi misteri bagiku
Yang aku tak tahu sampai kapan terus begini
Keberadaanmu pun tak pernah ku ketahui
Wahai kau yang kurindui senyumanmu
Yang terukir indah di bibirmu
Panjatan doa darimu lisanmu
Dan dorongan semangatmu untukku
Wahai kau yang berada dalam khayalanku
Ingin rasanya aku persembahkan sesuatu untukmu
Tapi keberadaanmu tak pernahku ketahui
Namun aku yakin bahwa kau tercipta untukku
Pkl 00.30 WIB
Bna
By : ayid
Dimalam yang gelap nan larut ini
Aku masih terjaga di kesendirianku
Lamunan membawaku jauh tentu arah
Aku sendiri tak mengerti apayang sedang terjadi
Wahai kau yang tak pernah ku sapa
Dan tersenyum kepadaku
Mengapa aku gelisah akanmu
Ingin membawamu hadir dalam mimpiku
Wahai kau yang tak pernahku lihat
Saat ini kau masih menjadi misteri bagiku
Yang aku tak tahu sampai kapan terus begini
Keberadaanmu pun tak pernah ku ketahui
Wahai kau yang kurindui senyumanmu
Yang terukir indah di bibirmu
Panjatan doa darimu lisanmu
Dan dorongan semangatmu untukku
Wahai kau yang berada dalam khayalanku
Ingin rasanya aku persembahkan sesuatu untukmu
Tapi keberadaanmu tak pernahku ketahui
Namun aku yakin bahwa kau tercipta untukku
Pkl 00.30 WIB
Bna
wanita idamanku
BY : AYID
Wanita shalehah….
Adalah sebaik – baik keindahan
Menatapnya menyejukkan qalbuku
Mendengarkan suaranya menghanyutkan bathinku Wanita shalehah….
Adalah bidadari syurga yang hadir ke dunia
Yang meneguhkan jihad suami
Penebar rahmat bagi rumah tangga, dunia, dan akhirat
Wanita shalehah….
Bagiku ia adalah perhiasan dunia yang terindah
Hidup yang gelapkan menjadi terang
Bila ia menemani hari - hariku
Bagiku hanya wanita yang berimanlah
Yang bisa djadikan teman
Dalam tiap kesusahan
Wanita shalehah… Ia kan selalu jadi hiburan
Aurat selalu di tutup demi kehormatan
Alquran dan sunnah menjadi pedomannya
Iman dan islam pun telah menjadi keyakinan
Menurutku hanya wanita shalehah
Yang punya cinta sejati
Yang akan tetap setia
Di dalam kehidupan ini Dari hidup sampai mati
Ia menampakkan kemuliaan
Ia bagaikan setangkai melati yang tumbuh menyinari
Di tengah gelapnya kehidupan
Ya Rabbi….
Sungguh jika waktunya tlah tiba nanti
Izinkan daku memetik setangkai melati-MU
Untuk menghiasi taman dan mewangikan kehidupanku
Demi menambah cintaku pada-Mu ya Rabbi…..
Wanita shalehah….
Adalah sebaik – baik keindahan
Menatapnya menyejukkan qalbuku
Mendengarkan suaranya menghanyutkan bathinku Wanita shalehah….
Adalah bidadari syurga yang hadir ke dunia
Yang meneguhkan jihad suami
Penebar rahmat bagi rumah tangga, dunia, dan akhirat
Wanita shalehah….
Bagiku ia adalah perhiasan dunia yang terindah
Hidup yang gelapkan menjadi terang
Bila ia menemani hari - hariku
Bagiku hanya wanita yang berimanlah
Yang bisa djadikan teman
Dalam tiap kesusahan
Wanita shalehah… Ia kan selalu jadi hiburan
Aurat selalu di tutup demi kehormatan
Alquran dan sunnah menjadi pedomannya
Iman dan islam pun telah menjadi keyakinan
Menurutku hanya wanita shalehah
Yang punya cinta sejati
Yang akan tetap setia
Di dalam kehidupan ini Dari hidup sampai mati
Ia menampakkan kemuliaan
Ia bagaikan setangkai melati yang tumbuh menyinari
Di tengah gelapnya kehidupan
Ya Rabbi….
Sungguh jika waktunya tlah tiba nanti
Izinkan daku memetik setangkai melati-MU
Untuk menghiasi taman dan mewangikan kehidupanku
Demi menambah cintaku pada-Mu ya Rabbi…..
terangilah
TERANGILAH
By : AYID
Oh sang surya..
Dimanakah engkau kini
Mengapa kau tak menyinari hati ini lagi
Mengapa kau bersembunyi
Di saat ku membutuhkanmu
Mengapa harus tercipta duka
Kalau suka itu indah
Mengapa harus ada masalah dalam hidup ini
Kalau bebas itu nikmat nyatanya
Mungkin ribuan orang mengaku temanku
Tapi tak seorangpun membantuku
Disaatku diserang masalah
Apakah itu yang namanya teman
Mungkin hanya lewat tinta ini
Ku bisa mencurahkan beban ini
Beban yang selama ini menghantuiku
Di saat terang dan gelap gulita
Mungkin aku akan marah
Jika aku di katakan pecundang
Tapi nyatanya…
Apa dayaku…
Oh sang surya
Bersinarlah dengan cahayamu
Terangilah hatiku ini
Hati yang penuh duka..
By : AYID
Oh sang surya..
Dimanakah engkau kini
Mengapa kau tak menyinari hati ini lagi
Mengapa kau bersembunyi
Di saat ku membutuhkanmu
Mengapa harus tercipta duka
Kalau suka itu indah
Mengapa harus ada masalah dalam hidup ini
Kalau bebas itu nikmat nyatanya
Mungkin ribuan orang mengaku temanku
Tapi tak seorangpun membantuku
Disaatku diserang masalah
Apakah itu yang namanya teman
Mungkin hanya lewat tinta ini
Ku bisa mencurahkan beban ini
Beban yang selama ini menghantuiku
Di saat terang dan gelap gulita
Mungkin aku akan marah
Jika aku di katakan pecundang
Tapi nyatanya…
Apa dayaku…
Oh sang surya
Bersinarlah dengan cahayamu
Terangilah hatiku ini
Hati yang penuh duka..
tentangnya
BY : @Y!D
Gundah nan gelisah terus menemaniku
Detik demi detik yang berlari tak ku hiraukan
Lilitan sarafku terus bekerja dengan kerasnya
Namun tak berhasil menjawab akan semua ini
Ku coba diam untuk sekejap
Ku telusuru setiap jengkal dari ruang waktuku
Ku selami lorong – lorong hatiku
Namun tak jua ku temukan jawabnya
Walau hanya sepotong kata
Ku coba membuka lembaran – lembaran hatiku
Dan ku pastikan ia tak pernah ku kenali sebelumnya
Walau hanya sesaat saja
Tapi kini mengapa ia begitu akrab
Bermain dalam hayalku yang tak menentu
Ingin rasanya ku menjemputnya dari singgasana hatiku
Tuk hadir menemani hari – hariku yang hitam
Menghiburku dalam setiap dukaku
Tapi ku tak berani menyentuhnya
Walau hanya ujung kerudungnya saja
Gundah nan gelisah terus menemaniku
Detik demi detik yang berlari tak ku hiraukan
Lilitan sarafku terus bekerja dengan kerasnya
Namun tak berhasil menjawab akan semua ini
Ku coba diam untuk sekejap
Ku telusuru setiap jengkal dari ruang waktuku
Ku selami lorong – lorong hatiku
Namun tak jua ku temukan jawabnya
Walau hanya sepotong kata
Ku coba membuka lembaran – lembaran hatiku
Dan ku pastikan ia tak pernah ku kenali sebelumnya
Walau hanya sesaat saja
Tapi kini mengapa ia begitu akrab
Bermain dalam hayalku yang tak menentu
Ingin rasanya ku menjemputnya dari singgasana hatiku
Tuk hadir menemani hari – hariku yang hitam
Menghiburku dalam setiap dukaku
Tapi ku tak berani menyentuhnya
Walau hanya ujung kerudungnya saja
kenanganku
BY : ayid
Dentingan jam pukul 12 malam
Semua insan asyik dengan mimpinya
Nyanyian burung hantu sajalah yang terdengar
Serta pestanya para jangkrik
Tapi..
Daku masih terjaga
Sambil berusaha melupakannya
Yang setiap hari mengusikku
Tapi ku tak berdaya untuk itu
Kenangan bersamamu di kala itu
Senyum dan tawa yang terukir Manis
Tak mampuku lupakan
Sampai waktu itu tiba
Sang waktu yang telah memisahkan kita
Dan menghalangi kita untuk bersatu kembali
Hingga akhirnya kita berpisah
Walau berat rasanya
Tuhan berikanlah waktu sesaat untukku
Tuk menyatakan rasa ini yang tak sempat aku nyatakan
Ijinkanlah aku oh waktu
Untuk bertemu dengannya lagi
Walau dalam mimpiku
Dentingan jam pukul 12 malam
Semua insan asyik dengan mimpinya
Nyanyian burung hantu sajalah yang terdengar
Serta pestanya para jangkrik
Tapi..
Daku masih terjaga
Sambil berusaha melupakannya
Yang setiap hari mengusikku
Tapi ku tak berdaya untuk itu
Kenangan bersamamu di kala itu
Senyum dan tawa yang terukir Manis
Tak mampuku lupakan
Sampai waktu itu tiba
Sang waktu yang telah memisahkan kita
Dan menghalangi kita untuk bersatu kembali
Hingga akhirnya kita berpisah
Walau berat rasanya
Tuhan berikanlah waktu sesaat untukku
Tuk menyatakan rasa ini yang tak sempat aku nyatakan
Ijinkanlah aku oh waktu
Untuk bertemu dengannya lagi
Walau dalam mimpiku
takku pahami
BY : @Y!D
Hari ini aku merasakan sesuatu
Sesuatu yang belum pernah ku rasakan sebelumnya
Ku berpaling ke arah yang belum pernah ku lalui
Ku mencoba sesuatu yang belum pernah ku coba
Aku tak mengerti pada diriku
Kini saat aku tak bersamamu
Aku merasakan senang namun ku tak bahagia
Aku merasa lepas namun tak bebas
Mengapa rasa ini tak pernah padam dari hatiku
Berapa lama lagi aku harus menunggumu
Menunggu sesuatu tak tahu kapan berakhir
Akhir yang tak ku ketahui tepinya
Mengapa bayanganmu tak dapat menghilang dari mata bathinku
Bagaimana caraku menghilangkannya
Yang semakin kucoba semakin jelas terlihat
Hingga mataku disilaukannya walau gelap adanya
Engkau………
Mengapa kau hanya diam sejuta kata
Memberiku harapan demi harapan
Namun ku tak tahu kapan terwujud
Hingga sang waktu yang berkata
Hari ini aku merasakan sesuatu
Sesuatu yang belum pernah ku rasakan sebelumnya
Ku berpaling ke arah yang belum pernah ku lalui
Ku mencoba sesuatu yang belum pernah ku coba
Aku tak mengerti pada diriku
Kini saat aku tak bersamamu
Aku merasakan senang namun ku tak bahagia
Aku merasa lepas namun tak bebas
Mengapa rasa ini tak pernah padam dari hatiku
Berapa lama lagi aku harus menunggumu
Menunggu sesuatu tak tahu kapan berakhir
Akhir yang tak ku ketahui tepinya
Mengapa bayanganmu tak dapat menghilang dari mata bathinku
Bagaimana caraku menghilangkannya
Yang semakin kucoba semakin jelas terlihat
Hingga mataku disilaukannya walau gelap adanya
Engkau………
Mengapa kau hanya diam sejuta kata
Memberiku harapan demi harapan
Namun ku tak tahu kapan terwujud
Hingga sang waktu yang berkata
seper3 malamku
BY : @YID
Ku tersentak di sepertiga malamku
Terbersit rindu yang sangat pada diri-Mu
Yang selama ini telah jauh dari hadapan-Mu
Akibat kelalaian dengan duniaku
ku bentangkan sajadah lusuh nan tua itu
Bukan karena sering ku pakai melainkan karena diterpa waktu
Ku bersimpuh mengingat akan semua karunia yang telah Kau curahkan
Tanpa pernah kau minta pamrih
Butiran butiran bening mengalir deras dari sudut mataku
Dengan bibir bergetar tanpa pernah ku sengaja
Ku meminta pada-Mu ya Rabb…
walau malu rasanya
karena mulutku selalu penuh dengan maksiat
Ya Rabb..
Aku lalai dari mengingat-Mu dan semua karunia-Mu
Walau kutahu kau tak lupa mengingat hamba-Mu
Dan tak pernah bosan memberiku rizki-Mu
Ya Rabb..
Sungguh ku tak pernah berharap untuk kaya di dunia-Mu
Seandainya akhirat nanti aku miskin dan papa
Aku juga tak pernah bangga dengan gelar yang ku miliki
Andai akhiratku hina
Wahai engkau Yang Maha Mencintai
Ijinkanlah aku mencintai-Mu dengan sekeping hatiku
Dan jadikanlah rasa cintaku pada-Mu
Melebihi cintaku pada hamba-Mu
Wahai engkau yang maha lembut
Lembutkanlah hatiku yang keras bagaikan batu ini
Dengarkanlah bisikanku wahai zat Yang Maha Mendengar
Bsikan hamba-Mu yang dhaif
Ku tersentak di sepertiga malamku
Terbersit rindu yang sangat pada diri-Mu
Yang selama ini telah jauh dari hadapan-Mu
Akibat kelalaian dengan duniaku
ku bentangkan sajadah lusuh nan tua itu
Bukan karena sering ku pakai melainkan karena diterpa waktu
Ku bersimpuh mengingat akan semua karunia yang telah Kau curahkan
Tanpa pernah kau minta pamrih
Butiran butiran bening mengalir deras dari sudut mataku
Dengan bibir bergetar tanpa pernah ku sengaja
Ku meminta pada-Mu ya Rabb…
walau malu rasanya
karena mulutku selalu penuh dengan maksiat
Ya Rabb..
Aku lalai dari mengingat-Mu dan semua karunia-Mu
Walau kutahu kau tak lupa mengingat hamba-Mu
Dan tak pernah bosan memberiku rizki-Mu
Ya Rabb..
Sungguh ku tak pernah berharap untuk kaya di dunia-Mu
Seandainya akhirat nanti aku miskin dan papa
Aku juga tak pernah bangga dengan gelar yang ku miliki
Andai akhiratku hina
Wahai engkau Yang Maha Mencintai
Ijinkanlah aku mencintai-Mu dengan sekeping hatiku
Dan jadikanlah rasa cintaku pada-Mu
Melebihi cintaku pada hamba-Mu
Wahai engkau yang maha lembut
Lembutkanlah hatiku yang keras bagaikan batu ini
Dengarkanlah bisikanku wahai zat Yang Maha Mendengar
Bsikan hamba-Mu yang dhaif
seorang hamba berlumur dosa
By : AYID
Seorang hamba berlumuran dosa
Tersesat jauh dari –Mu
Kini ia berdiri di pintu-Mu
Bersimpuh dengan pasrahnya
Dosa- dosa yang tiada terkira
Telah membuatnya hina
Tak sengaja ku mendengar suara
Dengan penuh kebingungan yang tersirat di wajahnya
Ia bertanya dengan ketakutan
Namun penuh pengharapan
Mengangkat kedua tangan
Mengemis kepada-Nya
Ya Allah.. ya Rabbi..
Dengan mulut apa aku harus bermunajat kepadamu
Apakah dengan mulutku yang selalu kukotori dengan dosa- dosa
Menggunjing, berbohong, dan adu domba.
Ya Allah.. Ya… Rabbi..
Dengan kaki yang mana aku melangkah menuju_Mu
Apakah dengan kaki yang selalu berjalan menuju maksiat
dan lari dari perintah-Mu
Ya Allah.. ya rabbi…
Dengan mata apa aku harus memandang-Mu
Apakah dengan mataku yang sering menikmati yang kau haramkan
Atau dengan mata yang selalu kenyang dengan nafsu dan syahwat
Ya.. Allah. Ya rabbi..
Dengan tangan yang mana aku harus berbuat untuk-Mu
Apakah dengan tanganku yang berbuat maksiat
Dan mencelakai makhluq-Mu
Ya Allah.. Ya Rabbi…
Dengan hati yang mana aku mengharap kepada-Mu
Apakah dengan hatiku yang selalu lalai
Oleh gemerlap dunia dan melupakan akhirat-Mu
Ataukah dengan hati yang tahu akan tentang diri-Mu
Namun lalai dan tidak mencintai-Mu
Dan yang selalu menikmati lezatnya karunia-Mu
Namun tidak pernah menyembah-Mu
Wahai zat yang maha pengampun
Ampunilah dosa-dosa dan kekhilafanku
Yang teramat sering kulakukan
Walau hanya dengan sedikit kebaikan dari-Mu
Wahai zat yang maha pemurah dan penyayang
Kasihanilah aku…..
Jika tidak tahu bahwa kesalahanku sebanding dengan pengampunan-Mu
Penuhilah timbanganku dan berilah aku sedekah
Karena aku hamba yang fakir yang lemah dan selalu membutuhkan- Mu
Seorang hamba berlumuran dosa
Tersesat jauh dari –Mu
Kini ia berdiri di pintu-Mu
Bersimpuh dengan pasrahnya
Dosa- dosa yang tiada terkira
Telah membuatnya hina
Tak sengaja ku mendengar suara
Dengan penuh kebingungan yang tersirat di wajahnya
Ia bertanya dengan ketakutan
Namun penuh pengharapan
Mengangkat kedua tangan
Mengemis kepada-Nya
Ya Allah.. ya Rabbi..
Dengan mulut apa aku harus bermunajat kepadamu
Apakah dengan mulutku yang selalu kukotori dengan dosa- dosa
Menggunjing, berbohong, dan adu domba.
Ya Allah.. Ya… Rabbi..
Dengan kaki yang mana aku melangkah menuju_Mu
Apakah dengan kaki yang selalu berjalan menuju maksiat
dan lari dari perintah-Mu
Ya Allah.. ya rabbi…
Dengan mata apa aku harus memandang-Mu
Apakah dengan mataku yang sering menikmati yang kau haramkan
Atau dengan mata yang selalu kenyang dengan nafsu dan syahwat
Ya.. Allah. Ya rabbi..
Dengan tangan yang mana aku harus berbuat untuk-Mu
Apakah dengan tanganku yang berbuat maksiat
Dan mencelakai makhluq-Mu
Ya Allah.. Ya Rabbi…
Dengan hati yang mana aku mengharap kepada-Mu
Apakah dengan hatiku yang selalu lalai
Oleh gemerlap dunia dan melupakan akhirat-Mu
Ataukah dengan hati yang tahu akan tentang diri-Mu
Namun lalai dan tidak mencintai-Mu
Dan yang selalu menikmati lezatnya karunia-Mu
Namun tidak pernah menyembah-Mu
Wahai zat yang maha pengampun
Ampunilah dosa-dosa dan kekhilafanku
Yang teramat sering kulakukan
Walau hanya dengan sedikit kebaikan dari-Mu
Wahai zat yang maha pemurah dan penyayang
Kasihanilah aku…..
Jika tidak tahu bahwa kesalahanku sebanding dengan pengampunan-Mu
Penuhilah timbanganku dan berilah aku sedekah
Karena aku hamba yang fakir yang lemah dan selalu membutuhkan- Mu
sang akhwat
BY : AYID
Mentari pagi berselimut awan putih
Hembusan angin nan sejuk
Menghantam tubuhku yang dingin
Di dalam kesendirianku
Kuarahkan pandanganku ke segenap penjuru
Tak ada seorang pun yang menemaniku
Namun tak begitu halnya dengan bathinku
Sesuatu yang sulit ku lukiskan dengan untaian kata
Hatiku…
Mengapa ia begitu ramai dengannya
Dengan bayangan sosok yang amat ku kenal
Ya.. kaulah orangnya
Kau sang akhwat..
Berkerudung besar dan berbaju longgar
Berparas cantik nan ayu berkacamata indah
Dengan tutur kata yang tak pernah bosan
Tuk ku dengarkan
Kau sang akhwat
Ingin rasanya ku dekap wajahmu dengan kedua tanganku
Namun ku takut mengotorimu
Karena tanganku kotor dengan maksiatku
Kau sang akhwat
Ingin rasanya ku miliki dirimu yang menyejukkan itu
Tuk menyejukkan qalbuku yang terlanjur panas oleh dosaku
Walau ujung kerudungmu pun tak berani ku sentuh
Kau sang akhwat
Janganlah kau pernah memandangku
Biarlah aku yang selalu memandangmu
Agar hatiku tenang dengannya
Mentari pagi berselimut awan putih
Hembusan angin nan sejuk
Menghantam tubuhku yang dingin
Di dalam kesendirianku
Kuarahkan pandanganku ke segenap penjuru
Tak ada seorang pun yang menemaniku
Namun tak begitu halnya dengan bathinku
Sesuatu yang sulit ku lukiskan dengan untaian kata
Hatiku…
Mengapa ia begitu ramai dengannya
Dengan bayangan sosok yang amat ku kenal
Ya.. kaulah orangnya
Kau sang akhwat..
Berkerudung besar dan berbaju longgar
Berparas cantik nan ayu berkacamata indah
Dengan tutur kata yang tak pernah bosan
Tuk ku dengarkan
Kau sang akhwat
Ingin rasanya ku dekap wajahmu dengan kedua tanganku
Namun ku takut mengotorimu
Karena tanganku kotor dengan maksiatku
Kau sang akhwat
Ingin rasanya ku miliki dirimu yang menyejukkan itu
Tuk menyejukkan qalbuku yang terlanjur panas oleh dosaku
Walau ujung kerudungmu pun tak berani ku sentuh
Kau sang akhwat
Janganlah kau pernah memandangku
Biarlah aku yang selalu memandangmu
Agar hatiku tenang dengannya
harapku
BY : AYID
Cinta
Apakah ia hanya sepotong kata yang tertera di lembaran
Atau hanya sebuah cerita semu yang tak berwujud
Hanya daku sajakah yang tidak mempercayai keberadaannya
Sedang mereka asyik dengan cintanya
Mengapa mata terus menangis tuk’a yang tidak pernah menangisimu
Mengapa hati selalu merinduinya yang tidak pernah merinduimu
Mengapa pula otak terus memikirkanya yang tidak pernah memikirkanmu
Berapa banyak perhatian yang tercurah tanpa balasan yang setimpal
Salahkah jiwa ini jika terus berharap padahal harapan tinggal kenangan
Pantaskah itu semua?
Aku tak tahu kapan waktukan berhenti
Menghentikan roda penantianku yang panjang
Membantuku menemukan ujung jalan hidupku
Dalam pencarianku menemukan sebuah bungkusan hati
Yang berisikan cinta didalamnya
Cinta
Apakah ia hanya sepotong kata yang tertera di lembaran
Atau hanya sebuah cerita semu yang tak berwujud
Hanya daku sajakah yang tidak mempercayai keberadaannya
Sedang mereka asyik dengan cintanya
Mengapa mata terus menangis tuk’a yang tidak pernah menangisimu
Mengapa hati selalu merinduinya yang tidak pernah merinduimu
Mengapa pula otak terus memikirkanya yang tidak pernah memikirkanmu
Berapa banyak perhatian yang tercurah tanpa balasan yang setimpal
Salahkah jiwa ini jika terus berharap padahal harapan tinggal kenangan
Pantaskah itu semua?
Aku tak tahu kapan waktukan berhenti
Menghentikan roda penantianku yang panjang
Membantuku menemukan ujung jalan hidupku
Dalam pencarianku menemukan sebuah bungkusan hati
Yang berisikan cinta didalamnya
pertanyaanku
By : @yid
Dengtingan jam dinding itu
Mengejutkanku dari alam mimpiku
Yang indah namun fiktif
Untuk segera bangkit dari singgasana malamku
Walau berat rasanya
Mentari pagi masih berselimutkan awan kemalasan
Seperti diriku kini
Ku arahkan pandanganku ke penjuru kamarku
Ku lihat segerombolan semut kecil lagi asyik bekerja keras
Sambil bergotong royong bersama rekannya
Ku duduk dan terdiam seribu bahasa
Sambil bertanya pada diriku
Apakah aku menjadi mentari pagi itu
Atau menjadi semut kecil ini
Ku pejamkan mataku sejenak sambil membuka mata bathinku
Ku selami lorong – lorong hati yang gelap dan gundah nan gelisah
Tuk mencari sepotong jawaban yang pasti
Namun sulitku dapatkan wujudnya
Ku ayunkan langkahku menuju tempat itu
Mengambil air yang dapat menyejukkan bathinku
Agarku dapat berjumpa dengan-Mu Tuhanku
Yang dapat memberikan solusi atas kebingunganku
Dengtingan jam dinding itu
Mengejutkanku dari alam mimpiku
Yang indah namun fiktif
Untuk segera bangkit dari singgasana malamku
Walau berat rasanya
Mentari pagi masih berselimutkan awan kemalasan
Seperti diriku kini
Ku arahkan pandanganku ke penjuru kamarku
Ku lihat segerombolan semut kecil lagi asyik bekerja keras
Sambil bergotong royong bersama rekannya
Ku duduk dan terdiam seribu bahasa
Sambil bertanya pada diriku
Apakah aku menjadi mentari pagi itu
Atau menjadi semut kecil ini
Ku pejamkan mataku sejenak sambil membuka mata bathinku
Ku selami lorong – lorong hati yang gelap dan gundah nan gelisah
Tuk mencari sepotong jawaban yang pasti
Namun sulitku dapatkan wujudnya
Ku ayunkan langkahku menuju tempat itu
Mengambil air yang dapat menyejukkan bathinku
Agarku dapat berjumpa dengan-Mu Tuhanku
Yang dapat memberikan solusi atas kebingunganku
pahamilah
BY : AYID
Menunggu setangkai cinta yg tak kunjung datang
membuat jiwa ku retak.
menggharap dirimu
membuat membuatku bimbang .
menyimpan rasa yg tlah tercipta
membuat penyesalan yg dalam
ingin rasanya ku berteriak
utk memanggilmu di sana ,
ingin daku menjemputmu
walau dalam mimpi.
ingin daku meramaikan hatiku dengan bayanganmu
walau aku tahu rasa itu akan kembali sepi ,
mengapa hidupku begitu sepi,
atau mungkinkah hidupku tak bermakna ,
apakah daku tak pantas di cintai
walau hanya sesaat.
Ataukah kau yang terlalu istimewa.
Atau mungkin juga aku terlalu menginginkanmu ,
sungguh cinta ini telah menelan waktuku
hanya utk pikirkan enggkau , aneh..
mungkin aku terlalu bodoh untuk hal seperti ini
namun kau tak jua memahami hal itu cinta.
Mungkinkah jalan hidupku seperti ini,
yg slalu jauh dari cinta.
Tiada seorang insan pum yang menjawab
ketika ku bertanya seperti ini.
Bulan, bintang, dan sang surya acuh tak acuh kepadaku
mereka seakan tak mendengar jeritan hati ini.
Sungguh aku hanya ingin aku ada di hatimu ,
mengertilah cinta.
Inilah perasaan yg dalam dan tlah lama terkurung
apabila kau mengerti maka pahamilah cinta ini,
dan pejamkanlah matamu,
aku akan menjemputmu walau hanya lewat mimpi.
Menunggu setangkai cinta yg tak kunjung datang
membuat jiwa ku retak.
menggharap dirimu
membuat membuatku bimbang .
menyimpan rasa yg tlah tercipta
membuat penyesalan yg dalam
ingin rasanya ku berteriak
utk memanggilmu di sana ,
ingin daku menjemputmu
walau dalam mimpi.
ingin daku meramaikan hatiku dengan bayanganmu
walau aku tahu rasa itu akan kembali sepi ,
mengapa hidupku begitu sepi,
atau mungkinkah hidupku tak bermakna ,
apakah daku tak pantas di cintai
walau hanya sesaat.
Ataukah kau yang terlalu istimewa.
Atau mungkin juga aku terlalu menginginkanmu ,
sungguh cinta ini telah menelan waktuku
hanya utk pikirkan enggkau , aneh..
mungkin aku terlalu bodoh untuk hal seperti ini
namun kau tak jua memahami hal itu cinta.
Mungkinkah jalan hidupku seperti ini,
yg slalu jauh dari cinta.
Tiada seorang insan pum yang menjawab
ketika ku bertanya seperti ini.
Bulan, bintang, dan sang surya acuh tak acuh kepadaku
mereka seakan tak mendengar jeritan hati ini.
Sungguh aku hanya ingin aku ada di hatimu ,
mengertilah cinta.
Inilah perasaan yg dalam dan tlah lama terkurung
apabila kau mengerti maka pahamilah cinta ini,
dan pejamkanlah matamu,
aku akan menjemputmu walau hanya lewat mimpi.
mawar berduri
By : AYID
Mengharap sekeping hati darimu
Membuat hatiku hancur berkeping – keping
Kehadiranku kinin sudah kau abaikan
Kata manis dan sayang kini hilang darimu
Ada apa dengan semua ini
Siapakah gerangan yang membuatmu begini
Mengapa kau berikan mawar indahmu
Tapi kau tusukkan pula duri – durinya untukku
Mengapa kau bersandiwara manis di hadapanku
Tapi kau berkhianat di belakangku
kasih..
Masih ingatkah kau
Saat kita berikrar untuk saling setia
Tapi kemana semua itu
Apakah ia tersapu oleh angin
Kasih..
Mungkin kini ku takkan pernah
Meminta kata cinta darimu lagi
Karena kini kau telah menjadi permaisuri
Di kerajaan cinta yang lain
Pergilah menjauh wahai kekasih
Janganlah pernah kau kembali
Lupakanlah semua ikrar kita
Yang pernah kita ucapkan
Selamat jalan kasih
Semoga kau bahgia bersamanya
Slamanya….
Mengharap sekeping hati darimu
Membuat hatiku hancur berkeping – keping
Kehadiranku kinin sudah kau abaikan
Kata manis dan sayang kini hilang darimu
Ada apa dengan semua ini
Siapakah gerangan yang membuatmu begini
Mengapa kau berikan mawar indahmu
Tapi kau tusukkan pula duri – durinya untukku
Mengapa kau bersandiwara manis di hadapanku
Tapi kau berkhianat di belakangku
kasih..
Masih ingatkah kau
Saat kita berikrar untuk saling setia
Tapi kemana semua itu
Apakah ia tersapu oleh angin
Kasih..
Mungkin kini ku takkan pernah
Meminta kata cinta darimu lagi
Karena kini kau telah menjadi permaisuri
Di kerajaan cinta yang lain
Pergilah menjauh wahai kekasih
Janganlah pernah kau kembali
Lupakanlah semua ikrar kita
Yang pernah kita ucapkan
Selamat jalan kasih
Semoga kau bahgia bersamanya
Slamanya….
maut
By ; @y!d
Terbujur kaku dan lemah
Wajah pucat dan tak bernyawa lagi
Harta pangkat lepas darinya
Keluarga dan sahabat hanya bias menangis
Lalu pergi meninggalkannya
Di dalam rumah yang mengerikan itu
Sobat….
Coba kau bertanya pada dirimu
Masih bergunakah harta dan kekayaanmu
Keangkuhan dan kesombonganmu kini hilang
Di mana mereka yang selalu membantumu
Ketika tubuhmu sudah tak bernyawa lagi
Coba jawab sobat..
Maut….maut…
Ialah sosok yang amat mengerikan
Pemutus hubungan kenikmatan,
Pemutus hubungan persaudaraan
Tanpa mengenal siapapun kau…
Wahai jiwa-jiwa yang terlena oleh kehidupan
Masihkah engkau tertawa terbahak – bahak
Dan berkelakuan sesukamu
Padahal maut senantiasa mengincarmu
Masihkah engkau menunggu waktu tua
Untuk beribadah kepada-Nya
Padahal maut selalu mengincarmu
Ingatlah sobat………
Terbujur kaku dan lemah
Wajah pucat dan tak bernyawa lagi
Harta pangkat lepas darinya
Keluarga dan sahabat hanya bias menangis
Lalu pergi meninggalkannya
Di dalam rumah yang mengerikan itu
Sobat….
Coba kau bertanya pada dirimu
Masih bergunakah harta dan kekayaanmu
Keangkuhan dan kesombonganmu kini hilang
Di mana mereka yang selalu membantumu
Ketika tubuhmu sudah tak bernyawa lagi
Coba jawab sobat..
Maut….maut…
Ialah sosok yang amat mengerikan
Pemutus hubungan kenikmatan,
Pemutus hubungan persaudaraan
Tanpa mengenal siapapun kau…
Wahai jiwa-jiwa yang terlena oleh kehidupan
Masihkah engkau tertawa terbahak – bahak
Dan berkelakuan sesukamu
Padahal maut senantiasa mengincarmu
Masihkah engkau menunggu waktu tua
Untuk beribadah kepada-Nya
Padahal maut selalu mengincarmu
Ingatlah sobat………
makna cinta
BY : @YID
Tuhan menciptakan 100 bahagian kasih sayang
99 bahagian di simpan disisinya
hanya 1 bahagian saja yang diturunkan ke dunia
dengan 1 bahagian kasih sayang itulah
makhluk saling berkasih sayang
Cinta adalah karunia sang Pencipta
Bila di jaga dengan sempurna
Resah menimpa gundah menjelma
Jika cinta tidak dipelihara
Mencintai dicintai fitrah manusia
setiap insan di dunia akan merasakannya
tidak terkecuali siapa pun dia
indah ceria senang gembira
sedih khawatir resah gelisah
itulah rasa cinta
Cinta dan kasih sayang
Adalah obat yang menyembuhkan
Segala penyakit kita
Satu-satunya cara agar mendapatkannya
Ialah jangan menuntut agar kita di obati
Tapi mulailah mengobati orang lain
Tanpa mengharapkan balasan darinya
Minat bukan berarti cinta
Suka juga bukan berarti cinta
Kagum juga tidak bermaksud cinta
Malah sayangpun bukan berarti cinta
Cinta adalah cinta
Hanya hati yang dapat mendefinisikannya
Tanya pada hati dan dengarkan apa katanya
Cinta letaknya dihati dan tersembunyi
Meskipun demikian namun getarannya
Mampu mempengaruhi fikiran seseorang
Dan mengendalikan prilaku kita
Sehingga kadang kala kita
Melakukan hal-hal bodoh tanpa kita sadari
Cinta tak pernah meminta
Cinta senantiasa memberi
Cinta adalah perjuangan
Cinta terkadang membawa
Penderitaan dan kenikmataan
Tapi ia tidak pernah berdendam
Tidak ada cinta yang tidak cemburu
Bukan cinta namaya jika saling curiga
Tidak dikatakan cinta jika perasaan terluka
Bukan kekasih namanya jika hatinya
tidak pernah merindu dan cemburu
Tahukah dahsyatnya cinta itu
la mampu melunakkan besi
la mampu jua menghancurkan batu
Meniupkan kehidupan pada yang mati
Menghidupkan orang hidup
Menyinari kehidupan yang gelap
Mengubah pahit menjadi manis
Membuat keruh menjadi bening
Mengalihkan derita menjadi nikmat
Menjadikan sakit menjadi sembuh
Menyihir gubuk menjadi istana
Serta menjadikan budak menjadi raja
Kaum laki-laki sering mempersoalkan kelemahan wanita
karena sering mengalirkan air mata
tetapi segagah-gagahnya dan setegar-tegarnya lelaki
yakinilah bahwa suatu hari nanti
mereka juga akan mengalirkan air mata
karena suatu perkara kecil
yaitu CINTA
Alangkah misterinya cinta itu
seorang wanita yang dianggap lemah
mampu mengalirkan air mata seorang lelaki
Aneh……….
tapi itulah hakikatnya
Jangan sekali-kali kamu mengkhianati perasaan hatimu
Karena akibatnya kamu hanya akan sengsara
Jangan karena cinta kita gugur dalam perjuangan
Dan jangan karena cinta pula prinsip kita
Larut cair dan menghilang
Jangan melarikan diri dari cinta
Apabila ia berada di hadapanmu
Karena suatu saat nanti
Kamu pasti akan teringat padanya
Dan menyesali perbuatanmu
Setiap orang pandai menilai sesuatu
Dengan mata indera yang ia miliki
Tapi tidak berlaku pada cinta
Karena cinta adalah sesuatu yang dapat di nilai
Hanya melalui mata hati
Bukan dengan mata kasarnya
Jika kita mencintai seseorang
Kita akan senantiasa mendoakannya
Walaupun dia tidak berada di sisi kita
Cinta datang kepada mereka yang masih mempunyai harapan
walaupun mereka telah di kecewakan.
Kepada mereka yang masih percaya
walaupun mereka di khianati.
Kepada mereka yang masih ingin mencintai
walaupun mereka telah disakiti sebelumnya.
Kepada mereka yang memiliki keberanian dan keyakinan
untuk membangunkan kembali kepercayaan itu.
cinta bukan mengajar kita lemah,
tetapi membangkitkan kekuatan.
cinta bukan mengajar kita menghinakan diri
tapi menghembuskan kegagahan.
cinta bukan melemahkan semangat
tetapi membangkitkan semangat.
Cinta adalah perjuangan
Salah satu perjuangan paling sukar dalam hidup
adalah mencari orang yang tahu segala
kelemahan serta kekurangan kamu
Tetapi ia mampu mencintai dan menyayangi
kamu dengan sepenuh hatinya
Cinta sebenarnya tidak buta
Cinta yang buta adalah jika menguasaimu
Tanpa pertimbangan
Cintailah seseorang itu atas dasar siapa dia sekarang
dan bukan siapa dia sebelumnya.
Kisah silam tidak perlu diungkit lagi
kiranya kamu benar – benar mencintainya setulus hatimu.
Jangan sesekali mengucapkan selamat tinggal
jika kamu masih mau mencoba.
Jangan sesekali menyerah
jika kamu masih merasa sanggup.
Jangan sesekali mengatakan kamu tidak menyintainya lagi
jika kamu masih tidak dapat melupakannya.
Jangan mencintai seseorang seperti bunga
Karena ia akan mati kala musim berganti
Cintailah seseorang itu seperti sungai
Karena sungai akan terus mengalir selamanya
Cinta sejati adalah ketika ia mencintai orang lain
la menjadi milik orang lain
Dan kamu masih mampu tersenyum
Sambil berkata padanya
Aku turut bahagia untukmu
Pilihlah orang yang lebih mencintai diri kita
Daripada kita mencintai orang itu
Karena itu lebih baik
daripada memilih
Orang yang kita cintai
Tetapi tidak mencintai kita
Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu.
Tetapi lebih menyakitkan lagi
bila kamu mencintai seseorang
dan kamu tidak pernah memiliki keberanian untuk menyatakan cintamu kepadanya.
Jangan simpan kata – kata cinta pada orang yang kau cintai
sehingga ia meninggal dunia,
hingga kamu terpaksa catatkan kata – kata cinta itu
pada pusaranya.
Sebaiknya ucapkan kata – kata cinta
yang tersimpan di benakmu itu sekarang selagi hayatnya masih di kandung badan.
Tuhan menciptakan 100 bahagian kasih sayang
99 bahagian di simpan disisinya
hanya 1 bahagian saja yang diturunkan ke dunia
dengan 1 bahagian kasih sayang itulah
makhluk saling berkasih sayang
Cinta adalah karunia sang Pencipta
Bila di jaga dengan sempurna
Resah menimpa gundah menjelma
Jika cinta tidak dipelihara
Mencintai dicintai fitrah manusia
setiap insan di dunia akan merasakannya
tidak terkecuali siapa pun dia
indah ceria senang gembira
sedih khawatir resah gelisah
itulah rasa cinta
Cinta dan kasih sayang
Adalah obat yang menyembuhkan
Segala penyakit kita
Satu-satunya cara agar mendapatkannya
Ialah jangan menuntut agar kita di obati
Tapi mulailah mengobati orang lain
Tanpa mengharapkan balasan darinya
Minat bukan berarti cinta
Suka juga bukan berarti cinta
Kagum juga tidak bermaksud cinta
Malah sayangpun bukan berarti cinta
Cinta adalah cinta
Hanya hati yang dapat mendefinisikannya
Tanya pada hati dan dengarkan apa katanya
Cinta letaknya dihati dan tersembunyi
Meskipun demikian namun getarannya
Mampu mempengaruhi fikiran seseorang
Dan mengendalikan prilaku kita
Sehingga kadang kala kita
Melakukan hal-hal bodoh tanpa kita sadari
Cinta tak pernah meminta
Cinta senantiasa memberi
Cinta adalah perjuangan
Cinta terkadang membawa
Penderitaan dan kenikmataan
Tapi ia tidak pernah berdendam
Tidak ada cinta yang tidak cemburu
Bukan cinta namaya jika saling curiga
Tidak dikatakan cinta jika perasaan terluka
Bukan kekasih namanya jika hatinya
tidak pernah merindu dan cemburu
Tahukah dahsyatnya cinta itu
la mampu melunakkan besi
la mampu jua menghancurkan batu
Meniupkan kehidupan pada yang mati
Menghidupkan orang hidup
Menyinari kehidupan yang gelap
Mengubah pahit menjadi manis
Membuat keruh menjadi bening
Mengalihkan derita menjadi nikmat
Menjadikan sakit menjadi sembuh
Menyihir gubuk menjadi istana
Serta menjadikan budak menjadi raja
Kaum laki-laki sering mempersoalkan kelemahan wanita
karena sering mengalirkan air mata
tetapi segagah-gagahnya dan setegar-tegarnya lelaki
yakinilah bahwa suatu hari nanti
mereka juga akan mengalirkan air mata
karena suatu perkara kecil
yaitu CINTA
Alangkah misterinya cinta itu
seorang wanita yang dianggap lemah
mampu mengalirkan air mata seorang lelaki
Aneh……….
tapi itulah hakikatnya
Jangan sekali-kali kamu mengkhianati perasaan hatimu
Karena akibatnya kamu hanya akan sengsara
Jangan karena cinta kita gugur dalam perjuangan
Dan jangan karena cinta pula prinsip kita
Larut cair dan menghilang
Jangan melarikan diri dari cinta
Apabila ia berada di hadapanmu
Karena suatu saat nanti
Kamu pasti akan teringat padanya
Dan menyesali perbuatanmu
Setiap orang pandai menilai sesuatu
Dengan mata indera yang ia miliki
Tapi tidak berlaku pada cinta
Karena cinta adalah sesuatu yang dapat di nilai
Hanya melalui mata hati
Bukan dengan mata kasarnya
Jika kita mencintai seseorang
Kita akan senantiasa mendoakannya
Walaupun dia tidak berada di sisi kita
Cinta datang kepada mereka yang masih mempunyai harapan
walaupun mereka telah di kecewakan.
Kepada mereka yang masih percaya
walaupun mereka di khianati.
Kepada mereka yang masih ingin mencintai
walaupun mereka telah disakiti sebelumnya.
Kepada mereka yang memiliki keberanian dan keyakinan
untuk membangunkan kembali kepercayaan itu.
cinta bukan mengajar kita lemah,
tetapi membangkitkan kekuatan.
cinta bukan mengajar kita menghinakan diri
tapi menghembuskan kegagahan.
cinta bukan melemahkan semangat
tetapi membangkitkan semangat.
Cinta adalah perjuangan
Salah satu perjuangan paling sukar dalam hidup
adalah mencari orang yang tahu segala
kelemahan serta kekurangan kamu
Tetapi ia mampu mencintai dan menyayangi
kamu dengan sepenuh hatinya
Cinta sebenarnya tidak buta
Cinta yang buta adalah jika menguasaimu
Tanpa pertimbangan
Cintailah seseorang itu atas dasar siapa dia sekarang
dan bukan siapa dia sebelumnya.
Kisah silam tidak perlu diungkit lagi
kiranya kamu benar – benar mencintainya setulus hatimu.
Jangan sesekali mengucapkan selamat tinggal
jika kamu masih mau mencoba.
Jangan sesekali menyerah
jika kamu masih merasa sanggup.
Jangan sesekali mengatakan kamu tidak menyintainya lagi
jika kamu masih tidak dapat melupakannya.
Jangan mencintai seseorang seperti bunga
Karena ia akan mati kala musim berganti
Cintailah seseorang itu seperti sungai
Karena sungai akan terus mengalir selamanya
Cinta sejati adalah ketika ia mencintai orang lain
la menjadi milik orang lain
Dan kamu masih mampu tersenyum
Sambil berkata padanya
Aku turut bahagia untukmu
Pilihlah orang yang lebih mencintai diri kita
Daripada kita mencintai orang itu
Karena itu lebih baik
daripada memilih
Orang yang kita cintai
Tetapi tidak mencintai kita
Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu.
Tetapi lebih menyakitkan lagi
bila kamu mencintai seseorang
dan kamu tidak pernah memiliki keberanian untuk menyatakan cintamu kepadanya.
Jangan simpan kata – kata cinta pada orang yang kau cintai
sehingga ia meninggal dunia,
hingga kamu terpaksa catatkan kata – kata cinta itu
pada pusaranya.
Sebaiknya ucapkan kata – kata cinta
yang tersimpan di benakmu itu sekarang selagi hayatnya masih di kandung badan.
tak ku mengerti
BY : AYID
Aku tak mengerti
Terhadap diriku kini
Ada apa dengan diriku
Dan dengan semua sikapku
Aneh..
Sungguh aneh rasanya bagiku
Tak mengenal siapa diriku
Mengapa ku seperti ini
Salah….
Siapakah yang sebenarnya salah
Aku atau merekakah yang salah
Ataukah tak ada yang salah
Bingung..
Aku bingung dengan semua ini
Mengapa aku menangis hanya karena ini
Kemana kini diriku yang dulu
Ku tak mengerti
Mengapa api itu bisa membesar
Padahal ia di siram oleh air embun
Tanpa ada sedikit minyak pun yang tercampur
Kemanakah diriku yang dulu
Yang mampu tersenyum dan tertawa
Walaupun badai masalah melandaku
Kemana.. kemanakah ia kini..
Di mana jawabnya kan ku temui
Mengapa ini bisa terjadi
Berilah petunjuk-Mu Tuhan
Aku tak mengerti
Terhadap diriku kini
Ada apa dengan diriku
Dan dengan semua sikapku
Aneh..
Sungguh aneh rasanya bagiku
Tak mengenal siapa diriku
Mengapa ku seperti ini
Salah….
Siapakah yang sebenarnya salah
Aku atau merekakah yang salah
Ataukah tak ada yang salah
Bingung..
Aku bingung dengan semua ini
Mengapa aku menangis hanya karena ini
Kemana kini diriku yang dulu
Ku tak mengerti
Mengapa api itu bisa membesar
Padahal ia di siram oleh air embun
Tanpa ada sedikit minyak pun yang tercampur
Kemanakah diriku yang dulu
Yang mampu tersenyum dan tertawa
Walaupun badai masalah melandaku
Kemana.. kemanakah ia kini..
Di mana jawabnya kan ku temui
Mengapa ini bisa terjadi
Berilah petunjuk-Mu Tuhan
ku kunci untukmu
BY : @Y!D
PEPOHONAN ITU MENJADI SAKSI BISU
KETIKA KAU MEMUTUSKAN HAL ITU
SEMENTARA AKU HANYA DIAM TERPAKU
MEMBIARKANMU HILANG DI TELAN WAKTU
PERMINTAANMU KALA ITU
SUNGGUH TAK MUNGKIN BAGIKU
HINGGA KAU LARI BEGITU SAJA
MENINGGALKANKU TERPURUK DI TERPA USIA
SIAPALAH AKU INI YANG MAMPU MERUBAH BUIH
MENJADI HAMPARAN PERMADANI
JUGA MUSTAHIL BAGIKU MEMETIK BINTANG DI LANGIT
UNTUK KU PERSEMBAHKAN UNTUKMU
SEPERTI MANA YANG KAU BACA DALAM NOVEL CINTA
KINI KAU HADIR KEMBALI
MENGUSIK KESENDIRIANKU YANG SUNYI
SAMBIL MENCARI CELAH DALAM LORONG HATIKU
YANG TELAH TERKUNCI UNTUKMU
TERSERAH KAU MENGANGGAPKU APA
DAN BERUSAHA MENCAIRKAN PERASAANKU YANG BEKU
WALAU NIAT HATIKU NAK KEMBALI
TAPI AKU BUKANLAH ROBOT YANG BERGERAK
YANG TAK PUNYA HARGA DIRI
BUKANNYA AKU TAK CINTA
BUKAN PULA AKU TAK SUKA
NAMUN HATIKU TAKKAN KU BUKA
UNTUK DIRIMU YANG PERNAH MENYAKITIKU
PEPOHONAN ITU MENJADI SAKSI BISU
KETIKA KAU MEMUTUSKAN HAL ITU
SEMENTARA AKU HANYA DIAM TERPAKU
MEMBIARKANMU HILANG DI TELAN WAKTU
PERMINTAANMU KALA ITU
SUNGGUH TAK MUNGKIN BAGIKU
HINGGA KAU LARI BEGITU SAJA
MENINGGALKANKU TERPURUK DI TERPA USIA
SIAPALAH AKU INI YANG MAMPU MERUBAH BUIH
MENJADI HAMPARAN PERMADANI
JUGA MUSTAHIL BAGIKU MEMETIK BINTANG DI LANGIT
UNTUK KU PERSEMBAHKAN UNTUKMU
SEPERTI MANA YANG KAU BACA DALAM NOVEL CINTA
KINI KAU HADIR KEMBALI
MENGUSIK KESENDIRIANKU YANG SUNYI
SAMBIL MENCARI CELAH DALAM LORONG HATIKU
YANG TELAH TERKUNCI UNTUKMU
TERSERAH KAU MENGANGGAPKU APA
DAN BERUSAHA MENCAIRKAN PERASAANKU YANG BEKU
WALAU NIAT HATIKU NAK KEMBALI
TAPI AKU BUKANLAH ROBOT YANG BERGERAK
YANG TAK PUNYA HARGA DIRI
BUKANNYA AKU TAK CINTA
BUKAN PULA AKU TAK SUKA
NAMUN HATIKU TAKKAN KU BUKA
UNTUK DIRIMU YANG PERNAH MENYAKITIKU
kembali lagi
BY : @YID
Senja tenggelam di telan kabut kelam
Kemana langkahku pergi
Selalu terlintas bayanganmu
Ada apa dengan ini
Apakah rasa itu telah kembali
Walau tak pernah ku pinta
Kembali mengisi relung hatiku
Yang kosong dan hampa di telan usia
Ku tak tahu akan hakikiatnya
Mengapa ini bisa terjadi
Lilitan sarafku bekerja keras
Waktu ku Tanya akan hal ini
2 X 365 hari
Ku lalui tanpa rasa itu
Setelah ku temukan mutiara yang lain
Kau hadir membasa asa yang baru
Walau kau tak sadari itu
Aku terdiam di kesendirianku
Kau dan dia kini menyesakkan lorong hatiku
Walau sulit berkata jujur
Ku inginkan seperti dulu
Senja tenggelam di telan kabut kelam
Kemana langkahku pergi
Selalu terlintas bayanganmu
Ada apa dengan ini
Apakah rasa itu telah kembali
Walau tak pernah ku pinta
Kembali mengisi relung hatiku
Yang kosong dan hampa di telan usia
Ku tak tahu akan hakikiatnya
Mengapa ini bisa terjadi
Lilitan sarafku bekerja keras
Waktu ku Tanya akan hal ini
2 X 365 hari
Ku lalui tanpa rasa itu
Setelah ku temukan mutiara yang lain
Kau hadir membasa asa yang baru
Walau kau tak sadari itu
Aku terdiam di kesendirianku
Kau dan dia kini menyesakkan lorong hatiku
Walau sulit berkata jujur
Ku inginkan seperti dulu
kerudung biru
By : @y!d
Semilir angin menyapa lembut wajahku
Memalingkan wajahku ke arah yang tak kuduga
Jantungku berhenti berdetak
Bibirku kelu tuk berucap
Menyentuh qalbuku dengan sentuhan sihirnya
Wahai kau gadis berkerudung biru
Pesonamu telah menyihirku dari alam sadarku
Menyita waktuku walau sekejap
Membawa terbang ke alam bebas
Hingga aku enggan tuk kembali tersadar
Wahai kau yang berkerudung biru
Sihir apa yang menjeratku
Hingga aku tak mampu berpaling dari dirimu
Walau kau tak memperdulikanku
Atau bahkan tak mengetahui perangaiku
Wahai kau gadis berkerudung biru
Ingin rasanya ku menghampirimu
Menyapamu walau sesaat
Namun kakiku terasa lumpuh
Hingga ku tak dapat menggapaimu
Wahai kau cahaya berkerudung biru
Janganlah kau palingkan wajahmu dariku
Hingga cahaya senyummu memudar dariku
Membuatku duniaku terasa gelap
Tanpa seberkas sinar pun darimu
Wahai kau bidadari berkerudung biru
Ingin rasanya ku dekap wajahmu dengan kedua tanganku
Berparas cantik nan ayu bermata indah
Dengan tutur kata yang tak pernah bosan tuk ku dengarkan
Namun tanganku terlalu kotor tuk menyentuhmu
Wahai kau dara berkerudung biru
Ingin rasanya ku miliki dirimu yang menyejukkan itu
Tuk menyejukkan qalbuku yang bergelora
Menghiasi taman bunga di hatiku
Namun ujung kerudungmu pun tak berani ku sentuh
Semilir angin menyapa lembut wajahku
Memalingkan wajahku ke arah yang tak kuduga
Jantungku berhenti berdetak
Bibirku kelu tuk berucap
Menyentuh qalbuku dengan sentuhan sihirnya
Wahai kau gadis berkerudung biru
Pesonamu telah menyihirku dari alam sadarku
Menyita waktuku walau sekejap
Membawa terbang ke alam bebas
Hingga aku enggan tuk kembali tersadar
Wahai kau yang berkerudung biru
Sihir apa yang menjeratku
Hingga aku tak mampu berpaling dari dirimu
Walau kau tak memperdulikanku
Atau bahkan tak mengetahui perangaiku
Wahai kau gadis berkerudung biru
Ingin rasanya ku menghampirimu
Menyapamu walau sesaat
Namun kakiku terasa lumpuh
Hingga ku tak dapat menggapaimu
Wahai kau cahaya berkerudung biru
Janganlah kau palingkan wajahmu dariku
Hingga cahaya senyummu memudar dariku
Membuatku duniaku terasa gelap
Tanpa seberkas sinar pun darimu
Wahai kau bidadari berkerudung biru
Ingin rasanya ku dekap wajahmu dengan kedua tanganku
Berparas cantik nan ayu bermata indah
Dengan tutur kata yang tak pernah bosan tuk ku dengarkan
Namun tanganku terlalu kotor tuk menyentuhmu
Wahai kau dara berkerudung biru
Ingin rasanya ku miliki dirimu yang menyejukkan itu
Tuk menyejukkan qalbuku yang bergelora
Menghiasi taman bunga di hatiku
Namun ujung kerudungmu pun tak berani ku sentuh
kecemburuanku
BY : AYID
Kini ku duduk terdiam
Tanpa untaian kata – kata
Sedih dan cemburu ku rasakan
Ketika ku dengar cerita itu
Kemesraan mereka dengan-Mu
Membuatku iri hatiku untuk itu
Begitu juga kemesraan-Mu dengan mereka
Membuat sedih qalbuku karena belum mendapatkannya
Ku tak tahu dengan apa yang ku rasakan
Apakah aku pantas untuk mencemburui mereka
Padahal mereka sudah berbagi kepadaku
Dan aku pun ingin seperti mereka
Bekerja karena-Mu di siang hari
Bagaikan singa yang sedang kelaparan
Namun mereka sanggup menghidupi setiap malam mereka
Bemesraan dengan-Mu bagai sepasang insan yang sedang kasmaran
Nuruddin mahmud zanki
Sang penakluk pasukan salib
Sholahuddin Al-Aiyubi
Panglima pembebasan Al-Aqsha
Sultan mahmud Al-Fatih
Pemimpin penaklukan konstantinopel
Merekalah yang ku cemburui namun ku contohi
Merekalah singa yang berubah menjadi malaikat di sepertiga malam-Mu
Wahai Zat yang maha Mencintai
Jadikanlah rasa cintaku kepada-Mu
Seperti cinta mereka kepada-Mu
Dan engkau pun encintai mereka
Kini ku duduk terdiam
Tanpa untaian kata – kata
Sedih dan cemburu ku rasakan
Ketika ku dengar cerita itu
Kemesraan mereka dengan-Mu
Membuatku iri hatiku untuk itu
Begitu juga kemesraan-Mu dengan mereka
Membuat sedih qalbuku karena belum mendapatkannya
Ku tak tahu dengan apa yang ku rasakan
Apakah aku pantas untuk mencemburui mereka
Padahal mereka sudah berbagi kepadaku
Dan aku pun ingin seperti mereka
Bekerja karena-Mu di siang hari
Bagaikan singa yang sedang kelaparan
Namun mereka sanggup menghidupi setiap malam mereka
Bemesraan dengan-Mu bagai sepasang insan yang sedang kasmaran
Nuruddin mahmud zanki
Sang penakluk pasukan salib
Sholahuddin Al-Aiyubi
Panglima pembebasan Al-Aqsha
Sultan mahmud Al-Fatih
Pemimpin penaklukan konstantinopel
Merekalah yang ku cemburui namun ku contohi
Merekalah singa yang berubah menjadi malaikat di sepertiga malam-Mu
Wahai Zat yang maha Mencintai
Jadikanlah rasa cintaku kepada-Mu
Seperti cinta mereka kepada-Mu
Dan engkau pun encintai mereka
Minggu, 15 Februari 2009
kebingungan
BY : Ayid
TERLAHIR SEBAGAI SEORANG MANUSIA
TIDAK KU SESALI..
MENJADI DIRIKU SENDIRI
MEMBUATKU SENANG
KU INGIN RASANYA BERTERIAK
HINGGA SEMUA MEREKA MENDENGARKU
SEUNTAI KATA MANIS YANG SUDAH TERSUSUN RAPI
TAK MAMPU KELUAR DARI BIBIRKU
WALAU HANYA SEKEJAP SAJA
DI HADAPANNYA..
WAJAHNYA
SENYUMNYA
MATANYA
JUGA KATANYA
MEMBUAT BIBIR INI KAKU
WALAU SEBENARNYA AKU INGIN MENYATAKANNYA
TAPI APA DAYAKU
APAKAH AKU SALAH
BILAKU INGIN MEWUJUDKANNYA
TAPI.. SUDAHLAH
BIAR AKU TETAP MENJADI AKU
WALAU AKU KESEPIAN
TERLAHIR SEBAGAI SEORANG MANUSIA
TIDAK KU SESALI..
MENJADI DIRIKU SENDIRI
MEMBUATKU SENANG
KU INGIN RASANYA BERTERIAK
HINGGA SEMUA MEREKA MENDENGARKU
SEUNTAI KATA MANIS YANG SUDAH TERSUSUN RAPI
TAK MAMPU KELUAR DARI BIBIRKU
WALAU HANYA SEKEJAP SAJA
DI HADAPANNYA..
WAJAHNYA
SENYUMNYA
MATANYA
JUGA KATANYA
MEMBUAT BIBIR INI KAKU
WALAU SEBENARNYA AKU INGIN MENYATAKANNYA
TAPI APA DAYAKU
APAKAH AKU SALAH
BILAKU INGIN MEWUJUDKANNYA
TAPI.. SUDAHLAH
BIAR AKU TETAP MENJADI AKU
WALAU AKU KESEPIAN
kau dan sang bunga
BY : @Y!D
SEPI..
GELAP..
SUNYI WALAU DALAM KERAMAIAN
MERASA KEKURANGAN WALAU CUKUP ADANYA
CAHAYAMU
KEMBALI MENYINARI SANG BUNGA ITU
YANG SUDAH LAMA TAK TERSINARI
KEHADIRANMU..
KEMBALI MENYEGARKAN BUNGA INI
YANG SUDAH LAYU DITERPA USIA
KAU..
MEMBERI HARAPAN DAN SEMANGAT BARU BAGINYA
KAU SANGAT BERHARGA BAGINYA
WALAU KAU TAK PERNAH MENYADARINYA
SENYUM DARI BIBIR MANISMU..
SOROTAN DI MATAMU
SERTA UNTAIAN KATA MANIS TU..
BAGAIKAN PUPUK BAGINYA
WAHAI KAU..
JANGANLAH KAU PERGI MENINGGALKANKU
KARENA KAU SANGAT BERARTI BAGIKU
WALAU KAU TAK PERNAH MENYADARI HAL ITU
ITULAH PINTA SANG BUNGA PADAMU
SEPI..
GELAP..
SUNYI WALAU DALAM KERAMAIAN
MERASA KEKURANGAN WALAU CUKUP ADANYA
CAHAYAMU
KEMBALI MENYINARI SANG BUNGA ITU
YANG SUDAH LAMA TAK TERSINARI
KEHADIRANMU..
KEMBALI MENYEGARKAN BUNGA INI
YANG SUDAH LAYU DITERPA USIA
KAU..
MEMBERI HARAPAN DAN SEMANGAT BARU BAGINYA
KAU SANGAT BERHARGA BAGINYA
WALAU KAU TAK PERNAH MENYADARINYA
SENYUM DARI BIBIR MANISMU..
SOROTAN DI MATAMU
SERTA UNTAIAN KATA MANIS TU..
BAGAIKAN PUPUK BAGINYA
WAHAI KAU..
JANGANLAH KAU PERGI MENINGGALKANKU
KARENA KAU SANGAT BERARTI BAGIKU
WALAU KAU TAK PERNAH MENYADARI HAL ITU
ITULAH PINTA SANG BUNGA PADAMU
kain jemuranku
Sinar mentari meninggalkanku dalam kesendirian
Bersama angin yang berhembus tak tentu arah
Mengharap sinar pelangi yang tak kunjung hadir
Hanya dingin nan gelap yang kurasa
Perlahanku coba bangkit walaupun sulit
Sambil Berusaha meninggalkan mimpi buruk ini
Mimpi yang menghalangi kau dari ingtanku
Hinggaku terlupa padamu tanpaku sengaja
Megapa selalu ada duka
Jika suka itu telah tercipta
Mengapa kegagalan sering menyapa
Andaikan keberhasilan selalu diharap rasa
Dimana kini sumpah setia mentari
Menyinari bumi dan lorong-lorong kehidupan
Beranjak pergi tanpa berpamit
Meninggalkanku di saatku tak tersadar
Ku coba berlari sekuat tenaga
Mencoba meraihmu meski gerimis menghujamku
Asaku menjulang tinggi kepadamu
Namun kecewa yang kuterima
Oh kain jemuranku..
Kini kau kembali basah karena hujan ini.
Andaikanku tak terlena oleh bunga mimpi
Tentunya kau sudahku angkat sedari tadi.
Karena kau ku butuhkan untuk esok hari.
Note:
Puisi yang berjudul “ kain jemuranku” ini terinspirasi dari pengalaman pribadi. Karena keenakkan tidur siang, ga tau dech ujan mau turun. Pas bangun ujan udah turun. Tanpa pikir panjang langsung lari ke jemuran. Alhasil, kain yang seharusnya udah kering, basah lagi dech kena ujan. Mana baju dilemari dah abis lagi. Dasar…nasib.nasib…
Kalau lagi apes kagak kemana.hehe.! BY: @yid
Bersama angin yang berhembus tak tentu arah
Mengharap sinar pelangi yang tak kunjung hadir
Hanya dingin nan gelap yang kurasa
Perlahanku coba bangkit walaupun sulit
Sambil Berusaha meninggalkan mimpi buruk ini
Mimpi yang menghalangi kau dari ingtanku
Hinggaku terlupa padamu tanpaku sengaja
Megapa selalu ada duka
Jika suka itu telah tercipta
Mengapa kegagalan sering menyapa
Andaikan keberhasilan selalu diharap rasa
Dimana kini sumpah setia mentari
Menyinari bumi dan lorong-lorong kehidupan
Beranjak pergi tanpa berpamit
Meninggalkanku di saatku tak tersadar
Ku coba berlari sekuat tenaga
Mencoba meraihmu meski gerimis menghujamku
Asaku menjulang tinggi kepadamu
Namun kecewa yang kuterima
Oh kain jemuranku..
Kini kau kembali basah karena hujan ini.
Andaikanku tak terlena oleh bunga mimpi
Tentunya kau sudahku angkat sedari tadi.
Karena kau ku butuhkan untuk esok hari.
Note:
Puisi yang berjudul “ kain jemuranku” ini terinspirasi dari pengalaman pribadi. Karena keenakkan tidur siang, ga tau dech ujan mau turun. Pas bangun ujan udah turun. Tanpa pikir panjang langsung lari ke jemuran. Alhasil, kain yang seharusnya udah kering, basah lagi dech kena ujan. Mana baju dilemari dah abis lagi. Dasar…nasib.nasib…
Kalau lagi apes kagak kemana.hehe.! BY: @yid
Jeritan qalbu
BY : @Y!D
Apakah salah bila diri memikirkan sesuatu
Sesuatu yang tidak pantas dipikirkan
Salahkah diri merindukan sesuatu
Sesuatu yang tak berhak dirindukan.
Berdosakah diri bila memimpikan sesuatu
Sesuatu yang tak seharusnya diimpikan
Bersalahkah kita bila diri mengharapkan sesuatu
Sesuatu yang tak mungkin diharapkan
Mengapa diri meresahkan sesuatu
Sesuatu yang tak semestinya diresahkan
Benarkah diri bila selalu menutup diri dari sesuatu
Sesuatu yang dianggap tabu oleh sebagian insan
Pantaskah diri mencintai sesuatu
Sesuatu yang belum layak dicintai
Bingung
Gelisah
Rindu
Marah
Sayang
Benci
Atau cintakah yang dirasakan
Kepada siapa daku mengadu akan hal ini
Sedangkan diri masih terjerat rantai- rantai kehampaan
Salah atau benarkah diri atas semua ini
Mengapa ini harus terjadi
Ya Rabb……..
Bimbinglah daku di jalan-Mu
Hanya Engkaulah Yang Maha Tahu
Apa yang tidak diketahui oleh hamba-Mu
Apakah salah bila diri memikirkan sesuatu
Sesuatu yang tidak pantas dipikirkan
Salahkah diri merindukan sesuatu
Sesuatu yang tak berhak dirindukan.
Berdosakah diri bila memimpikan sesuatu
Sesuatu yang tak seharusnya diimpikan
Bersalahkah kita bila diri mengharapkan sesuatu
Sesuatu yang tak mungkin diharapkan
Mengapa diri meresahkan sesuatu
Sesuatu yang tak semestinya diresahkan
Benarkah diri bila selalu menutup diri dari sesuatu
Sesuatu yang dianggap tabu oleh sebagian insan
Pantaskah diri mencintai sesuatu
Sesuatu yang belum layak dicintai
Bingung
Gelisah
Rindu
Marah
Sayang
Benci
Atau cintakah yang dirasakan
Kepada siapa daku mengadu akan hal ini
Sedangkan diri masih terjerat rantai- rantai kehampaan
Salah atau benarkah diri atas semua ini
Mengapa ini harus terjadi
Ya Rabb……..
Bimbinglah daku di jalan-Mu
Hanya Engkaulah Yang Maha Tahu
Apa yang tidak diketahui oleh hamba-Mu
ikatan Dari-Mu
By : Ayid
Ku duduk di terpa tiupan angin
Sambil terdiam menemani malam
Berusaha berbisik kepada bintang yang bertebaran
Ada apa denganku dan semua ini
Tak pernah ku membayangkan
Betapa bersalahnya aku
Atas semua perangaiku
Yang terjadi tanpa ku sadari
Oh bulan..
Ku tak pernah menyangka
Ternyata ku telah membuat bidadari itu
Sedih dan meneteskan air matanya
Hanya karena sikap dan ulahku
Langit..
Mungkin ku takkan pernah tahu
Betapa pentingnya mereka bagiku
Hingga aku merasa kehilangan mereka
Di dalam setiap kerlipan hatiku
Ya Allah..
Jika hati ini telah terikat
Oleh ikatan suci dari-Mu
Maka jangan biarkan ia lepas
Karena apapun dan kapan pun.
Ku duduk di terpa tiupan angin
Sambil terdiam menemani malam
Berusaha berbisik kepada bintang yang bertebaran
Ada apa denganku dan semua ini
Tak pernah ku membayangkan
Betapa bersalahnya aku
Atas semua perangaiku
Yang terjadi tanpa ku sadari
Oh bulan..
Ku tak pernah menyangka
Ternyata ku telah membuat bidadari itu
Sedih dan meneteskan air matanya
Hanya karena sikap dan ulahku
Langit..
Mungkin ku takkan pernah tahu
Betapa pentingnya mereka bagiku
Hingga aku merasa kehilangan mereka
Di dalam setiap kerlipan hatiku
Ya Allah..
Jika hati ini telah terikat
Oleh ikatan suci dari-Mu
Maka jangan biarkan ia lepas
Karena apapun dan kapan pun.
Ibu
by : Ayid
Ibu…
Kau adalah wanita yang sangat menyangiku
Tak pernah ku merasakan kasih dan sayang
Dari seorang wanita mana pun
Yang melebihi kasih sayangmu padaku
Ibu..
Engkaulah orang yang paling mengerti akanku
Walaupun terkadang ku tak mengerti akan perhatianmu
Engkaulah orang yang menyinariku
Melebihi sinar matahari atas bumi
Ibu…
Engkaulah orang yang mengajariku berbagai hal
Engkau jualah yang mengenaliku kepada Tuhanku
Mengenaliku tentang agama ini
Engkaulah yang menanamkan benih iman di dalam hatiku
Hingga ku mengenal akan hakikat diriku
ibu…
engkaulah sahabat terbaik yang pernah ada
ketikaku senang dan bahagia
sunggah kesakitan yang pernah kualami selama ini
tiada lain obat penawarnya melainkan dirimu
ibu….
Terima kasih atas segala kasih dan sayangmu padaku
Juga atas senyummu, nasehat, dan doamu serta ridhamu untukku
Sungguh ku takkan mampu membayar semua ini
Walau lautan emas sebagai bayarannya
Ibu….
Tak ada yang dapat mengganti posisimu di hatiku
Walau bidadari surga sekalipun di tawarkan
Ibu..Maafkanlah semua salahku padamu..dan ridhailah aku
Ya Rabbi..
Ampunilah dosa – dosaku dan dosa ibuku
Kasihanilah dan Ridhailah dirinya
Janganlah kau masukkanku ke dalam surga-Mu
Sebelum kau memasukkannya ke dalam surga-Mu
Kabulkanlah permohonanku wahai zat yang maha mengabulkan pinta hamba-Mu
Ibu…
Kau adalah wanita yang sangat menyangiku
Tak pernah ku merasakan kasih dan sayang
Dari seorang wanita mana pun
Yang melebihi kasih sayangmu padaku
Ibu..
Engkaulah orang yang paling mengerti akanku
Walaupun terkadang ku tak mengerti akan perhatianmu
Engkaulah orang yang menyinariku
Melebihi sinar matahari atas bumi
Ibu…
Engkaulah orang yang mengajariku berbagai hal
Engkau jualah yang mengenaliku kepada Tuhanku
Mengenaliku tentang agama ini
Engkaulah yang menanamkan benih iman di dalam hatiku
Hingga ku mengenal akan hakikat diriku
ibu…
engkaulah sahabat terbaik yang pernah ada
ketikaku senang dan bahagia
sunggah kesakitan yang pernah kualami selama ini
tiada lain obat penawarnya melainkan dirimu
ibu….
Terima kasih atas segala kasih dan sayangmu padaku
Juga atas senyummu, nasehat, dan doamu serta ridhamu untukku
Sungguh ku takkan mampu membayar semua ini
Walau lautan emas sebagai bayarannya
Ibu….
Tak ada yang dapat mengganti posisimu di hatiku
Walau bidadari surga sekalipun di tawarkan
Ibu..Maafkanlah semua salahku padamu..dan ridhailah aku
Ya Rabbi..
Ampunilah dosa – dosaku dan dosa ibuku
Kasihanilah dan Ridhailah dirinya
Janganlah kau masukkanku ke dalam surga-Mu
Sebelum kau memasukkannya ke dalam surga-Mu
Kabulkanlah permohonanku wahai zat yang maha mengabulkan pinta hamba-Mu
GUru egois
BY : @yid
Duduk dengan sorotan mata tajam
Memegang sebuah pena dan secarik kertas
Mengamati setiap gerak – gerik kami
Di sudut ruangan itu
Tak ada dari gerombolan ini
Yang kau katakan sempurna
Walau hanya sepotong saja
Mengapa begitu sulit bagimu
Menyatakan cukup bagus untuk mereka
Dari bibirmu
Walau sedetik saja
Mengapa kau mencari –cari celah kesalahan mereka
Padahal mereka sudah begitu yakin pada dirinya
Tapi mengapa tak pernah kau hargai
Apakah kau begitu yakin pada dirimu
Cobalah kau menjadi mereka
Mengekspresikan karyamu di hadapan ratusan mata
Lalu.. kau di cela dengan gampangnya
Rasakanlah..
Rasakanlah derita mereka
Dengarlah jeritan suara hati mereka
Jeritan penerus estafet bangsa
Duduk dengan sorotan mata tajam
Memegang sebuah pena dan secarik kertas
Mengamati setiap gerak – gerik kami
Di sudut ruangan itu
Tak ada dari gerombolan ini
Yang kau katakan sempurna
Walau hanya sepotong saja
Mengapa begitu sulit bagimu
Menyatakan cukup bagus untuk mereka
Dari bibirmu
Walau sedetik saja
Mengapa kau mencari –cari celah kesalahan mereka
Padahal mereka sudah begitu yakin pada dirinya
Tapi mengapa tak pernah kau hargai
Apakah kau begitu yakin pada dirimu
Cobalah kau menjadi mereka
Mengekspresikan karyamu di hadapan ratusan mata
Lalu.. kau di cela dengan gampangnya
Rasakanlah..
Rasakanlah derita mereka
Dengarlah jeritan suara hati mereka
Jeritan penerus estafet bangsa
GOODBYE
By: @ayid
I’am stay here and see
Sunray is going run to other place
I remember when you ask me
How long we will be beloved
As long as angels are there up high
Until the ocean run dry
I can only silent
Yes, silent
That is the word I can say to you
I close my eyes
Try to forget all thing about you
Although its to difficult
I’ve hands but I can’t always help you
I’ve ears but I can’t always listen you
I’ve mouth but I can’t always talking to you
I’ve eyes but I can’t always see to you
I feel to hurt
When I’ve to say goodbye to you
Its to sweet to be with you
But I’ve to say goodbye to you
I believe you know
Why I did choose this way
Cause Allah. Only cause Allah
Because we aren’t muhrim, girl.
So goodbye.
I’am stay here and see
Sunray is going run to other place
I remember when you ask me
How long we will be beloved
As long as angels are there up high
Until the ocean run dry
I can only silent
Yes, silent
That is the word I can say to you
I close my eyes
Try to forget all thing about you
Although its to difficult
I’ve hands but I can’t always help you
I’ve ears but I can’t always listen you
I’ve mouth but I can’t always talking to you
I’ve eyes but I can’t always see to you
I feel to hurt
When I’ve to say goodbye to you
Its to sweet to be with you
But I’ve to say goodbye to you
I believe you know
Why I did choose this way
Cause Allah. Only cause Allah
Because we aren’t muhrim, girl.
So goodbye.
Oh Tuanku
(balasan puisi jerawat)
By : Ayid
Oh tuanku
Mengapa kau sesalkan kehadiranku
Mengapa kau tidak menghargai kesetianku
Tidak kaun menyadarinya
Oh tuanku
Maafkanlah daku
Yang tidak bisa menjadi
Seperti yang kau minta
Tuanku
Walaupun kehadiranku tak kaun harapkan
Namun ku tak sanggup berpisah denganmu
Maafkanlah daku
Tuanku
Daku rela kau melakukan apa saja terhadapku
Namun aku tak mau berpisah denganmu
Mengertilah..mengertilah
By : Ayid
Oh tuanku
Mengapa kau sesalkan kehadiranku
Mengapa kau tidak menghargai kesetianku
Tidak kaun menyadarinya
Oh tuanku
Maafkanlah daku
Yang tidak bisa menjadi
Seperti yang kau minta
Tuanku
Walaupun kehadiranku tak kaun harapkan
Namun ku tak sanggup berpisah denganmu
Maafkanlah daku
Tuanku
Daku rela kau melakukan apa saja terhadapku
Namun aku tak mau berpisah denganmu
Mengertilah..mengertilah
jerawat
By : ayid
Jerawat
Mengapa dikau begitu setia
Padahal dikau sudahku caci dan maki
Kusiksa dan ku picit¬-picit
Namun kau tetap setia
Oh jerawat
Kehidupan dan kedatanganmu
Tak pernahku harapkan
Apalagi ku impikan
Jerawat
Dengarkanlah permintanku
Enyahlah kau dari kehidupanku
Oh Jerawat
Mengertilah..mengertilah
Jerawat
Mengapa dikau begitu setia
Padahal dikau sudahku caci dan maki
Kusiksa dan ku picit¬-picit
Namun kau tetap setia
Oh jerawat
Kehidupan dan kedatanganmu
Tak pernahku harapkan
Apalagi ku impikan
Jerawat
Dengarkanlah permintanku
Enyahlah kau dari kehidupanku
Oh Jerawat
Mengertilah..mengertilah
Desaku
By : ayid
Desaku
Eengkau sangatlah indah
Dikelilingi pepohonan nan hijau
Udaramu yang segar lagi bersih
Sangat baik bagi kesehatan kami.
Di pagi harimu yang segar
Terdengar kokokam ayam dan nyanyian burung
Membangunkanku dari tidur nyenyakku
Sambil menikmati merdunya kicauan burung
Disana . .
Didesa itu aku dilahirkan dan dibesarkan
Dari ayunan sampai remaja
Susah dan senang kurasakan disana
Duhai desaku
Kini aku sudah dewasa dan merantau ke negeri seberang
Mencari ilmu dan pengalaman
Kuharap kau tidak bersedih karena kitakan berpisah.
Oh desaku . .
Walau kini aku dinegeri jiran
Tapi hatiku tetap mengingatmu
Walau aku jauh darimu
Aku berjanji padamu hai desaku
Kelak ketika aku telah sukses
Aku akan pulan kepadamu
Kita bersatu kembali seperti dulu
Membangun desa menjadi maju
Desaku
Eengkau sangatlah indah
Dikelilingi pepohonan nan hijau
Udaramu yang segar lagi bersih
Sangat baik bagi kesehatan kami.
Di pagi harimu yang segar
Terdengar kokokam ayam dan nyanyian burung
Membangunkanku dari tidur nyenyakku
Sambil menikmati merdunya kicauan burung
Disana . .
Didesa itu aku dilahirkan dan dibesarkan
Dari ayunan sampai remaja
Susah dan senang kurasakan disana
Duhai desaku
Kini aku sudah dewasa dan merantau ke negeri seberang
Mencari ilmu dan pengalaman
Kuharap kau tidak bersedih karena kitakan berpisah.
Oh desaku . .
Walau kini aku dinegeri jiran
Tapi hatiku tetap mengingatmu
Walau aku jauh darimu
Aku berjanji padamu hai desaku
Kelak ketika aku telah sukses
Aku akan pulan kepadamu
Kita bersatu kembali seperti dulu
Membangun desa menjadi maju
Hanya lewat mmimpi
By : Ayid
Menunggu setangkai cinta yang tak kunjung datang
Membuat jiwaku retak
Mengharap dirimu hadir
Membuatku bimbang
Menyimpan rasa yang tlah tercipta
Membuat penyesalan yang dalam
Ingin rasanya ku berteriak
Tuk memanggilmu di sana
Ingin daku menjemputmu
Walau hanya dalam mimpi
Ingin daku meramaikan hatiku dengan bayangmu
Walau ku tahu rasa iu akan kembali sepi
Mengapa hidupku begitu sepi
Apakah daku tak pantas di cintai
Walau hanya sesaat
Atau mungkin kau yang terlalau istimewa
Untuk di miliki
Sungguh cinta ini telah menyita waktuku
Hanya untuk pikirkan engkau
Aneh…
Mungkin aku terlalu bodoh untuk hal seperti ini
Namun mengapa kau tak menyadari hal ini
Mungkinkah hidupku seperti ini
Yang selalu jauh dari cinta
Tak ada seorang insan pun menjawab
Ketika ku bertanya hal ini padanya
Mereka hanya tersenyum manis
Menghiburku atau malah menyindirku
Ku tak tahu faktanya
Yang pastinya mereka tak dapat membantuku
Menunggu setangkai cinta yang tak kunjung datang
Membuat jiwaku retak
Mengharap dirimu hadir
Membuatku bimbang
Menyimpan rasa yang tlah tercipta
Membuat penyesalan yang dalam
Ingin rasanya ku berteriak
Tuk memanggilmu di sana
Ingin daku menjemputmu
Walau hanya dalam mimpi
Ingin daku meramaikan hatiku dengan bayangmu
Walau ku tahu rasa iu akan kembali sepi
Mengapa hidupku begitu sepi
Apakah daku tak pantas di cintai
Walau hanya sesaat
Atau mungkin kau yang terlalau istimewa
Untuk di miliki
Sungguh cinta ini telah menyita waktuku
Hanya untuk pikirkan engkau
Aneh…
Mungkin aku terlalu bodoh untuk hal seperti ini
Namun mengapa kau tak menyadari hal ini
Mungkinkah hidupku seperti ini
Yang selalu jauh dari cinta
Tak ada seorang insan pun menjawab
Ketika ku bertanya hal ini padanya
Mereka hanya tersenyum manis
Menghiburku atau malah menyindirku
Ku tak tahu faktanya
Yang pastinya mereka tak dapat membantuku
Di kesunyianku
By : ayid
Ku duduk di temani bintang – bintang yang bertaburan
Juga dinginnya angin malam yang menyapa lembut
Sambil menanyakan makna dari semua ini
Mengapa ia begitu misterius
Binatang malam masih saja asyik dengan nyanyiannya
Sementara aku masih terdiam di kelarutan malam
sambil berusaha mencari jawaban atas semua ini
Apakah ini yang mereka sebut kembalinya rasa itu
Rembulan itu kembali bersinar
Setelah hilang beberapa lama dari malam – malamku
Kembali menyinari lorong – lorong hati ini
yang telah lama gelap ditutupi kabut hitam
sobat…
aku mungkin bukan pujangga yang pintar merangkai kata
untuk selaluku ucapkan dihadapanmu
juga mustahil bagiku untuk menggapai bintang di langit
untuk ku persembahkan untukmu
sungguh diriku hanyalah insan biasa
dentingan jam itu menyadarkan ku dari lamunanku
walau bayanganmu kini selalu menemaniku
tapi ah.. sudahlah..
Mungkin kini saatnya aku ingin beristirahat
Walau bayanganmu terus menemaniku
Oh sang rembulanku
Cory y. dah ngantuk x ne, dah jam 2. kalau ga connect2 x. maklum aja y?
But it’s just for you.
Ku duduk di temani bintang – bintang yang bertaburan
Juga dinginnya angin malam yang menyapa lembut
Sambil menanyakan makna dari semua ini
Mengapa ia begitu misterius
Binatang malam masih saja asyik dengan nyanyiannya
Sementara aku masih terdiam di kelarutan malam
sambil berusaha mencari jawaban atas semua ini
Apakah ini yang mereka sebut kembalinya rasa itu
Rembulan itu kembali bersinar
Setelah hilang beberapa lama dari malam – malamku
Kembali menyinari lorong – lorong hati ini
yang telah lama gelap ditutupi kabut hitam
sobat…
aku mungkin bukan pujangga yang pintar merangkai kata
untuk selaluku ucapkan dihadapanmu
juga mustahil bagiku untuk menggapai bintang di langit
untuk ku persembahkan untukmu
sungguh diriku hanyalah insan biasa
dentingan jam itu menyadarkan ku dari lamunanku
walau bayanganmu kini selalu menemaniku
tapi ah.. sudahlah..
Mungkin kini saatnya aku ingin beristirahat
Walau bayanganmu terus menemaniku
Oh sang rembulanku
Cory y. dah ngantuk x ne, dah jam 2. kalau ga connect2 x. maklum aja y?
But it’s just for you.
cinta Hampa
By : Ayid
Selalu begini , , … setiap hati ini bicara , aku slalu diam , dan terus diam tanpa mengucapkan selembar katapun tentang apa yg sedang teralami , … mungkinkah aku slalu seperti ini ,… yg terus diam …
Hari – hari yg tlah terlalui membuat aku semakin jatuh terpuruk di segi 2 kehidupan ,, ingin sekali hati ini hadirkan kata yg indah ke hadapanmu ,,… yg kan membawa aku terbang keawan menggapai cinta disana,,
Tapi aku sadari aku tak kan mungkin mampu utk melakukannya
, … diriku hanya mungkin bisa berkhayal utk miliki dirimu dan hanya bisa beranggan ,,,,,,,,,,…………
Kalau saja waktu itu ku katakan yg apa yg teralami di hatiku ,.. mungkin kau dapat pahami cinta hampa ku
Selalu begini , , … setiap hati ini bicara , aku slalu diam , dan terus diam tanpa mengucapkan selembar katapun tentang apa yg sedang teralami , … mungkinkah aku slalu seperti ini ,… yg terus diam …
Hari – hari yg tlah terlalui membuat aku semakin jatuh terpuruk di segi 2 kehidupan ,, ingin sekali hati ini hadirkan kata yg indah ke hadapanmu ,,… yg kan membawa aku terbang keawan menggapai cinta disana,,
Tapi aku sadari aku tak kan mungkin mampu utk melakukannya
, … diriku hanya mungkin bisa berkhayal utk miliki dirimu dan hanya bisa beranggan ,,,,,,,,,,…………
Kalau saja waktu itu ku katakan yg apa yg teralami di hatiku ,.. mungkin kau dapat pahami cinta hampa ku
Bayangannya
By : Ayid
Dia..
Terus mengukir senyum di benakku
Kata kata manis darinya tadi
Masih bersemayam di memori ini
Siapakah ia di hatiku
Mengapa ia begitu akrab denganku
Padahal semua temanku diacuhkan olehnya
Mengapa bisa demikian
Ada apa dengan semua ini
Aku heran pada dirinya
Aku bukan siapa – siapa baginya..
Tapi..
Mengapa ia enggan lari dari pikiranku
Ku duduk di temani bintang – bintang
Bayangannya.. selalu menemaniku
Apakah ini yang di namakan…
Ah.. sudahlah..
Aku ingin beristirahat
Walau bayangan itu terus mengusikku
Dia..
Terus mengukir senyum di benakku
Kata kata manis darinya tadi
Masih bersemayam di memori ini
Siapakah ia di hatiku
Mengapa ia begitu akrab denganku
Padahal semua temanku diacuhkan olehnya
Mengapa bisa demikian
Ada apa dengan semua ini
Aku heran pada dirinya
Aku bukan siapa – siapa baginya..
Tapi..
Mengapa ia enggan lari dari pikiranku
Ku duduk di temani bintang – bintang
Bayangannya.. selalu menemaniku
Apakah ini yang di namakan…
Ah.. sudahlah..
Aku ingin beristirahat
Walau bayangan itu terus mengusikku
baru ku mengerti
By : @YID
Kini baruku mengerti
Mengapa Tuhan menciptakan perbedaan
Yang terkadang sulit ku terima
Namun kutahu ada hikmah dari semua itu
Aku baru mengerti mengapa ada malam
Agar aku dapat menikmati siang
Aku baru mengerti mengapa ada sakit
Agar ku tahu betapa mahalnya kesehatan
Aku baru mengerti mengapa ada suka
Agar aku tak larut dalam duka
Aku baru mengerti mengapa ada perpisahan
Agar aku bisa menghargai setiap pertemuan
Aku baru mengerti mengapa ada rindu
Agar aku dapat mengingat setiap kenangan
Aku baru mengerti mengapa ada benci
Agar aku dapat menjaga cinta yang kumiliki
Tuhan..
Ajarkanlah setiap rahasia – Mu padaku
Agarku tak salah dalam setiap langkahku
Bimbinglah aku dalam setiap arah yang ku tuju
Menuju jalan yang lurus
Jalan yang Kau ridhai
Kini baruku mengerti
Mengapa Tuhan menciptakan perbedaan
Yang terkadang sulit ku terima
Namun kutahu ada hikmah dari semua itu
Aku baru mengerti mengapa ada malam
Agar aku dapat menikmati siang
Aku baru mengerti mengapa ada sakit
Agar ku tahu betapa mahalnya kesehatan
Aku baru mengerti mengapa ada suka
Agar aku tak larut dalam duka
Aku baru mengerti mengapa ada perpisahan
Agar aku bisa menghargai setiap pertemuan
Aku baru mengerti mengapa ada rindu
Agar aku dapat mengingat setiap kenangan
Aku baru mengerti mengapa ada benci
Agar aku dapat menjaga cinta yang kumiliki
Tuhan..
Ajarkanlah setiap rahasia – Mu padaku
Agarku tak salah dalam setiap langkahku
Bimbinglah aku dalam setiap arah yang ku tuju
Menuju jalan yang lurus
Jalan yang Kau ridhai
bahasa jiwa
BY : @y!d
Aku heran padanya..
Mengapa ia bisa begitu dingin
Di tengah kemarau yang melanda
Aku jua heran pada kenyataan
Mengapa ia bisa begitu tenang
Di saat hati sedang berkecamuk
Benih – benih yang tertanam oleh sang waktu
Serta tetesan hujan asmara terus mengalir dengan derasnya
Tumbuhan itu kini tumbuh subur di taman hati
Tanpa pernah ku sadari
Sejuta puisi sarta untaian kata indah telah ku tuliskan
Namun tak tahu bagaimana caranya untuk meyakinkannya
Kata – kata yang ingin ku ucapkan
Sirna seketika di hadapannya
Oh angin..
Ajarkanlah aku bahasa jiwa dan perasaan
Agar ku mampu mengucapkan kalimat yang terindah untuknya
Kalimat yang terkaya dari tabungan hatiku
Yaitu Aku cinta padamu
Aku heran padanya..
Mengapa ia bisa begitu dingin
Di tengah kemarau yang melanda
Aku jua heran pada kenyataan
Mengapa ia bisa begitu tenang
Di saat hati sedang berkecamuk
Benih – benih yang tertanam oleh sang waktu
Serta tetesan hujan asmara terus mengalir dengan derasnya
Tumbuhan itu kini tumbuh subur di taman hati
Tanpa pernah ku sadari
Sejuta puisi sarta untaian kata indah telah ku tuliskan
Namun tak tahu bagaimana caranya untuk meyakinkannya
Kata – kata yang ingin ku ucapkan
Sirna seketika di hadapannya
Oh angin..
Ajarkanlah aku bahasa jiwa dan perasaan
Agar ku mampu mengucapkan kalimat yang terindah untuknya
Kalimat yang terkaya dari tabungan hatiku
Yaitu Aku cinta padamu
ramuan penghapus dosa
Ambil akar pohan KEFAKIRAN dan cabang kerendahan hati (TAWADHU’).Taruh keduanya dalam keranjang TAUBAT tumbuk dengan lesung KERIDAAN ILAHI dan haluskan melalui serut kepuasan nurani
(qanaah) serbuk yang ada beri campuran air haya’ (rasa malu ). Masukanlah ke dalam kendi TAQWA lalu dididihkan dengan api MAHABBAH dan RASA cinta segera dinginkan dengan uadara raja’ atau hawa pengharapan begitu ramuan siap di minum dengan sendok hamdalah yang di produksi oleh mesin bernama rasa syukur.
(qanaah) serbuk yang ada beri campuran air haya’ (rasa malu ). Masukanlah ke dalam kendi TAQWA lalu dididihkan dengan api MAHABBAH dan RASA cinta segera dinginkan dengan uadara raja’ atau hawa pengharapan begitu ramuan siap di minum dengan sendok hamdalah yang di produksi oleh mesin bernama rasa syukur.
mutiara hikmah
Mutiara hikmah
Belajar dari alam
Suatu ketika tampak seorang musafir bersama anaknya berjalan dan terus berjalan dengan seekor kuda peliharaan milik mereka. Karena keletihan, si anak pun meminta kepada musafir tersebut untuk beristirahat sebentar. Hingga berhentilah mereka di depan sebuah pohon Asam yang lebat daun dan buahnya untuk berteduh di bawahnya. Sejenak kemudian, si anak pun melihat ke seberang jalan, sebuah kebun yang terdapat banyak tanaman labu dan tanaman semangka beserta buahnya yang lebat dan besar – besar ukurannya. Sementara si musafir sedang mengikat kudanya pada pohon yang berada di sampin pohon beringin lalu mengeluarkan bekal yang mereka persiapkan dari rumah tadi.
Dalam diamnya sambil melihat kearah kebun tadi, si anak pun berfikir. “ Sepertinya Allah tidak adil dalam menciptakan makhluknya di alam ini. Bagaimana tidak, pohon Asam yang tinggi lagi besar ini, tapi berbuah kecil. Sementara tanaman labu dan semangka di kebun seberang sana, pohonnya kecil, tapi buahnya besar – besar.”
Karena penasaran si anak pun bertanya pada ayahnya. “ Wahai Ayahku, Aku heran. mengapa pohon Asam tempat kita berteduh ini buahnya kecil, sedangkan pohonnya besar. Sementara di seberang sana, pohonnya kecil lagi rendah, tapi buahnya besar – besar. Sepertinya Allah tidak adil ya menciptakan makhluknya ” kata si anak sambil menunjuk kebun di seberang sana yang terdapat tanaman labu dan semangka di dalamnya.
Mendengar pertanyaan dari si anak, si musafir tersebut pun tersenyum. Ketika hendak menjawab pertanyaan tadi. Tiba – tiba buah dari pohon Asam tadi pun jatuh dan mengenai kepala si anak. Dengan spontan si anak berkata:
“ Aduh.“ kata si anak karena terkejut.
Kemudian si musafir pun berkata.
“ Anakku dengarkan. Coba kamu bayangkan bagaimana jika seandainya pohon semangka itu tinggi dan besar seperti pohon Asam ini. Tentunya setiap musafir seperti kita ini akan berteduh di bawahnya ketika lelah. Nah. Bagaimana jika seandainya buahnya jatuh dan mengenai kepala kita seperti buah pohon asam ini yang mengenai kepalamu tadi?”
Lalu si anak pun terdiam seribu bahasa. Kemudian musafir tersebutu pun melanjutkannya:
“ Subhanallah. Sungguh Allah SWT yang Maha Sempurna. Tentunya sudah memperhitungkannya sebelum menciptakan sesuatu. Jadi, jangan pernah kamu berfikir bahwa Allah itu memiliki kesalahan atau kekurangan. Karena segala sesuatu yang diciptakan-Nya memiliki hikmah”
Lalu musafir tersebut pun melanjutkan perjalanan mereka kembali.
Semoga bermafaat. Alfaqir
Ayid (23-1-2009)
Belajar dari alam
Suatu ketika tampak seorang musafir bersama anaknya berjalan dan terus berjalan dengan seekor kuda peliharaan milik mereka. Karena keletihan, si anak pun meminta kepada musafir tersebut untuk beristirahat sebentar. Hingga berhentilah mereka di depan sebuah pohon Asam yang lebat daun dan buahnya untuk berteduh di bawahnya. Sejenak kemudian, si anak pun melihat ke seberang jalan, sebuah kebun yang terdapat banyak tanaman labu dan tanaman semangka beserta buahnya yang lebat dan besar – besar ukurannya. Sementara si musafir sedang mengikat kudanya pada pohon yang berada di sampin pohon beringin lalu mengeluarkan bekal yang mereka persiapkan dari rumah tadi.
Dalam diamnya sambil melihat kearah kebun tadi, si anak pun berfikir. “ Sepertinya Allah tidak adil dalam menciptakan makhluknya di alam ini. Bagaimana tidak, pohon Asam yang tinggi lagi besar ini, tapi berbuah kecil. Sementara tanaman labu dan semangka di kebun seberang sana, pohonnya kecil, tapi buahnya besar – besar.”
Karena penasaran si anak pun bertanya pada ayahnya. “ Wahai Ayahku, Aku heran. mengapa pohon Asam tempat kita berteduh ini buahnya kecil, sedangkan pohonnya besar. Sementara di seberang sana, pohonnya kecil lagi rendah, tapi buahnya besar – besar. Sepertinya Allah tidak adil ya menciptakan makhluknya ” kata si anak sambil menunjuk kebun di seberang sana yang terdapat tanaman labu dan semangka di dalamnya.
Mendengar pertanyaan dari si anak, si musafir tersebut pun tersenyum. Ketika hendak menjawab pertanyaan tadi. Tiba – tiba buah dari pohon Asam tadi pun jatuh dan mengenai kepala si anak. Dengan spontan si anak berkata:
“ Aduh.“ kata si anak karena terkejut.
Kemudian si musafir pun berkata.
“ Anakku dengarkan. Coba kamu bayangkan bagaimana jika seandainya pohon semangka itu tinggi dan besar seperti pohon Asam ini. Tentunya setiap musafir seperti kita ini akan berteduh di bawahnya ketika lelah. Nah. Bagaimana jika seandainya buahnya jatuh dan mengenai kepala kita seperti buah pohon asam ini yang mengenai kepalamu tadi?”
Lalu si anak pun terdiam seribu bahasa. Kemudian musafir tersebutu pun melanjutkannya:
“ Subhanallah. Sungguh Allah SWT yang Maha Sempurna. Tentunya sudah memperhitungkannya sebelum menciptakan sesuatu. Jadi, jangan pernah kamu berfikir bahwa Allah itu memiliki kesalahan atau kekurangan. Karena segala sesuatu yang diciptakan-Nya memiliki hikmah”
Lalu musafir tersebut pun melanjutkan perjalanan mereka kembali.
Semoga bermafaat. Alfaqir
Ayid (23-1-2009)
cerpen- sesalku
BY : @Y!D
Kerlipan bintang mulai memudar begitu juga sang rembulan mulai tampak menecil dan hendak pergi meninggalkan malam. Makhluk – makhluk malam kembali ke sarangnya, walaupun sang mentari belum terlihat. Sementara si jago terus berteriak membangunkan dunia dan penghuninya tanpa pamrih. Walaupun sebagian besar penghuninya tidak memperdulikan mereka bahkan kembali menarik selimut – selimut mereka untuk menutupi tubuh yang kedinginan.
Kriing…kring..kring… jam bekerku berbunyi, menyadarkanku dari alam indahku. Kuarahkan mataku kepada benda yang mengganggu mimpiku yang indah. Mimpi ? Ya.. Itulah mimpi yang selalu aku alami belakangan ini. Mimpiku menjadi seorang mahasiswi, walau sebenarnya itu belum terwujud namun aku senang dengan mimpiku itu.
Sayup – sayup terdengar suara azan dari mushalla yang tak jauh dari rumahku. Aku pun beranjak dari ranjangku menuju kamar mandi untuk berwudhu, lalu shalat subuh.
Selesai shalat aku membersihkan kamarku, ya maklumlah habis tadi tidak sempat dirapikan. Setelah itu aku pun mencari sebuah benda ajaib milikku, yaitu ha-pe. 1 new message. Oh ternyata ada sms dari sahabatku Natul, aku pun membukanya :
” Assalamu’alaikum sohib.. afwan ana ganggu ukhti. Ana cuma mau ngingatin hari ini pengumuman hasil UAN di sekolah (dayah) kita pukul 4 sore. Jangan lupa tu ya.. Syukran. ( oh iya, kalau ga keberatan ana numpang ya. bolehkan? )
Ohya.? Astaghfirullah. Mengapa aku lupa ya..apa karena aku terlalu berharap untuk jadi mahasiswi. Aku pun membalasnya :
” Wa’alaikum dear.. hu.. dasar bilang aja mau minta tumpangan. Em.. ok dech nanti kita pergi bareng ke dayah. Eh. Syukran banget ya, kalau ga kamu ingatin mungkin aku lupa hari ini pengumuman. Ya udah sampai jumpa ntar sore ya. Ingat ga’ pake lama and nunggu ya. ? awas ! telat, tinggal. ( ohya Na. Jangan lupa bawa ember ya. Siapa tau ntar ada nangis bareng. He..He..).
“ Aduh... kita telat neh. Tuh liat di papan pengumuman dah penuh. Ayo buruan..!” ajakku sambil berusaha menerobos kerumunan santriwati lainnya yang juga meihat pengumuman seperti diri kami.
” Rini..! ana lulus…Alhamdulillah..ni nomornya. Anti gimana ?” tanya Natul.
” Ohya.. syukur dech. Mana nomornya ? eh. Aku juga lulus tuh. Tu nomornya di atas nomor kamu. Alhamdulillah...” jawabku dengan senangnya sambil melompat riang ke atasnya. Tak terasa butiran bening membasahi ujung mata kami berdua.
Hari demi hari terus berjalan, hingga waktu pengumuman SPMB pun tiba. Seperti layaknya calon mahasiswi yang lainnya. Gelisah, was-was, cemas, terus menghantuiku dan aku yakin juga melanda teman – teman seperjuangan denganku di seluruh nusantara. Namun bedanya kali ini aku yang mengingatkan Natul. Ku ambil hand phoneku, lalu
” Assalam.. Natul.! Jangan lupa ya. Nanti malam temanin aku ya di rumah. Kita liat hasil SPMB bareng, ga enak liat ndiri. Ga seru. key !bls GPL ”
Tidak lama kemudian, handphoneku berbunyi.lalu 1 new message.
” Wassalam..oke dech ukhti. Tapi ingat apapun hasilnya kita wajib tawakkal ya sohib. Betewe, ntar kalau kita lulus anti pilih mana. UIN atau dua2nya ? ”
Dasar ni anak, obsesinya menjadi ustadzah ga pernah surut dari hatinya.
” Baik ustadzah...em.pilih mana ya..? bingung juga ne.jalani aja dua2nya.gimana setuju ga?kasih saran dunk...! pintaku
” Pilih dua – duanya. Yakin? Kamu sich enak anak OK, nah ana. Cuma anak PNS biasa. Tapi kalau emang anti pengen jalani dua – duanya ana dukung banget. Kan keren tu punya kawan dah baek, shalehah, pintar, kuliah di dua tempat lagi. Kalau ana sih pikir – pikir & tanya Abi dulu.” Balasnya.
” Yakin dong. Apa sih susahnya. Rini gitu loh. Apa sich yang ga bisa. Ya udah Na tanya aja dulu, mudah – mudahan di kasih. So jangan lupa. Kita tetap saingan.key ! dah dulu ya, aku mau beres – beres dulu.bye.. Assalam..” lalu ku letakkan ha-peku di atas kasur algaku.
Dengan perasaan yang tidak kalah serunya dengan yang aku alami ketika menanti hasil UAN kemarin, jantungku berlomba berdetak bersama urat nadiku. Walaupun aku sudah dinyatakan lulus dan sudah menjadi mahasiswi sebuah Universitas Islam terkenal di daerahku namun aku tetap berharap supaya lulus di universitas impianku dan menjadi seorang mahasiswi kedokteran.
” Duh..mana ya. Kok ga ada ? Ya ni anak, malah santai aja. Hei Na ! gimana kamu ada ga?liatin punyaku donk..!” tanyaku pada Natul.
Sementara Natul yang sedang asyik mencari nomor kami di internet dengan komputerku yang lain, tampak biasa saja. Tidak tampak sedikit pun kegelisahan darinya.
” Habis.. mau gimana lagi. Lulus syukur. Ga lulus juga ga apa – apa. Tenang aja napa sich. Eh liat nih. Buruan ! kayaknya ana kenal dech dengan nomor ni. Eh ni nomor ana. Beneran! Alhamdulillah. Ana lulus.” Jawabnya lalu ia pun sujud syukur di sampingku.
Dengan spontannya aku langsung melompat ke arahnya.
” Na. tu nomor aku. Yes.. hore aku lulus.. Alhamdulillah..” aku pun melompat kegirangan sehingga membuat seisi rumahku menjadi gempar. Aku jadi mahasiswi kedokteran. Lalu aku melompat ke arah Natul dan menarik tangannya lalu ku putar – putar.( seperti di film India gitu. he.he. ).Hingga kami pun terjatuh karena pusing., walaupun sakit namun kami tetap tertawa.
Kini aku sudah resmi menjadi seorang mahasiswi. Bahkan dari dua universitas kenamaan di daerahku. Senang dan bahagia tentu saja aku rasakan, aku juga merasa menjadi manusia teruntung di dunia ini. Sejak kecil aku tidak pernah merasa kekurangan. Hidup di keluarga kaya, uang saku yang tidak pernah putus, otak yang cemerlang, di sayang orang tua, saudara, guru, dan semua masyarakat di daerahku. Tidak pernah ada ada masalah yang ku hadapi selama ini, aku layaknya seorang putri yang hidup di istana kerajaan. Walaupun terkadang aku merasa kesepian karena tidak memiliki saudara kandung, maklumlah aku anak satu – satunya di keluargaku. Sejak hari ini, aku selalu membayangkan untuk hidup jauh dari Ortu, dan juga dayah yang penuh dengan segala peraturannya.
Aku kini tinggal dengan para pembantuku, dari yang mengurusi makan, baju, rumah, dan juga kebun serta seorang supir yang selalu setia mengantarku kemana pun aku pergi. Awalnya aku merasa nyaman seperti itu, siapa sih yang mau hidup susah. Tapi lama – kelamaan aku merasa terasing juga, aku bagaikan burung di sangkar emas. Apapun yang aku lakukan sudah di atur oleh pembantu – pembantuku dan pastinya semua yang mereka lakukan atas perintah mamiku.
Sempat suatu saat aku protes kepada mami ketika beliau menjengukku di sini.
” Mami, Rini udah gede mi. masa sih semuanya harus diatur. Dari makan, baju, dan juga jadwalku semuanya terjadwal. Rinikan bosan mi. Tolong dong ngertiin Rini. Plizz ” protesku.
” Lho..kamu kok protes ? seharusnya kamu bersyukur ada yang bantuin da fasilitas semuanya lengkap. Tidak seperti waktu mami kuliah dulu, semuanya serba sendiri. Tugas kamu hanya belajar, belajar, belajar. Awas jangan sampai mengecewakan mami dan papi ya? Ingat pesan Mami ! ” jawab Mami.
” So pasti dong Mi..rini ingat pesan Mami. Mi.. Rini boleh kost ga? Rini kepingin hidup seperti Natul, Nisa, Nanda, dan juga teman – teman yang lainnya. Gimana mi?” tanyaku.
” Apa ? terus rumah ini mau di apain? Kamu ini gimana sih. Papi sudah beli rumah bagus lengkap dengan fasilitasnya, lah kamunya malah minta tinggal di kost segala. Ga ah. TIDAK BOLEH !” jawab Mami sambil melototiku.
” Tapi Rini bosan sendiri disini, sementara teman – teman rini semua jauh – jauh do kostnya di sana. Atau kalau boleh Natul, Nisa, dan Nanda tinggal disini ya mi. Kan kamar di rumah ini banyak dan besar – besar lagi. Dan Rini bisa lebih mudah untuk belajar kelompok dengan mereka. Mamikan sudah mengenal mereka semua gimana wataknya, mereka itu yang sering Rini ajak ke rumah ketika liburan dayah dulu Mi. Gimana Mi boleh ya..? Ayolah Mi. plizz” pintaku dengan penuh harap.
” Kamu yakin ga bakalan napa – napa entar ? kalau kamu setuju, Mami sich oke – oke aja. Tapi ingat walaupun sudah rame teman nantinya, tugas kamu tetap.. ” belum habis mami bicara aku sudah memotongnya.
” Belajar dan ibadah yakan Mi. Makasih ya. Mami memang super hero di dunia ini.” Pujiku sambil memeluk mami karena senangnya.
Kini kesepianku sudah terobati. Rumah yang selama ini sunyi kini penuh dengan canda tawa dan juga lantunan ayat suci ketika selesai shalat magrib.
” Eh. Sohib – sohib sekalian. Masih ingat ga’ dengan abang – abang yang sering kita liat di mesjid dan juga pustaka kampus kita itu. Ingat ga’ ? Tanya Nisa.
” Abang yang mana ? terus di kampus yang mana nih. UIN atau..? kan rame tuh mahasiswanya. Gimana sich ne anak. ” jawabku sambil terus membuat catatan yang tertinggal.
” Udah – udah. Itu aja rebut. Emang abang yang mana ? Ana dan Rini kuliah di dua tempat ni. coba jelasin yang lengkap dong? ” sambung Natul.
” Hu..dasar. makanya kuliah lagi di dua tempat. Masa kalian ga ingat sich abang yang jadi asisten dosen Bahasa Inggris. Yang ganteng, alim, baik, pokoknya yang sering kita puji – puji itu. Ah masa kalian lupa sich. Coba ingat – ingat dulu. ” jawabnya.
Nanda dan Natul hanya menggeleng – geleng kepala tanda tidak ingat.
” Oh iya. Aku ingat. Abang yang sering negur kita waktu di Mesjidkan. Kamu ingat Na ? Yang berebutan buku dengan kamu waktu di pustaka, terus akhirnya dia bantu kita cariin bahan.!” Sahutku.
” Oo.. abang itu. Yang akhirnya bikin Natul ga bisa tidur malam ya. He.he.” jawab Nanda.
” Ah.. kamu Nda bisa aja. Emang napa dengan abang tu. ?” tanya Natul.
” Dengerin ya.. kemarin waktu aku pulang kuliah aku naik bis mahasiswa. Nah aku duduk disamping abang itu. Kami pun mengobrol lumayan lama. Dia memperkenalkan diri. Namanya Fariz, mahasiswa lulusan S-2 jurusan Bahasa Inggris di Universitas Islam Internasional, Malaysia. Dulunya dia mantan Ketua BEM yang berasal dari LDK. Sekarang dia menjadi dosen dan Pembina LDK kampus kita. Terus dia ngajak kita-kita masuk LDK. Gimana mau ga’? kan asyik tu. Kita bisa kenal banyak dari abang tu. Kali aja entar bisa jadi...” ia pun berhenti.
” Huss..kamu ni gimana sich. Masa masuk LDK karena abang itu. Kita tu masuk LDK harus karena kemauan sendiri.” Bantah Natul.
” Tapi aku setuju Sa ma saran lu. Kali aja entar dia bisa jadi pacar atau jodoh dari kita. Siapa tau. Ya ga’?” sahutku. Akhirna kami pun masuk LDK dengan berbagai alasan masing – masing.
Semester satu, dua, tiga sampai empat kami lewati dengan semangat dan hasil yang memuaskan. Hingga pada suatu hari aku berkenalan dengan seorang mahasiswa jurusan Ekonomi di kampusku,Rio namanya. Hari demi hari aku semakin akrab dengannya sampai akhirnya aku jadian dengannya. Ya..aku pacaran dengannya walaupun teman – temanku tidak mengetahuinya. Namun sepintar apapun membungkus bangkai, baunya tersebar juga. Walaupun akhirnya ketahuan juga tapi teman – temanku hanya diam saja, kecuali Natul. Ia tidak bosan – bosannya menceramahiku.
” Na.. dengerin ya. Kita ini sudah besar. Wajarkan kalau aku kepingin pacaran,, toh apa sih ruginya kamu kalau aku pacaran? Ga adakan ?” protesku.
” Ana Cuma ngingatin aja. Kalau ga mau dengar ya sudah.“ jawabnya pasrah sambil berlalu menuju kamarnya.
” Alah kamu irikan sama aku bilang aja. Walaupun kamu cantiknya tidak kalah denganku. Tapi tidak ada cowok yang naksir kamu, yakan? Ayolah Na…Revolusi diri dong. Jangan menutup diri gitu. Kita ini bukan santri dan siswi lagi, kita ini mahasiswi. Kita ini bebas berekpresi apa aja. ” Jawabku.
Revolusi diri dong. Jangan menutup diri gitu. Ya. Itulah kata yang sering di ucapkan Rio pacarku ketika ia mengajakku untuk bermesraan dengannya. Awalnya aku agak canggung ketika pertama kali Rio mengajakku nge-date, apalagi saat ia pertama kali memegang tanganku. Sampai – sampai aku keluar keringat dingin. Tapi lama – kelamaan, aku menjadi terbiasa ( bahkan untuk hal – hal yang lainnya seperti pelukan dan ” maaf “ ciuman ). Dari sinilah kehidupanku mulai tidak terkontrol, bahkan dapatku katakan mulai hancur.
Aku sudah mulai jarang bahkan hampir tidak pernah lagi untuk belajar dan tadarus bareng teman – temanku di rumah. Bahkan untuk memegang Alquran pun aku malas. Apalagi yang namanya shalat berjamaah, qiyamullail bareng, atau puasa senin – kamis. Rasanya tidak ada waktu untuk itu semua. Untung saja aku masih mau shalat, atau aku lagi datang bulan. Itulah alasan setiap saat ketika mengajakku.
Sikapku terhadap pembantuku pun semakin menjadi – jadi. Caci maki dan sumpah serapah teramat sering ku lontarkan untuk mereka. Sehingga satu persatu dari mereka memilih berhenti bekerja di rumahku, sementara aku tidak pernah memikirkan nasib mereka setelah itu. Bi’ Inah yang selama ini selalu memasak, menyiapkan makanan dan minumanku lebih memilih pulang ke kampung halamannya. Aku tentu saja tidak peduli, akukan bisa beli apa saja makanan yang aku inginkan. Pak Din yang selama ini merawat taman dan juga menjadi supir pribadiku juga memilih untuk meninggalkan rumah.
Alasannya, Ali anaknya sudah kembali ke kampungnya dan membuka usaha di sana. Lagi – lagi aku tidak peduli, kalau mau pergi aku bisa bersama Rio. Masalah tamanku itu mah gampang, aku bisa memanggil tukang taman. Untung saja Atun masih setia di rumahku. Sehingga pakaianku tetap ada yang mencuci dan menggosok. Apalagi ia juga doyan makan, jadi tugasnya sebagai mesin perontok tetap terpakai.Pokoknya, aku tidak peduli sama mereka Toh, mereka yang minta sendiri kok sehingga punya alasan ketika ditanya Mami nanti kalau Mami sudah pulang dari Paris.
Setiap harinya aku hanya asyik dengan pacarku. Kalau tidak bersama Rio, aku ya bersama Ha-peku. Apalagi yang dapat aku kerjakan selain SMS-an. Buku – buku pelajaran hampir tidak pernahku sentuh lagi, paling – paling ya hanya catatan Natul yang setiap hari aku pinjam untuk menyamakan catatan. Begitulah hari – hari yang aku lalui setiap saat, sementara maksiat yang ku lakukan atas nama cinta sudah tak terhitung lagi. Ya begitulah nafsu, ia akan selalu merasa lapar dan tidak pernah kenyang dan tidak pernah tenang, itulah yang selalu ku alami. Ratusan bahkan ribuan ciuman dan pelukanku lewatkan tanpa merasa berdosa sedikit pun.
Aku bagaikan seorang yang sedang asyik mabuk – mabukan, “ Sungguh ketika aku meminum gelas pertama aku merasa menjadi manusia yang baru sehingga aku harus meminum gelas selanjutnya. Bahkan sampai gelas – gelas itu tidak terhitung lagi jumlahnya. Namun semakin banyak aku meneguk minuman itu, rasanya aku semakin membutuhkan untuk yang selanjutnya. Hingga tanpa ku sadari mulutku pun telah berbuih.”. itulah perumpaan yang tepat untuk menggambarkan tentang syahwatku.
Aku pun kini mulai berani mengizinkan Rio untuk masuk ke rumahku tanpa memperdulikan kondisi teman – temanku yang lain. Aku juga sering mengajak Rio untuk masuk ke kamar tidurku. Walaupun tidak berhubungan badan, namun kami sering melakukan hal – hal lain layaknya suami istri ( hanya saja tidak berhubungan badan ).
Ternyata tanpa sepengetahuanku, teman – temanku merasa amat terganggu. Bahkan Nanda dan Nisa pun telah memutuskan diri untuk pindah ke tempat kost yang baru mereka temukan tanpa sepengetahuanku kapan mereka mencarinya. Sementara aku hanya bisa melepaskan mereka begitu saja, walaupun sejujurnya aku sedikit merasa senang. Aku merasa lebih bebas lagi di bandingkan ketika ada teman – temanku di rumah ini.
Hanya Natul yang masih setia menemaniku, walaupun terkadang aku merasa alangkah baiknya jika ia pun pergi dari rumah ini. Jadi tidak ada laagi yang menasehatiku dengan ocehan – ocehannya itu. Tapi aku juga tidak berani mengusirnya, karena dulu aku yang memintanya untuk tinggal di rumah ini. Hingga suatu ketika terjadi pertengkaran hebat antara aku dan dia di sebabkan oleh tingkah laku Rio yang tidak aku ketahui.
Ketika itu Natul sedang mandi di kamar mandi yang berada di kamarnya, tepatnya lagi di samping kamar mandi kamarku. Rio yang menyadari bahwa Natul sedang mandi, meminta izin kepadaku untuk menggunakan kamar mandiku. ” sayang.. aku ke kamar mandi duluya. Aku buang air dulu ga lama kok tenang ja.” katanya. Ternyata apa yang dilakukan Rio di kamar mandiku sama sekali tidak ku duga. Ia mengintip Natul mandi dan parahnya lagi ia pun memotret natul dalam kondisi tanpa pakaian.
Entah syetan apa yang merasuki Rio, pacarku. Ia pun sering melakukan hal ini berkali – kali. Sampai suatu ketika aku tidak dirumah, namun Rio kekasihku ia berada di kamarku. Tadinya sih aku mau membangunkannya, tapi lantaran aku melihatnya tidur pulas aku pun enggan membangunkannya. Rupanya itu hanya taktik Rio agar bisa berduaan dengan Natul. Tanpa pernah terlintas sedikit pun di benakku, Rio pun mencoba untuk memperkosa Natul ketika ia selesai mandi.
Untungnya Natul masih dilindungi oleh Sang Maha Pelindung. Rio pun tertangkap basah olehku di depan mataku ketika ia hendak melakukan perbuatan bejatnya itu, hingga pemerkosaan itu pun tidak sempat terjadi. Walaupun sudah tertangkap basah seperti itu, Rio pun masih berani bersilat lidah untuk memperdayaiku. Bagaikan terkena sihir darinya, aku pun mempercayainya begitu saja bahwa Natullah yang mengajaknya. Ketika itu juga aku mengusir Natul dari rumahku, walaupun ia menangis – menangis mengatakan bahwa itu bukan karena dirinya. Riolah yang ingin memperkosanya. Namun aku tidak memperdulikannya bahkan kebencian pun tumbuh di hatiku dan semakin membara.
Kini tinggal aku dan Atun saja yang menjadi penghuni tetap rumah ini. Sementara teman – temanku sudah tidak berada disini lagi dan aku pun tidak pernah berkomunikasi lagi bersama mereka walaupun mereka sering menghubungiku, namun tidak pernah mendapat balasan dariku. Apalagi yang berasal dari Natul, bagiku ia tidak lebih dari seorang wanita murahan dan munafik yang licik.
Sementara kuliah semakin hancur – hancuran. Aku sudah tidak pernah lagi masuk kelas di UIN, hingga aku pun di keluarkan dari Universitas tersebut. Aku lebih memilih mempertahankan statusku sebagai mahasiswi kedokteran ketimbang mahasiswi tarbiyah, tepatnya lagi tarbiyah bahasa Inggris.
Bahkan statusku sebagai mahasiswi kedokteran pun terancam. Surat demi surat peringatan dari kampus terus ku terima. Namun diriku tidak pernah mempedulikannya. Aku hanya sibuk dengan buaian – buaian indah dan pujian mesra dari Rio. Sementara Rio terus menikmati dan memanfaatkanku tanpa ku sadari. Selain diriku, ia pun terus mengerok uangku. ” Masa sih sama aku kamu pelit. Ayolah.. akukan kekasihmu. ” itulah rayuan yang selalu dilontarkan Rio kepadaku. Bagaikan mantra yang ajaib, aku pun kembali terlena dengan dirinya. Kemaksiatan yang ku lakukan pun semakin menjadi – jadi. Sementara ibadahku sekarang hanya tinggal sejarah, aku lebih senang nonton, minum – minuman keras dan bersenang – senang dengan Rio di diskotik malam.
Sampai suatu malam yang teramat kelam bagiku yang merupakan malam puncak petaka yang menimpa diriku. Ketika itu aku terlalu banyak minum hingga kesadaranku hilang seratus persen. Aku bagaikan mayat namun masih bernafas. Rio yang mengetahui diriku mabuk berat, ia pun memanfaatkanku. Keinginannya yang selama ini tidak pernah ku berikan akhirnya terwujud juga. Ia pun mulai menikmati tubuhku seratus persen tanpa ada yang tersisa untuk di jamahinya. Sementara aku hanya diam dan tertidur pulas tanpa menyadari apapun yang terjadi padaku malam itu.
Akhirnya setalah lewat tengah hari aku pun terbangun setelah tertidur pulas semalaman. Betapa terkejutnya diriku setelah melihat kondisi tubuhku tanpa sehelai benang pun yang menutupi diriku. Tetesan – tetesan darah pun ku dapati di tempat tidurku. Apa yang kau lakukan padaku Rio, akhirnya berhasil juga kau menikmatiku. Betapa kacaunya pikiranku ketika itu. Takut, cemas, gelisah, dan perasaan bersalah pun menghantuiku.
” Bagaimana jika orang tuaku tahu? Bagaimana jika aku hamil ? bagaimana dengan nasibku selanjutnya. Bagaimana jika Rio meninggalkanku ?” itulah perasaan yang terus menhantuiku. Hingga aku pun memutuskan untuk menghubungi Rio. Namun apa yang ku dapati.
“ Tulalit...tulalit..tulalit “ begitulah jawaban yang ku terima. Aku terus saja mencoba hingga berkali – kali namun hasilnya tetap nihil. Sampai aku terima sebuah sms dari nomor yang tidak kukenal. Lalu kubuka isinya.
“ Dear Rini..dah bangunkan? Gimana rasanya semalam. asyikkan ? makasih ya. Aku sangat senang dan puas banget.tapi Rin aku mau bilang sesuatu ne. kayaknya hubungan kita ga bisa di lanjutin lagi dech. Karena aku harus pergi dari kota ini menuju tempat yang jauh benget di seberang sana dan harus meninggalkan semuanya termasuk kamu sayang. Maaf ya..oh iya aku terpaksa mengambil ATM kamu ya tanpa minta izin terlebih dahulu. Alnya tadi kamu tidurnya pulas banget jadi aku ga tega bangunin kamu. Mudah – mudahan suatu saat nanti kita bertemu lagi ya. Da..da.. honey. Muach. Bye..
(Rio.Kekasihmu)”. Oh tidak. Aku pun mencoba menelpon ke nomor yang di gunakannya. Namun nomor tersebut sudah tidak aktif lagi. Bagaikan di sambar halilintar di tengah siang hari. Aku pun menangis sejadi – jadinya hingga aku terjatuh pingsan tidak sadarkan diri.
Ketika sore harinya, aku tersadar dari pingsanku akibat dibangunkan oleh Atun yang mengatakan aku pingsan sejak pagi tadi. Atun pun menyerahkan handphone milik Rio yang katanya ditemukan di bawah ranjangku. Aku pun memeriksa ha-penya yang selama ini tidak pernah sekali pun di pinjamkan kepadaku walau hanya sesaat. Ku buka satu persatu folder yang ada dari handphonenya itu. Ternyata selain diriku, Rio juga memiliki kekasih yang lain di kampung halamannya yang tidak ku ketahui secara pasti dimana. Sementara aku hanya dijadikan pelarian saja olehnya disini.
Tanpa terasa air mataku mengalir tanpa ku bendung lagi. Betapa sakit dan perihnya hatiku ketika ku membaca semua folder Messagenya. Lalu aku pun beralih ke folder – folder lainnya. Betapa terkejutnya diriku saat ku melihat gambar – gambar di dalamnya, sosok – sosok yang tidak asing lagi bagiku bahkan sangat ku kenal setiap jengkalnya. Siapa lagi kalau bukan diriku dan juga temanku Natul serta beberapa orang yang tidak ku kenal dalam kondisi yang sangat tidak pantas di pandang oleh lawan jenis apalagi ia bukan muhrim kita. Aku pun tidak dapat menahan debaran jantungku yang terus berpacu hingga aku pun sesak. Lalu aku kembali jatuh pingsan untuk kedua kalinya.
Sayup – sayup terdengar olehku lantunan kalam Ilahi yang sudah tidak asing lagi bagiku, aku merasa Natul berada di dekatku hingga aku pun berusaha untuk membuka mataku. Dugaanku ternyata benar, Natul, Nisa dan Nanda berada di dekitarku, namun anehnya aku merasa tidak mengetahui sama sekali dimana aku sekarang. Dengan bibir bergetar aku pun berkata
” Di..dimana.. dimana aku sekarang ?” tanyaku dengan terbata – bata.
Mengetahui aku sudah sadar, mereka pun menghentikan bacaan Alqurannya dan sama – sama berucap.
” Alhamdulillah.. anti sudah sadar Rin.! ” Tanya Nanda memastikan kondisiku
” Kamu di rumah sakit Rin. Tapi kamu tenang aja, kami bersama kamu disini.” Jawab Natul.
Aduh.. betapa perihnya bathinku ketika ku dengar Natul mengatakan demikian. Ia yang pernah menyakitiku, masih saja setia menemaniku dan bahkan kesetiaannya laksana cahaya surga yang suci. Pantasnya jika ia bernama Nur Jannatul Fitri, sebagaimana namanya begitulah orangnya. Tanpa ku sadari, butiran – butiran bening mengalir dari kedua sudut mataku. Seperti menyadari bahwa aku sedang menangis, Natul pun panik dan bertaya padaku
” Kamu kenapa Rin ? ada yang bisa ana bantu? Katakan Rin. Apapun yang kamu perlukan katakan saja. Insya Allah kami bantu ” kata Natul sambil mengenakan jas putih bagaikan seragam dokter yang tadi di letakkan di kursinya.
Aku yang menyadari kesalahanku yang teramat besar terhadap mereka terutama Natul yang pernah ku anggap sebagai seorang wanita murahan dan munafik bahkan ku tuduh ingin merebut Rio dariku. Oh.. betapa angkuh dan berdosanya aku.
” Maafkan aku Na..maafkan aku.. maafkan kesalahanku pada kalian semuanya..” aku tak mampu melanjutkan perkataanku hanya itulah pintaku pada mereka yang dapat ku ucapkan.
” kamu ini apa – apaan sich. Jangan pikir yang macam dulu, kamu harus banyak beristirahat ” jawab Nisa.
” iya.. kami sudah memaafkan kamu kok. Tenang aja, sekarang kamu istirahat aja dulu. Besok kita sambung lagi pembicaraan kita. Walau bagaimana pun kamu tetap teman kami dari dulu sampai sekarang bahkan untuk ke depan, Insya Allah.” Sambung Natul.
Begituku mendengarkan jawabab dari teman – temanku, bathinku terasa sedikit tenang. Aku pun berusaha memejamkan mataku pelan – pelan. Nanda pun berkata :
” Berhubung kamu sudah sadar kami pamit dulu ya, terutama Natul. Sudah dari tadi di tungguin suaminya. Akhi Fariz tuh di depan pintu. Oh iya Atun ! nanti jika ada apa – apa hubungi saja saya atau ke dokter Natul ya. Insya Allah kami datang. Oke ! Baiklah kami pamit ya. Assalamualaikum..” lalu mereka meninggalkanku.
Apa ? apakah aku tidak salah dengar. Akhi Fariz suaminya Natul. Maksudku Dr.Natul ? Seakan aku tidak percaya aku akan semuanya. Tapi sudahlah besok saja aku tanyakan kepada mereka, aku pun waktu untuk beristirahat.
Hari – hariku di rumah sakit ku lewati tanpa terasakan olehku. Karena aku selalu ditemani dan dihibur oleh bidadari yang shalehah siapa lagi kalau bukan Natul, Nisa dan Nanda. Mereka pun silih berganti menceritakan kisah mereka yang selalu penuh makna dan hikmah. Dari wisuda bersama – sama dalam jangka waktu kurang dari empat tahun dan berhasil meraih pedikat sebagai mahasiswi muda terbaik dari jurusan masing - masing dan IP di atas 3,5. Apalagi Natul yang berhasil menamatkan kuliah dari fakultas kedokteraan setahun kemudian setelah ia tamat dari UIN. Sebulan kemudian ia pun dilamar oleh seorang pemuda yang pernah ku kenal, yaitu akhi Fariz.
Semakin banyak mereka menceritakan keberhasilan mereka, maka hatiku pun terasa remuk dan hancur serta aku merasa iri dan menyesal yang teramat sangat. Iriku bukan karena salah mereka, tapi karena aku gagal mengikuti jejak mereka. Tak ada satu kalimat pun yang dapat ku ucapkan selain
” Ohya..? Selamat ya.” Hanya itu yang mampu ku ucapkan sambil sekali – kali tersenyum kepada mereka walaupuin teramat berat ku lakukan, karena hatiku menangis. Hanya untuk Natul mampu ku ucapkan
” Selamat ya.. akhirnya kamulah pemenang diantara persaingan kita selama ini semenjak di MIN dulu.”. Ia pun hanya menjawab dengan sebuah senyuman di bibirnya. Setelah seminggu di rumah sakit aku pun di izinkan untuk pulang ke rumah, sambil menunggu hasil pemeriksaan terhadapku.
Setelah tiga hari di rumah, kondisiku pun semakin parah. Ku arahkan diriku di hadapan cermin yang ada di kamarku. Aku pun seakan tidak percaya dengan diriku saat ini jika dibandingkan dengan diriku lima tahun yang lalu. Badanku semakin kurus, dengan wajah yang pucat pasi, dan banyak melamun serta berdiam diri. Bagaikan mayat hidup, itulah diriku yang sekarang. Sementara diriku yang dulu sehat, berparas cantik, dengan kulit putih, rambut lurus, dan energik sampai – sampai menjadi idola tidak hanya di masyarakat bahkan juga di dayahku menuntut ilmu. Namun kini, semuanya berubah 180 derajat.
‘ Tok.. tok..’ Atun mengetok pintu kamarku, lalu ia pun masuk. Lalu ia menyerahkan dua amplop surat yang ia temukan. Satu dari rumah sakit dan satu lagi ia tidak tahu darimana yang katanya di temukan dibawah kasur kamarku ketika ia membersihkan kamarku saat aku di rumah sakit. Perlahan kubuka satu – persatu surat yang di antarkan oleh Atun tadi.
Surat yang aku yakini sudah lama dikirimkan, terlihat dari sampul depannya yang sudah usang Betapa terkejutnya aku, ternyata surat ini berasal dari Universitas dimana aku tercatat sebagai salah seorang mahasiswi kedokteran yang menerima hukuman DO (Drop Out) alias di keluarkan dari kampus tersebut. Aku pun menangis menyesal sejadi – jadinya, sepintas terlintas di ingatanku bagaimana dulu mami berpesan :
” Tugas kamu hanya belajar, belajar, belajar. Awas jangan sampai mengecewakan mami dan papi ya? Ingat pesan Mami ! ”begitulah pesan mami waktu itu.
Aku pun terus menangis dan menangis. Lalu aku pun membuka surat kedua yang ku ketahui dari Rumah Sakit. Ku buka perlahan – lahan. Kubaca dengan seksama dan betapa hancurnya hatiku ketika aku mendapatkan isi surat yang menyatakan bahwa
” Dari hasil pemeriksaan laboratorium menyatakan bahwa pasien bernama Sri Rini Putri ‘ POSITIF ‘ hamil dan terserang virus HIV AIDS.”
Aku pun tidak mampu lagi membendung gejolak tekanan jiwa dan aku menjerit sekuat – kuatnya hingga aku merasa dunia seakan gelap gulita, dadaku pun terasa sesak. Aduh.. apa ini.. apa yang terjadi padaku? Mengapa ia begitu sakit. Aku merasa seluruh tubuhku terpisah – pisah dan aku merasakan kehausan yang teramat sangat. Hingga aku pun terpisah dari jasadku dan aku pun dapat melihat tubuhku terhempas di lantai kamarku dalam keadaan terbujur kaku. Oh tidak.. aku ternyata jiwaku sudah terpisah dari jasadku dalam keadaan su’ul khatimah.
Sayup – sayup terdengar suara tangis dari Mami, Papi dan teman – temanku. Tangisan yang menurutku taidak pantas untuk ditangisi. Ingin rasanya aku berteriak memberitahukan mereka bahwa kepergiaanku tidak layak ditangisi malah seharusnya di syukuri, namun aku tidak berdaya untuk itu. Aku juga melihat sebagian warga sekitar rumahku yang membaca Yasinan di samping jasadku dan sebagian lagi sibuk mengurusi pemakamanku. Akhirnya aku pun meninggalkan dunia yang fana ini.
Seminggu kemudian saat orang tuaku membereskan rumah yang ku tempati tempo dulu bersama teman – temanku yang sengaja di undang oleh mami juga dibantu oleh Atun karena hendak di jual. Saat membereskan kamarku, Atun pun menemukan sepucuk surat dari lemariku lalu menyerahkan kepada Mami dan membacanya di hadapan semua yang ada di rumah itu.
Sebuah surat yang ku tuliskan saat hari – hari terakhirku setelah pulang dari rumah sakit yang isinya :
Ku tuliskan sebuah surat yang mewakili hati serta diriku yang hina dan berlumur dosa.
Teruntuk Mami dan Papi yang ku cintai. Sudilah kiranya memaafkan diriku yang tidak dapat menjaga amanat dan memupuskan harapan keluarga. Yang selalu berpura – pura baik ketika ditanya akan perihal diri dan kuliahku. Padahal aku sama sekali tidak memikirkan akan hal itu. Maafkan aku yang tidak berhasil menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua. Karena aku disini selalu berbuat maksiat walaupun tanpa mami dan papi ketahui.
Juga kepada teman – temanku terutama Natul sahabatku. Maafkanlah kesalahanku. Maafkan aku yang tidak pernah mendengar nasihatmu selama ini malah aku menuduhmu dan membencimu. Padahal kau tidak pantas di benci dan disalahi karena laksana bidadari dalam kehidupan ini. Benarlah tentang janji Allah yang selalu kau sebutkan kala itu bahwa :
Perempuan – perempuan yang keji untuk laki – laki yang keji, dan laki – laki yang keji untuk perempuan yang keji pula, sedangkan perempuan – perempuan yang baik untuk laki – laki yang baik, dan laki – laki yang baik untuk perempuan – perempuan yang baik pula......( Annur : 26 ).
Aku pun kini percaya dengan ucapanmu itu. Seperti diriku yang mendapatkan Rio, juga seperti dirimu yang mendapatkan akhi Fariz. Namun sayang, semuanya sudah terlanjur dan telat. Sungguh rasanya tiada berguna lagi kata – kata seandainya, jika, karena semuanya sudah berakhir dan tamat sudah bagiku.
Teruntuk juga sahabat – sahabatku yang membaca dan mengetahui kisahku.
Wahai sahabat..( walaupu ku yakini engkau pun enggan menjadi sahabatku setelah mengetahui kisahku ).
Sungguh kau telah mengetahui kisahku, maka ambillah pelajaran darinya sebelum terlambat. Sebelum tawamu menjadi tangis yang tersedu - sedu. Sebelum kebahagiaanmu menjadi duka yang tiada pernah berujung. Selagi kau masih memiliki waktu untuk merubah diri menjadi lebih baik. Juga selagi kau masih memiliki hati dan pikiran yang sehat untuk berintropeksi diri. Tiadalah guna kau berusaha merubah kembali menjadi nasi jika ia telah menjadi bubur. Ingatlah pesanku. Jagalah dirimu. Ingatlah Allah dan Orang – orang yang kau sayangi dimanapun kau berada. Jangan pernah mengecewakan mereka.
Hanya ini pesan terakhir dari diriku yang berlumur noda dan dosa ini.
Tertanda
Sri Rini Putri
Lalu mami pun melipat suratku sambil mengusap tetesan air di matanya. Mentari pun kembali tersenyum dan menyinari lorong – lorong hati yang gelap.
---((( sekian )))---
Banda Aceh, 4 November 2007
Farid Rizki FR –(( @y!d ))--
Mohon maaf jika terdapat kesamaan nama, karakter, dan pengalaman hidup.
Karena cerita ini hanyalah fiktif belaka dan hanya hasil imajinasi penulis semata.
Terima kasih
Kerlipan bintang mulai memudar begitu juga sang rembulan mulai tampak menecil dan hendak pergi meninggalkan malam. Makhluk – makhluk malam kembali ke sarangnya, walaupun sang mentari belum terlihat. Sementara si jago terus berteriak membangunkan dunia dan penghuninya tanpa pamrih. Walaupun sebagian besar penghuninya tidak memperdulikan mereka bahkan kembali menarik selimut – selimut mereka untuk menutupi tubuh yang kedinginan.
Kriing…kring..kring… jam bekerku berbunyi, menyadarkanku dari alam indahku. Kuarahkan mataku kepada benda yang mengganggu mimpiku yang indah. Mimpi ? Ya.. Itulah mimpi yang selalu aku alami belakangan ini. Mimpiku menjadi seorang mahasiswi, walau sebenarnya itu belum terwujud namun aku senang dengan mimpiku itu.
Sayup – sayup terdengar suara azan dari mushalla yang tak jauh dari rumahku. Aku pun beranjak dari ranjangku menuju kamar mandi untuk berwudhu, lalu shalat subuh.
Selesai shalat aku membersihkan kamarku, ya maklumlah habis tadi tidak sempat dirapikan. Setelah itu aku pun mencari sebuah benda ajaib milikku, yaitu ha-pe. 1 new message. Oh ternyata ada sms dari sahabatku Natul, aku pun membukanya :
” Assalamu’alaikum sohib.. afwan ana ganggu ukhti. Ana cuma mau ngingatin hari ini pengumuman hasil UAN di sekolah (dayah) kita pukul 4 sore. Jangan lupa tu ya.. Syukran. ( oh iya, kalau ga keberatan ana numpang ya. bolehkan? )
Ohya.? Astaghfirullah. Mengapa aku lupa ya..apa karena aku terlalu berharap untuk jadi mahasiswi. Aku pun membalasnya :
” Wa’alaikum dear.. hu.. dasar bilang aja mau minta tumpangan. Em.. ok dech nanti kita pergi bareng ke dayah. Eh. Syukran banget ya, kalau ga kamu ingatin mungkin aku lupa hari ini pengumuman. Ya udah sampai jumpa ntar sore ya. Ingat ga’ pake lama and nunggu ya. ? awas ! telat, tinggal. ( ohya Na. Jangan lupa bawa ember ya. Siapa tau ntar ada nangis bareng. He..He..).
“ Aduh... kita telat neh. Tuh liat di papan pengumuman dah penuh. Ayo buruan..!” ajakku sambil berusaha menerobos kerumunan santriwati lainnya yang juga meihat pengumuman seperti diri kami.
” Rini..! ana lulus…Alhamdulillah..ni nomornya. Anti gimana ?” tanya Natul.
” Ohya.. syukur dech. Mana nomornya ? eh. Aku juga lulus tuh. Tu nomornya di atas nomor kamu. Alhamdulillah...” jawabku dengan senangnya sambil melompat riang ke atasnya. Tak terasa butiran bening membasahi ujung mata kami berdua.
Hari demi hari terus berjalan, hingga waktu pengumuman SPMB pun tiba. Seperti layaknya calon mahasiswi yang lainnya. Gelisah, was-was, cemas, terus menghantuiku dan aku yakin juga melanda teman – teman seperjuangan denganku di seluruh nusantara. Namun bedanya kali ini aku yang mengingatkan Natul. Ku ambil hand phoneku, lalu
” Assalam.. Natul.! Jangan lupa ya. Nanti malam temanin aku ya di rumah. Kita liat hasil SPMB bareng, ga enak liat ndiri. Ga seru. key !bls GPL ”
Tidak lama kemudian, handphoneku berbunyi.lalu 1 new message.
” Wassalam..oke dech ukhti. Tapi ingat apapun hasilnya kita wajib tawakkal ya sohib. Betewe, ntar kalau kita lulus anti pilih mana. UIN atau dua2nya ? ”
Dasar ni anak, obsesinya menjadi ustadzah ga pernah surut dari hatinya.
” Baik ustadzah...em.pilih mana ya..? bingung juga ne.jalani aja dua2nya.gimana setuju ga?kasih saran dunk...! pintaku
” Pilih dua – duanya. Yakin? Kamu sich enak anak OK, nah ana. Cuma anak PNS biasa. Tapi kalau emang anti pengen jalani dua – duanya ana dukung banget. Kan keren tu punya kawan dah baek, shalehah, pintar, kuliah di dua tempat lagi. Kalau ana sih pikir – pikir & tanya Abi dulu.” Balasnya.
” Yakin dong. Apa sih susahnya. Rini gitu loh. Apa sich yang ga bisa. Ya udah Na tanya aja dulu, mudah – mudahan di kasih. So jangan lupa. Kita tetap saingan.key ! dah dulu ya, aku mau beres – beres dulu.bye.. Assalam..” lalu ku letakkan ha-peku di atas kasur algaku.
Dengan perasaan yang tidak kalah serunya dengan yang aku alami ketika menanti hasil UAN kemarin, jantungku berlomba berdetak bersama urat nadiku. Walaupun aku sudah dinyatakan lulus dan sudah menjadi mahasiswi sebuah Universitas Islam terkenal di daerahku namun aku tetap berharap supaya lulus di universitas impianku dan menjadi seorang mahasiswi kedokteran.
” Duh..mana ya. Kok ga ada ? Ya ni anak, malah santai aja. Hei Na ! gimana kamu ada ga?liatin punyaku donk..!” tanyaku pada Natul.
Sementara Natul yang sedang asyik mencari nomor kami di internet dengan komputerku yang lain, tampak biasa saja. Tidak tampak sedikit pun kegelisahan darinya.
” Habis.. mau gimana lagi. Lulus syukur. Ga lulus juga ga apa – apa. Tenang aja napa sich. Eh liat nih. Buruan ! kayaknya ana kenal dech dengan nomor ni. Eh ni nomor ana. Beneran! Alhamdulillah. Ana lulus.” Jawabnya lalu ia pun sujud syukur di sampingku.
Dengan spontannya aku langsung melompat ke arahnya.
” Na. tu nomor aku. Yes.. hore aku lulus.. Alhamdulillah..” aku pun melompat kegirangan sehingga membuat seisi rumahku menjadi gempar. Aku jadi mahasiswi kedokteran. Lalu aku melompat ke arah Natul dan menarik tangannya lalu ku putar – putar.( seperti di film India gitu. he.he. ).Hingga kami pun terjatuh karena pusing., walaupun sakit namun kami tetap tertawa.
Kini aku sudah resmi menjadi seorang mahasiswi. Bahkan dari dua universitas kenamaan di daerahku. Senang dan bahagia tentu saja aku rasakan, aku juga merasa menjadi manusia teruntung di dunia ini. Sejak kecil aku tidak pernah merasa kekurangan. Hidup di keluarga kaya, uang saku yang tidak pernah putus, otak yang cemerlang, di sayang orang tua, saudara, guru, dan semua masyarakat di daerahku. Tidak pernah ada ada masalah yang ku hadapi selama ini, aku layaknya seorang putri yang hidup di istana kerajaan. Walaupun terkadang aku merasa kesepian karena tidak memiliki saudara kandung, maklumlah aku anak satu – satunya di keluargaku. Sejak hari ini, aku selalu membayangkan untuk hidup jauh dari Ortu, dan juga dayah yang penuh dengan segala peraturannya.
Aku kini tinggal dengan para pembantuku, dari yang mengurusi makan, baju, rumah, dan juga kebun serta seorang supir yang selalu setia mengantarku kemana pun aku pergi. Awalnya aku merasa nyaman seperti itu, siapa sih yang mau hidup susah. Tapi lama – kelamaan aku merasa terasing juga, aku bagaikan burung di sangkar emas. Apapun yang aku lakukan sudah di atur oleh pembantu – pembantuku dan pastinya semua yang mereka lakukan atas perintah mamiku.
Sempat suatu saat aku protes kepada mami ketika beliau menjengukku di sini.
” Mami, Rini udah gede mi. masa sih semuanya harus diatur. Dari makan, baju, dan juga jadwalku semuanya terjadwal. Rinikan bosan mi. Tolong dong ngertiin Rini. Plizz ” protesku.
” Lho..kamu kok protes ? seharusnya kamu bersyukur ada yang bantuin da fasilitas semuanya lengkap. Tidak seperti waktu mami kuliah dulu, semuanya serba sendiri. Tugas kamu hanya belajar, belajar, belajar. Awas jangan sampai mengecewakan mami dan papi ya? Ingat pesan Mami ! ” jawab Mami.
” So pasti dong Mi..rini ingat pesan Mami. Mi.. Rini boleh kost ga? Rini kepingin hidup seperti Natul, Nisa, Nanda, dan juga teman – teman yang lainnya. Gimana mi?” tanyaku.
” Apa ? terus rumah ini mau di apain? Kamu ini gimana sih. Papi sudah beli rumah bagus lengkap dengan fasilitasnya, lah kamunya malah minta tinggal di kost segala. Ga ah. TIDAK BOLEH !” jawab Mami sambil melototiku.
” Tapi Rini bosan sendiri disini, sementara teman – teman rini semua jauh – jauh do kostnya di sana. Atau kalau boleh Natul, Nisa, dan Nanda tinggal disini ya mi. Kan kamar di rumah ini banyak dan besar – besar lagi. Dan Rini bisa lebih mudah untuk belajar kelompok dengan mereka. Mamikan sudah mengenal mereka semua gimana wataknya, mereka itu yang sering Rini ajak ke rumah ketika liburan dayah dulu Mi. Gimana Mi boleh ya..? Ayolah Mi. plizz” pintaku dengan penuh harap.
” Kamu yakin ga bakalan napa – napa entar ? kalau kamu setuju, Mami sich oke – oke aja. Tapi ingat walaupun sudah rame teman nantinya, tugas kamu tetap.. ” belum habis mami bicara aku sudah memotongnya.
” Belajar dan ibadah yakan Mi. Makasih ya. Mami memang super hero di dunia ini.” Pujiku sambil memeluk mami karena senangnya.
Kini kesepianku sudah terobati. Rumah yang selama ini sunyi kini penuh dengan canda tawa dan juga lantunan ayat suci ketika selesai shalat magrib.
” Eh. Sohib – sohib sekalian. Masih ingat ga’ dengan abang – abang yang sering kita liat di mesjid dan juga pustaka kampus kita itu. Ingat ga’ ? Tanya Nisa.
” Abang yang mana ? terus di kampus yang mana nih. UIN atau..? kan rame tuh mahasiswanya. Gimana sich ne anak. ” jawabku sambil terus membuat catatan yang tertinggal.
” Udah – udah. Itu aja rebut. Emang abang yang mana ? Ana dan Rini kuliah di dua tempat ni. coba jelasin yang lengkap dong? ” sambung Natul.
” Hu..dasar. makanya kuliah lagi di dua tempat. Masa kalian ga ingat sich abang yang jadi asisten dosen Bahasa Inggris. Yang ganteng, alim, baik, pokoknya yang sering kita puji – puji itu. Ah masa kalian lupa sich. Coba ingat – ingat dulu. ” jawabnya.
Nanda dan Natul hanya menggeleng – geleng kepala tanda tidak ingat.
” Oh iya. Aku ingat. Abang yang sering negur kita waktu di Mesjidkan. Kamu ingat Na ? Yang berebutan buku dengan kamu waktu di pustaka, terus akhirnya dia bantu kita cariin bahan.!” Sahutku.
” Oo.. abang itu. Yang akhirnya bikin Natul ga bisa tidur malam ya. He.he.” jawab Nanda.
” Ah.. kamu Nda bisa aja. Emang napa dengan abang tu. ?” tanya Natul.
” Dengerin ya.. kemarin waktu aku pulang kuliah aku naik bis mahasiswa. Nah aku duduk disamping abang itu. Kami pun mengobrol lumayan lama. Dia memperkenalkan diri. Namanya Fariz, mahasiswa lulusan S-2 jurusan Bahasa Inggris di Universitas Islam Internasional, Malaysia. Dulunya dia mantan Ketua BEM yang berasal dari LDK. Sekarang dia menjadi dosen dan Pembina LDK kampus kita. Terus dia ngajak kita-kita masuk LDK. Gimana mau ga’? kan asyik tu. Kita bisa kenal banyak dari abang tu. Kali aja entar bisa jadi...” ia pun berhenti.
” Huss..kamu ni gimana sich. Masa masuk LDK karena abang itu. Kita tu masuk LDK harus karena kemauan sendiri.” Bantah Natul.
” Tapi aku setuju Sa ma saran lu. Kali aja entar dia bisa jadi pacar atau jodoh dari kita. Siapa tau. Ya ga’?” sahutku. Akhirna kami pun masuk LDK dengan berbagai alasan masing – masing.
Semester satu, dua, tiga sampai empat kami lewati dengan semangat dan hasil yang memuaskan. Hingga pada suatu hari aku berkenalan dengan seorang mahasiswa jurusan Ekonomi di kampusku,Rio namanya. Hari demi hari aku semakin akrab dengannya sampai akhirnya aku jadian dengannya. Ya..aku pacaran dengannya walaupun teman – temanku tidak mengetahuinya. Namun sepintar apapun membungkus bangkai, baunya tersebar juga. Walaupun akhirnya ketahuan juga tapi teman – temanku hanya diam saja, kecuali Natul. Ia tidak bosan – bosannya menceramahiku.
” Na.. dengerin ya. Kita ini sudah besar. Wajarkan kalau aku kepingin pacaran,, toh apa sih ruginya kamu kalau aku pacaran? Ga adakan ?” protesku.
” Ana Cuma ngingatin aja. Kalau ga mau dengar ya sudah.“ jawabnya pasrah sambil berlalu menuju kamarnya.
” Alah kamu irikan sama aku bilang aja. Walaupun kamu cantiknya tidak kalah denganku. Tapi tidak ada cowok yang naksir kamu, yakan? Ayolah Na…Revolusi diri dong. Jangan menutup diri gitu. Kita ini bukan santri dan siswi lagi, kita ini mahasiswi. Kita ini bebas berekpresi apa aja. ” Jawabku.
Revolusi diri dong. Jangan menutup diri gitu. Ya. Itulah kata yang sering di ucapkan Rio pacarku ketika ia mengajakku untuk bermesraan dengannya. Awalnya aku agak canggung ketika pertama kali Rio mengajakku nge-date, apalagi saat ia pertama kali memegang tanganku. Sampai – sampai aku keluar keringat dingin. Tapi lama – kelamaan, aku menjadi terbiasa ( bahkan untuk hal – hal yang lainnya seperti pelukan dan ” maaf “ ciuman ). Dari sinilah kehidupanku mulai tidak terkontrol, bahkan dapatku katakan mulai hancur.
Aku sudah mulai jarang bahkan hampir tidak pernah lagi untuk belajar dan tadarus bareng teman – temanku di rumah. Bahkan untuk memegang Alquran pun aku malas. Apalagi yang namanya shalat berjamaah, qiyamullail bareng, atau puasa senin – kamis. Rasanya tidak ada waktu untuk itu semua. Untung saja aku masih mau shalat, atau aku lagi datang bulan. Itulah alasan setiap saat ketika mengajakku.
Sikapku terhadap pembantuku pun semakin menjadi – jadi. Caci maki dan sumpah serapah teramat sering ku lontarkan untuk mereka. Sehingga satu persatu dari mereka memilih berhenti bekerja di rumahku, sementara aku tidak pernah memikirkan nasib mereka setelah itu. Bi’ Inah yang selama ini selalu memasak, menyiapkan makanan dan minumanku lebih memilih pulang ke kampung halamannya. Aku tentu saja tidak peduli, akukan bisa beli apa saja makanan yang aku inginkan. Pak Din yang selama ini merawat taman dan juga menjadi supir pribadiku juga memilih untuk meninggalkan rumah.
Alasannya, Ali anaknya sudah kembali ke kampungnya dan membuka usaha di sana. Lagi – lagi aku tidak peduli, kalau mau pergi aku bisa bersama Rio. Masalah tamanku itu mah gampang, aku bisa memanggil tukang taman. Untung saja Atun masih setia di rumahku. Sehingga pakaianku tetap ada yang mencuci dan menggosok. Apalagi ia juga doyan makan, jadi tugasnya sebagai mesin perontok tetap terpakai.Pokoknya, aku tidak peduli sama mereka Toh, mereka yang minta sendiri kok sehingga punya alasan ketika ditanya Mami nanti kalau Mami sudah pulang dari Paris.
Setiap harinya aku hanya asyik dengan pacarku. Kalau tidak bersama Rio, aku ya bersama Ha-peku. Apalagi yang dapat aku kerjakan selain SMS-an. Buku – buku pelajaran hampir tidak pernahku sentuh lagi, paling – paling ya hanya catatan Natul yang setiap hari aku pinjam untuk menyamakan catatan. Begitulah hari – hari yang aku lalui setiap saat, sementara maksiat yang ku lakukan atas nama cinta sudah tak terhitung lagi. Ya begitulah nafsu, ia akan selalu merasa lapar dan tidak pernah kenyang dan tidak pernah tenang, itulah yang selalu ku alami. Ratusan bahkan ribuan ciuman dan pelukanku lewatkan tanpa merasa berdosa sedikit pun.
Aku bagaikan seorang yang sedang asyik mabuk – mabukan, “ Sungguh ketika aku meminum gelas pertama aku merasa menjadi manusia yang baru sehingga aku harus meminum gelas selanjutnya. Bahkan sampai gelas – gelas itu tidak terhitung lagi jumlahnya. Namun semakin banyak aku meneguk minuman itu, rasanya aku semakin membutuhkan untuk yang selanjutnya. Hingga tanpa ku sadari mulutku pun telah berbuih.”. itulah perumpaan yang tepat untuk menggambarkan tentang syahwatku.
Aku pun kini mulai berani mengizinkan Rio untuk masuk ke rumahku tanpa memperdulikan kondisi teman – temanku yang lain. Aku juga sering mengajak Rio untuk masuk ke kamar tidurku. Walaupun tidak berhubungan badan, namun kami sering melakukan hal – hal lain layaknya suami istri ( hanya saja tidak berhubungan badan ).
Ternyata tanpa sepengetahuanku, teman – temanku merasa amat terganggu. Bahkan Nanda dan Nisa pun telah memutuskan diri untuk pindah ke tempat kost yang baru mereka temukan tanpa sepengetahuanku kapan mereka mencarinya. Sementara aku hanya bisa melepaskan mereka begitu saja, walaupun sejujurnya aku sedikit merasa senang. Aku merasa lebih bebas lagi di bandingkan ketika ada teman – temanku di rumah ini.
Hanya Natul yang masih setia menemaniku, walaupun terkadang aku merasa alangkah baiknya jika ia pun pergi dari rumah ini. Jadi tidak ada laagi yang menasehatiku dengan ocehan – ocehannya itu. Tapi aku juga tidak berani mengusirnya, karena dulu aku yang memintanya untuk tinggal di rumah ini. Hingga suatu ketika terjadi pertengkaran hebat antara aku dan dia di sebabkan oleh tingkah laku Rio yang tidak aku ketahui.
Ketika itu Natul sedang mandi di kamar mandi yang berada di kamarnya, tepatnya lagi di samping kamar mandi kamarku. Rio yang menyadari bahwa Natul sedang mandi, meminta izin kepadaku untuk menggunakan kamar mandiku. ” sayang.. aku ke kamar mandi duluya. Aku buang air dulu ga lama kok tenang ja.” katanya. Ternyata apa yang dilakukan Rio di kamar mandiku sama sekali tidak ku duga. Ia mengintip Natul mandi dan parahnya lagi ia pun memotret natul dalam kondisi tanpa pakaian.
Entah syetan apa yang merasuki Rio, pacarku. Ia pun sering melakukan hal ini berkali – kali. Sampai suatu ketika aku tidak dirumah, namun Rio kekasihku ia berada di kamarku. Tadinya sih aku mau membangunkannya, tapi lantaran aku melihatnya tidur pulas aku pun enggan membangunkannya. Rupanya itu hanya taktik Rio agar bisa berduaan dengan Natul. Tanpa pernah terlintas sedikit pun di benakku, Rio pun mencoba untuk memperkosa Natul ketika ia selesai mandi.
Untungnya Natul masih dilindungi oleh Sang Maha Pelindung. Rio pun tertangkap basah olehku di depan mataku ketika ia hendak melakukan perbuatan bejatnya itu, hingga pemerkosaan itu pun tidak sempat terjadi. Walaupun sudah tertangkap basah seperti itu, Rio pun masih berani bersilat lidah untuk memperdayaiku. Bagaikan terkena sihir darinya, aku pun mempercayainya begitu saja bahwa Natullah yang mengajaknya. Ketika itu juga aku mengusir Natul dari rumahku, walaupun ia menangis – menangis mengatakan bahwa itu bukan karena dirinya. Riolah yang ingin memperkosanya. Namun aku tidak memperdulikannya bahkan kebencian pun tumbuh di hatiku dan semakin membara.
Kini tinggal aku dan Atun saja yang menjadi penghuni tetap rumah ini. Sementara teman – temanku sudah tidak berada disini lagi dan aku pun tidak pernah berkomunikasi lagi bersama mereka walaupun mereka sering menghubungiku, namun tidak pernah mendapat balasan dariku. Apalagi yang berasal dari Natul, bagiku ia tidak lebih dari seorang wanita murahan dan munafik yang licik.
Sementara kuliah semakin hancur – hancuran. Aku sudah tidak pernah lagi masuk kelas di UIN, hingga aku pun di keluarkan dari Universitas tersebut. Aku lebih memilih mempertahankan statusku sebagai mahasiswi kedokteran ketimbang mahasiswi tarbiyah, tepatnya lagi tarbiyah bahasa Inggris.
Bahkan statusku sebagai mahasiswi kedokteran pun terancam. Surat demi surat peringatan dari kampus terus ku terima. Namun diriku tidak pernah mempedulikannya. Aku hanya sibuk dengan buaian – buaian indah dan pujian mesra dari Rio. Sementara Rio terus menikmati dan memanfaatkanku tanpa ku sadari. Selain diriku, ia pun terus mengerok uangku. ” Masa sih sama aku kamu pelit. Ayolah.. akukan kekasihmu. ” itulah rayuan yang selalu dilontarkan Rio kepadaku. Bagaikan mantra yang ajaib, aku pun kembali terlena dengan dirinya. Kemaksiatan yang ku lakukan pun semakin menjadi – jadi. Sementara ibadahku sekarang hanya tinggal sejarah, aku lebih senang nonton, minum – minuman keras dan bersenang – senang dengan Rio di diskotik malam.
Sampai suatu malam yang teramat kelam bagiku yang merupakan malam puncak petaka yang menimpa diriku. Ketika itu aku terlalu banyak minum hingga kesadaranku hilang seratus persen. Aku bagaikan mayat namun masih bernafas. Rio yang mengetahui diriku mabuk berat, ia pun memanfaatkanku. Keinginannya yang selama ini tidak pernah ku berikan akhirnya terwujud juga. Ia pun mulai menikmati tubuhku seratus persen tanpa ada yang tersisa untuk di jamahinya. Sementara aku hanya diam dan tertidur pulas tanpa menyadari apapun yang terjadi padaku malam itu.
Akhirnya setalah lewat tengah hari aku pun terbangun setelah tertidur pulas semalaman. Betapa terkejutnya diriku setelah melihat kondisi tubuhku tanpa sehelai benang pun yang menutupi diriku. Tetesan – tetesan darah pun ku dapati di tempat tidurku. Apa yang kau lakukan padaku Rio, akhirnya berhasil juga kau menikmatiku. Betapa kacaunya pikiranku ketika itu. Takut, cemas, gelisah, dan perasaan bersalah pun menghantuiku.
” Bagaimana jika orang tuaku tahu? Bagaimana jika aku hamil ? bagaimana dengan nasibku selanjutnya. Bagaimana jika Rio meninggalkanku ?” itulah perasaan yang terus menhantuiku. Hingga aku pun memutuskan untuk menghubungi Rio. Namun apa yang ku dapati.
“ Tulalit...tulalit..tulalit “ begitulah jawaban yang ku terima. Aku terus saja mencoba hingga berkali – kali namun hasilnya tetap nihil. Sampai aku terima sebuah sms dari nomor yang tidak kukenal. Lalu kubuka isinya.
“ Dear Rini..dah bangunkan? Gimana rasanya semalam. asyikkan ? makasih ya. Aku sangat senang dan puas banget.tapi Rin aku mau bilang sesuatu ne. kayaknya hubungan kita ga bisa di lanjutin lagi dech. Karena aku harus pergi dari kota ini menuju tempat yang jauh benget di seberang sana dan harus meninggalkan semuanya termasuk kamu sayang. Maaf ya..oh iya aku terpaksa mengambil ATM kamu ya tanpa minta izin terlebih dahulu. Alnya tadi kamu tidurnya pulas banget jadi aku ga tega bangunin kamu. Mudah – mudahan suatu saat nanti kita bertemu lagi ya. Da..da.. honey. Muach. Bye..
(Rio.Kekasihmu)”. Oh tidak. Aku pun mencoba menelpon ke nomor yang di gunakannya. Namun nomor tersebut sudah tidak aktif lagi. Bagaikan di sambar halilintar di tengah siang hari. Aku pun menangis sejadi – jadinya hingga aku terjatuh pingsan tidak sadarkan diri.
Ketika sore harinya, aku tersadar dari pingsanku akibat dibangunkan oleh Atun yang mengatakan aku pingsan sejak pagi tadi. Atun pun menyerahkan handphone milik Rio yang katanya ditemukan di bawah ranjangku. Aku pun memeriksa ha-penya yang selama ini tidak pernah sekali pun di pinjamkan kepadaku walau hanya sesaat. Ku buka satu persatu folder yang ada dari handphonenya itu. Ternyata selain diriku, Rio juga memiliki kekasih yang lain di kampung halamannya yang tidak ku ketahui secara pasti dimana. Sementara aku hanya dijadikan pelarian saja olehnya disini.
Tanpa terasa air mataku mengalir tanpa ku bendung lagi. Betapa sakit dan perihnya hatiku ketika ku membaca semua folder Messagenya. Lalu aku pun beralih ke folder – folder lainnya. Betapa terkejutnya diriku saat ku melihat gambar – gambar di dalamnya, sosok – sosok yang tidak asing lagi bagiku bahkan sangat ku kenal setiap jengkalnya. Siapa lagi kalau bukan diriku dan juga temanku Natul serta beberapa orang yang tidak ku kenal dalam kondisi yang sangat tidak pantas di pandang oleh lawan jenis apalagi ia bukan muhrim kita. Aku pun tidak dapat menahan debaran jantungku yang terus berpacu hingga aku pun sesak. Lalu aku kembali jatuh pingsan untuk kedua kalinya.
Sayup – sayup terdengar olehku lantunan kalam Ilahi yang sudah tidak asing lagi bagiku, aku merasa Natul berada di dekatku hingga aku pun berusaha untuk membuka mataku. Dugaanku ternyata benar, Natul, Nisa dan Nanda berada di dekitarku, namun anehnya aku merasa tidak mengetahui sama sekali dimana aku sekarang. Dengan bibir bergetar aku pun berkata
” Di..dimana.. dimana aku sekarang ?” tanyaku dengan terbata – bata.
Mengetahui aku sudah sadar, mereka pun menghentikan bacaan Alqurannya dan sama – sama berucap.
” Alhamdulillah.. anti sudah sadar Rin.! ” Tanya Nanda memastikan kondisiku
” Kamu di rumah sakit Rin. Tapi kamu tenang aja, kami bersama kamu disini.” Jawab Natul.
Aduh.. betapa perihnya bathinku ketika ku dengar Natul mengatakan demikian. Ia yang pernah menyakitiku, masih saja setia menemaniku dan bahkan kesetiaannya laksana cahaya surga yang suci. Pantasnya jika ia bernama Nur Jannatul Fitri, sebagaimana namanya begitulah orangnya. Tanpa ku sadari, butiran – butiran bening mengalir dari kedua sudut mataku. Seperti menyadari bahwa aku sedang menangis, Natul pun panik dan bertaya padaku
” Kamu kenapa Rin ? ada yang bisa ana bantu? Katakan Rin. Apapun yang kamu perlukan katakan saja. Insya Allah kami bantu ” kata Natul sambil mengenakan jas putih bagaikan seragam dokter yang tadi di letakkan di kursinya.
Aku yang menyadari kesalahanku yang teramat besar terhadap mereka terutama Natul yang pernah ku anggap sebagai seorang wanita murahan dan munafik bahkan ku tuduh ingin merebut Rio dariku. Oh.. betapa angkuh dan berdosanya aku.
” Maafkan aku Na..maafkan aku.. maafkan kesalahanku pada kalian semuanya..” aku tak mampu melanjutkan perkataanku hanya itulah pintaku pada mereka yang dapat ku ucapkan.
” kamu ini apa – apaan sich. Jangan pikir yang macam dulu, kamu harus banyak beristirahat ” jawab Nisa.
” iya.. kami sudah memaafkan kamu kok. Tenang aja, sekarang kamu istirahat aja dulu. Besok kita sambung lagi pembicaraan kita. Walau bagaimana pun kamu tetap teman kami dari dulu sampai sekarang bahkan untuk ke depan, Insya Allah.” Sambung Natul.
Begituku mendengarkan jawabab dari teman – temanku, bathinku terasa sedikit tenang. Aku pun berusaha memejamkan mataku pelan – pelan. Nanda pun berkata :
” Berhubung kamu sudah sadar kami pamit dulu ya, terutama Natul. Sudah dari tadi di tungguin suaminya. Akhi Fariz tuh di depan pintu. Oh iya Atun ! nanti jika ada apa – apa hubungi saja saya atau ke dokter Natul ya. Insya Allah kami datang. Oke ! Baiklah kami pamit ya. Assalamualaikum..” lalu mereka meninggalkanku.
Apa ? apakah aku tidak salah dengar. Akhi Fariz suaminya Natul. Maksudku Dr.Natul ? Seakan aku tidak percaya aku akan semuanya. Tapi sudahlah besok saja aku tanyakan kepada mereka, aku pun waktu untuk beristirahat.
Hari – hariku di rumah sakit ku lewati tanpa terasakan olehku. Karena aku selalu ditemani dan dihibur oleh bidadari yang shalehah siapa lagi kalau bukan Natul, Nisa dan Nanda. Mereka pun silih berganti menceritakan kisah mereka yang selalu penuh makna dan hikmah. Dari wisuda bersama – sama dalam jangka waktu kurang dari empat tahun dan berhasil meraih pedikat sebagai mahasiswi muda terbaik dari jurusan masing - masing dan IP di atas 3,5. Apalagi Natul yang berhasil menamatkan kuliah dari fakultas kedokteraan setahun kemudian setelah ia tamat dari UIN. Sebulan kemudian ia pun dilamar oleh seorang pemuda yang pernah ku kenal, yaitu akhi Fariz.
Semakin banyak mereka menceritakan keberhasilan mereka, maka hatiku pun terasa remuk dan hancur serta aku merasa iri dan menyesal yang teramat sangat. Iriku bukan karena salah mereka, tapi karena aku gagal mengikuti jejak mereka. Tak ada satu kalimat pun yang dapat ku ucapkan selain
” Ohya..? Selamat ya.” Hanya itu yang mampu ku ucapkan sambil sekali – kali tersenyum kepada mereka walaupuin teramat berat ku lakukan, karena hatiku menangis. Hanya untuk Natul mampu ku ucapkan
” Selamat ya.. akhirnya kamulah pemenang diantara persaingan kita selama ini semenjak di MIN dulu.”. Ia pun hanya menjawab dengan sebuah senyuman di bibirnya. Setelah seminggu di rumah sakit aku pun di izinkan untuk pulang ke rumah, sambil menunggu hasil pemeriksaan terhadapku.
Setelah tiga hari di rumah, kondisiku pun semakin parah. Ku arahkan diriku di hadapan cermin yang ada di kamarku. Aku pun seakan tidak percaya dengan diriku saat ini jika dibandingkan dengan diriku lima tahun yang lalu. Badanku semakin kurus, dengan wajah yang pucat pasi, dan banyak melamun serta berdiam diri. Bagaikan mayat hidup, itulah diriku yang sekarang. Sementara diriku yang dulu sehat, berparas cantik, dengan kulit putih, rambut lurus, dan energik sampai – sampai menjadi idola tidak hanya di masyarakat bahkan juga di dayahku menuntut ilmu. Namun kini, semuanya berubah 180 derajat.
‘ Tok.. tok..’ Atun mengetok pintu kamarku, lalu ia pun masuk. Lalu ia menyerahkan dua amplop surat yang ia temukan. Satu dari rumah sakit dan satu lagi ia tidak tahu darimana yang katanya di temukan dibawah kasur kamarku ketika ia membersihkan kamarku saat aku di rumah sakit. Perlahan kubuka satu – persatu surat yang di antarkan oleh Atun tadi.
Surat yang aku yakini sudah lama dikirimkan, terlihat dari sampul depannya yang sudah usang Betapa terkejutnya aku, ternyata surat ini berasal dari Universitas dimana aku tercatat sebagai salah seorang mahasiswi kedokteran yang menerima hukuman DO (Drop Out) alias di keluarkan dari kampus tersebut. Aku pun menangis menyesal sejadi – jadinya, sepintas terlintas di ingatanku bagaimana dulu mami berpesan :
” Tugas kamu hanya belajar, belajar, belajar. Awas jangan sampai mengecewakan mami dan papi ya? Ingat pesan Mami ! ”begitulah pesan mami waktu itu.
Aku pun terus menangis dan menangis. Lalu aku pun membuka surat kedua yang ku ketahui dari Rumah Sakit. Ku buka perlahan – lahan. Kubaca dengan seksama dan betapa hancurnya hatiku ketika aku mendapatkan isi surat yang menyatakan bahwa
” Dari hasil pemeriksaan laboratorium menyatakan bahwa pasien bernama Sri Rini Putri ‘ POSITIF ‘ hamil dan terserang virus HIV AIDS.”
Aku pun tidak mampu lagi membendung gejolak tekanan jiwa dan aku menjerit sekuat – kuatnya hingga aku merasa dunia seakan gelap gulita, dadaku pun terasa sesak. Aduh.. apa ini.. apa yang terjadi padaku? Mengapa ia begitu sakit. Aku merasa seluruh tubuhku terpisah – pisah dan aku merasakan kehausan yang teramat sangat. Hingga aku pun terpisah dari jasadku dan aku pun dapat melihat tubuhku terhempas di lantai kamarku dalam keadaan terbujur kaku. Oh tidak.. aku ternyata jiwaku sudah terpisah dari jasadku dalam keadaan su’ul khatimah.
Sayup – sayup terdengar suara tangis dari Mami, Papi dan teman – temanku. Tangisan yang menurutku taidak pantas untuk ditangisi. Ingin rasanya aku berteriak memberitahukan mereka bahwa kepergiaanku tidak layak ditangisi malah seharusnya di syukuri, namun aku tidak berdaya untuk itu. Aku juga melihat sebagian warga sekitar rumahku yang membaca Yasinan di samping jasadku dan sebagian lagi sibuk mengurusi pemakamanku. Akhirnya aku pun meninggalkan dunia yang fana ini.
Seminggu kemudian saat orang tuaku membereskan rumah yang ku tempati tempo dulu bersama teman – temanku yang sengaja di undang oleh mami juga dibantu oleh Atun karena hendak di jual. Saat membereskan kamarku, Atun pun menemukan sepucuk surat dari lemariku lalu menyerahkan kepada Mami dan membacanya di hadapan semua yang ada di rumah itu.
Sebuah surat yang ku tuliskan saat hari – hari terakhirku setelah pulang dari rumah sakit yang isinya :
Ku tuliskan sebuah surat yang mewakili hati serta diriku yang hina dan berlumur dosa.
Teruntuk Mami dan Papi yang ku cintai. Sudilah kiranya memaafkan diriku yang tidak dapat menjaga amanat dan memupuskan harapan keluarga. Yang selalu berpura – pura baik ketika ditanya akan perihal diri dan kuliahku. Padahal aku sama sekali tidak memikirkan akan hal itu. Maafkan aku yang tidak berhasil menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua. Karena aku disini selalu berbuat maksiat walaupun tanpa mami dan papi ketahui.
Juga kepada teman – temanku terutama Natul sahabatku. Maafkanlah kesalahanku. Maafkan aku yang tidak pernah mendengar nasihatmu selama ini malah aku menuduhmu dan membencimu. Padahal kau tidak pantas di benci dan disalahi karena laksana bidadari dalam kehidupan ini. Benarlah tentang janji Allah yang selalu kau sebutkan kala itu bahwa :
Perempuan – perempuan yang keji untuk laki – laki yang keji, dan laki – laki yang keji untuk perempuan yang keji pula, sedangkan perempuan – perempuan yang baik untuk laki – laki yang baik, dan laki – laki yang baik untuk perempuan – perempuan yang baik pula......( Annur : 26 ).
Aku pun kini percaya dengan ucapanmu itu. Seperti diriku yang mendapatkan Rio, juga seperti dirimu yang mendapatkan akhi Fariz. Namun sayang, semuanya sudah terlanjur dan telat. Sungguh rasanya tiada berguna lagi kata – kata seandainya, jika, karena semuanya sudah berakhir dan tamat sudah bagiku.
Teruntuk juga sahabat – sahabatku yang membaca dan mengetahui kisahku.
Wahai sahabat..( walaupu ku yakini engkau pun enggan menjadi sahabatku setelah mengetahui kisahku ).
Sungguh kau telah mengetahui kisahku, maka ambillah pelajaran darinya sebelum terlambat. Sebelum tawamu menjadi tangis yang tersedu - sedu. Sebelum kebahagiaanmu menjadi duka yang tiada pernah berujung. Selagi kau masih memiliki waktu untuk merubah diri menjadi lebih baik. Juga selagi kau masih memiliki hati dan pikiran yang sehat untuk berintropeksi diri. Tiadalah guna kau berusaha merubah kembali menjadi nasi jika ia telah menjadi bubur. Ingatlah pesanku. Jagalah dirimu. Ingatlah Allah dan Orang – orang yang kau sayangi dimanapun kau berada. Jangan pernah mengecewakan mereka.
Hanya ini pesan terakhir dari diriku yang berlumur noda dan dosa ini.
Tertanda
Sri Rini Putri
Lalu mami pun melipat suratku sambil mengusap tetesan air di matanya. Mentari pun kembali tersenyum dan menyinari lorong – lorong hati yang gelap.
---((( sekian )))---
Banda Aceh, 4 November 2007
Farid Rizki FR –(( @y!d ))--
Mohon maaf jika terdapat kesamaan nama, karakter, dan pengalaman hidup.
Karena cerita ini hanyalah fiktif belaka dan hanya hasil imajinasi penulis semata.
Terima kasih
cerpen- diary cinta amalia
BY : @y!d
31 agustus 2004
Dear diary.
Ini adalah hari ke tujuh yanti sahabat karibku, berada di tempat pembaringan yang panjang alias meninggal. Sedih rasanya bagiku harus kehilangan seorang sahabat seperti dia. Walaupu kami berbeda agama, tapi kami selalu akur dan kompak saja. Satu permintaannya yang sampai saat ini terus merasuki lorong – lorong hatiku, dan aku tak tahu apakah aku harus melakukannya, aku bingung dan tidak tahu harus berbuat apa..
“ Masuklah ke Agamaku, Mel.. ! kamu akan merasakan kedamaian dan ketentraman yang ku yakin tak pernah kau rasakan selama ini. Kau sahabat terbaikku, Mel.. aku tak ingin hanya bisa berjumpa denganmu di dunia saja, tapi juga di sana nantinya..“ pinta yanti sebelum ia mengucapkan syahadat lalu pergi meninggalkanku untuk selamanya.
6 september 2004
Langit mulai tampak gelap, burung – burung berterbangan di langit biru untuk kembali ke sarangnya. Sementara itu di teras depan rumah biru itu, tampak seorang anak remaja muda, berkulit putih, dengan rambut sebahu yang terurai lurus dan berparas cantik., sedang duduk di atas kursi kayu coklat itu. Tampak jelas dari paras wajahnya, tampak ia sedang gelisah sambil melirik ke jarum jam tangan yang di kenakannya.
“ Mengapa sore ini, suara azan magribnya lama kali ya…? atau akukah yang telalu cepat duduk di sini tuk menunggu azan itu “ tanya bathinku.
Allahu Akbar.. Allahu Akbar… Terdengar suara azan bersahutan dari meunasah gampong sebelah desa dan juga dari mesjid yang tak begitu jauh dari rumahku. Para jamaah salat magrib pun mulai tampak menyusuri jalan di depan rumahku. Mengenakan topi hitam tak berteras, atau kopiah mereka menyebutnya terlihat para pemuda dan orang tua kampung mulai berjalan beriringan menuju mesjid.
Sementara itu, teman – teman putriku juga menuju mesjid dengan mengenakan kain putih lebar yang membungkus seluruh tubuhnya, Telkoum mereka menyebutnya, atau mukena lebih tepatnya begitu kata kakak letingku, Jannatul namanya ketika aku tanya suatu ketika kepadanya di sekolah.
“ Aku heran mengapa hatiku selalu bergetar bila mendengar suara itu, walau ku tak tahu apa arti dan tujuannya. Ingin rasanya ku mengikuti jejak ayahku, untuk bergabung bersama muslim untuk beribadah kepada Tuhan mereka, yang kononku yakini lebih baik dari Tuhanku. Namun, aku masih belum yakin untuk melakukannya“ bisik bathinku.
12 september 2004
Dear diary
Keyakinanku semakin goyah terasa, apalagi setelah ku mendengar rethorika darinya, ustadz Fariz mereka memanggilnya. Walau ku yakin umurnya tak jauh berbeda dariku, dan lebih pantas ku panggil abang. Penjelasannya tadi sangat dapatku terima dengan akal sehat. Tentang Tuhan mereka, Allah mereka menyebutnya. Yang Maha Esa, tak ada Tuhan selain-Nya. Dan tak ada tempat yang pantas untuk kita berharap selain pada-Nya.
Sungguh sangatku yakini, bahwa tak mungkin Tuhan itu memiliki anak, dan bagaimana mungkin ia membiarkan anak-Nya, dianiaya oleh makhluk – Nya dan disalib begitu saja. Fakta membuktikan, jangankan Tuhan, mungkin orang tua atau kita saja marah kalau anak kita di sakiti, apalagi di aniaya.
“ Ayah...coba terangkan kepadaku tentang Tuhanmu yang baru, dimanakah Ia, bagaimana bentuk atau wujudNya, dan bagaimana caranya untuk mempercayaiNya, ayah ? “ tanyaku pada ayah ketika beliau pulang dari mesjid.
“ prak.. “ sebuah tamparan keras mendarat di pipiku.
“ Apa – apaan ayah ini, masa anak bertanya baik – baik, ko’ malah di tampar begitu keras. Apakah itu yang di ajarkan oleh agama barumu itu. Katanya mengajarkan kedamaian dan menjunjung kasih sayang ?“ belaku ketika ayah menamparku tadi.
“ Maafkan ayah buah hatiku.. tapi itulah jawaban dari semua pertanyaan kau tadi” jawab ayah dengan mata berkaca – kaca.
“ Maksud ayah.. ? “ tanyaku heran.
“ Amel.. bukankah tadi kau bertanya..dimanakah Ia, bagaimana bentukNya, dan bagaimana caraNya untuk mempercayaiNya, bukan ?” Tanya ayah padaku balik.
“ Iya benar..tapi maksud Ayah apa ?Apakah ini yang diperintahkan oleh agama baru ayah yang katanya penuh dengan perdamaian dan kasih sayang ? tanyaku dengan penuh keheranan.
“ Baik sekarang tolong dengarkan ayah… ketika ayah tampar pipimu apa yang Amel rasakan ? “tanya ayah.
“ Saa…kit “ jawabku perlahan tapi pasti.
“ Dapatkah kau tunjukkan di mana rasa sakit itu ? bagaimana bentuk rasa sakit itu? terus bagaimana cara Amel meyakini bahwa yang kau rasakan itu adalah rasa sakit?“ tanya ayah. Aku diam seribu bahasa karena tak bisa menjawab pertanyaan ayah tadi dan tanpa menunggu lagi, ayah pun berkata
“ Itulah jawaban dari pertanyaan kamu tadi. Allah itu tak dapat ayah katakan di mana posisi-Nya, tapi yang pasti ia selalu berada di hati ayah. Sementara bentuk atau wujud-Nya, tak ada satu makhluk pun yang tahu dan punya ilmu tentang dzatNya. Pastinya bentuk-Nya tak sama dengan semua makhluq-Nya. Terus bagaimana ayah meyakini itu sebagai tuhan? Tanyaku balik. Ya.. seperti rasa sakit yang kau rasakan tadi, walaupun bentuk atau wujud-Nya ayah tak tahu, tapi kehadiran-Nya dapat ayah rasakan dengan pasti di sanubari ayah.
Hal ini dapat ayah rasakan ketika ayah mengingat-Nya, tak seperti apa yang ayah rasakan dulu ketika sebelum memeluk agama ini. Bagaimana, apakah kau mengerti ? silakan kau cerna lagi jawaban ayah tadi. Sekali lagi maafkan ayah atas ksikap ayah tadi ya buah hatiku... andaikan engkau tidak rela, ayah bersedia menerima balasan yang setimpal darimu“ kata ayah sambil mencium keningku dan berlalu dari hadapanku.
18 september 2004
Aku tak mengerti
Terhadap diriku kini
Ada apa dengan diriku
Dan dengan semua sikapku
Aneh..
Sungguh aneh rasanya bagiku
Tak mengenal siapa diriku
Mengapa ku seperti ini
Siapa ….
Siapakah yang sebenarnya salah
Aku atau merekakah yang salah
Ataukah tak ada yang salah
Bingung..
Aku bingung dengan semua ini
Mengapa aku menangis hanya karena ini
Kemana kini diriku yang dulu
Ku tak mengerti
Mengapa api itu bisa membesar
Padahal ia di siram oleh air embun
Tanpa ada sedikit minyak pun yang tercampur
Kemanakah diriku yang dulu
Yang mampu tersenyum dan tertawa
Walaupun badai masalah melandaku
Kemana.. kemanakah ia kini..
Di mana jawabnya kan ku temui
Mengapa ini bisa terjadi
Berilah petunjuk-Mu Tuhan
Itulah yang kini ku alami.. aku bingung dengan diriku sendiri. Mengapa diriku seakan semakin dekat dengan agama Islam, padahal aku sendiri bukan seorang muslim. Malam – malamku semakin indah rasanya, ketika ku memikirkan tentang agama itu. Semuanya.. ya semuanya.. dari agamanya, penganutnya, dan juga yang membawa agama itu, Muhammad namanya.
Sosok yang kini ku yakini paling perfect di dunia ini, hal ini ku ketahui dari buku–buku yang aku baca dari perpustakaan sekolah juga dari kawan – kawanku yang kebanyakan anak aktifis rohis sekolah. Walaupun kami berbeda agama, tapi mereka sangat baik dan akrab denganku serta tidak pernah memaksaku untuk mengikuti keyakinan mereka.
Ingin rasanya diriku seperti mereka, setiap saat bisa beribadah kepada Tuhan-Nya, tidak seperti aku dan bunda, yang hanya seminggu sekali itupun masih bolong – bolong. Resah yang mendera kian kian terasa, mengusik jiwaku dan memupuskan percaya diriku, hidup ku kini serasa tak pasti, di antara dua pilihan yang belumku mengerti.
“ Amel… Amel.. buka pintunya sayang..” terdengar ayah memanggilku dari luar kamarku.
Setelah kubuka pintu dan aku persilahkan, ayah pun masuk. “ Amel kamu kenapa sayang, kenapa akhir – akhir ini ayah liat kamu seperti sedang dilanda masalah yang amat berat ya ?” tanyanya sambil meletakkan sebuah kitab suci barunya itu yang lebih dikenal dengan nama Alquran di atas meja kamarku.
Bathinku tersentak seketika, ingin rasanya ku curahkan semuanya pada ayah. Tapi tak tahu kenapa tiba – tiba bibirku ini kaku, dan berat bagiku untuk mengatakannya. Aku hanya bisa menangis sambil menatap ayah.
Ayah yang menyadari akan keadaanku akhirnya memohon pamit,
” Sudah.. kalau kau tidak bisa jawab sekarang, nanti saja. Sekarang kau istirahat dulu ya “ pintanya sambil keluar. Sementara aku lagi – lagi hanya bisa terdiam sambil ditemani bantal dan boneka kesayanganku.
“ Bunda.. andai ku dapat menjemputmu di surga sana, dan ingin rasanya ku curahkan jeritan bathinku padamu.. bunda..aku rindu padamu..” jerit qalbuku.
Kulirik ke sekitarku, dan mataku tertuju kepada sebuah buku yang di bawa oleh ayahku tadi. Yah.. ternyata buku itu ada artinya. Kubaca lembaran demi lembaran, dan aku seakan tak percaya. Makin lama kubaca semakin asyik dan damai rasa hatiku. Semua yang kubaca ternyata dapat diterima oleh naluriku.
Kini aku baru sadar, ternyata kakak yang aku kenal di sekolah itu. Adem rasanya bila aku melihatnya, ternyata mereka mengamalkan ajarannya dengan baik. Aku lalu tutup kitab yang berada ditanganku, dan tiba – tiba badanku menggigil dan butiran – butiran bening terus mengalir tanpa dapat ku hadang, aku merasakan rindu yang teramat sangat, walau ku tak tahu harus ku alamatkan pada siapa rasa rinduku.
24 september 2004
Ry.....
Kicauan burung yang damai serta udara yang segar, kembali menemaniku di ruang kecil berukuran 3 X 4 meter bercat putih ini. Ku melirik kearah kalender mungil yang tepat berada di samping ranjang tidurku.. satu, dua,… tujuh, yah..ini adalah hari ketujuhku atau seminggu sudah kulalui dengan jarum infuse yang terpasang di tanganku.
“ Kelelahan dan panas tinggi “ itulah jawaban yang di berikan oleh Dr.Ari ketika ku tanya tentang penyakitku. Aku tak puas akan jawaban itu, tapi aku tetap menerimanya, walau ku yakin sebenarnya ia pun tak tahu akan penyakitku ini
“ Suster Rima.. “ panggilku pelan. Suster yang berkerudung besar namun rapi itu pun menoleh padaku
“ Ya.. ada apa sayang..? ada yang bisa suster, bantu ?“ tanyanya.
“ Suster orang islam yang taatkan..?” tanyaku ragu – ragu. “ ehm… maksudmu?“ tanyanya sambil mengkerutkan dahi.
“ Sus.. tolong ceritakan padaku.. tentang tuhan, dan agamamu, sus..? “ pintaku perlahan tapi pasti. Setelah terdiam sejenak dan memahami maksudku, ia pun menceritakan semuanya.
Akhir ceritanya ia pun mengatakan “ Pokoknya.. apapun yang kami lakukan, asalkan demi Allah, ikhlas dan tentunya yang baik – baik. Insya Allah akan bernilai ibadah, jadi kapanpun, dan di manapun kami bisa beribadah pada-Nya. Oke dek.. suster pamit dulu ya, karena masih banyak tugas lain.“ pintanya sambil berlalu meninggalkanku sendirian.
Gejolak hatiku semakin bertambah, dan pikiranku pun melayang – layang tak tentu arah dan tujuan. Tiba – tiba.. ahk..mengapa badanku menjadi dingin begini, dan mengapa aku dapat melihat diriku sendiri. Mengapa wajahku pucat sekali, ku arahkan penglihatan ke sekelilingku, dan.. ayah.. ya. Itu ayahku.. mengapa ia menangis. Mengapa mereka menangis.. apakah aku sudah….
“ Dimana aku.. mengapa tempat ini sangat asing bagiku.. dan wow.. tempat apa ini, mengapa ia begitu indah. Tak pernah rasanya seumur hidupku melihat tempat sebagus ini. Aku hanya bisa terdiam, sambil memandangi indahnya alam di hadapanku, apakah ini yang dinamakan surga. Seperti yang pernah di ceritakan oleh suster rima tadi ?” bisik bathinku.
Ingin rasanya ku memasukinya, tapi sosok itu melarangku. Sosok yang ramah dan baik itu melarangku dengan keras, ia pun mengatakan
“ Maaf.. di sini bukan tempat anda, karena anda bukan golongan yang di janjikan untuk mendapatkannya “ aku pun hanya bisa menangis di hadapannya.
Keheranan dan ketakjubanku pun seakan tak pernah habis, tapi tiba – tiba..
”ahk.. apa ini, tempat apaan ini, mengapa ia begitu panas dan sangat hina. Apakah ini yang di sebut neraka. Tolong.. sesosok yang sangat menakutkan lagi kasar itu pun mencoba menarikku ke dalamnya, lepaskan.. lepaskan… tolong.. tolong..lepaskan aku ”jeritku.
“ Alhamdulillah “ terdengar suara yang sangat kuhafal, ya.. itu adalah suara ayahku. Kubukakan mataku perlahan - lahan, “ syukurlah.. akhirnya kau siuman, anakku “ terdengar suara ayah sambil mencium tanganku.
“ Dimana aku ayah.. ? ada apa denganku ?“ tanyaku pelan. “ Kau di ruang ICU sayang, sekarang istirahlah dulu, nanti ayah ceritakan.“jawabnya
30 september 2004
Diary yang manis..
Mengapa kau diam saja. Apakah kau tak mendengar suara itu. “ Allahu Akbar.. Allahu Akbar.. “ terdengar suara azan dari mesjid raya yang tak jauh dari rumah sakit di mana aku di rawat. Suara yang selalu ku rindukan ketika malam gelap gulita, dan yang menenteramkanku ketika sang surya tenggelam.
Aku kini sudah sembuh., kata dokter besok aku sudah bisa pulang ke rumah. Namun ayah memintaku untuk tetap di rumah sakit, dan lusa baru boleh pulang.
“ Sadaqallahul ‘adzim “ ucap ayahku selesai membaca quran miliknya.
“ Ayah.. aku ingin meminta sesuatu ayah. Bolehkan ?” bisikku padanya.
“ Ehm.. kau mau meminta apa, sayang ? katakanlah.. “ jawabnya.
Perlahan – lahan namun pasti ku coba merangkai kata – kata untuk ku ucapkan padanya, dan dengan menarik napas panjang
“ Ayah.. aku ingin…” bibirku bergetar hebat.
“ ingin apa ? katakan saja. Nanti biar ayah belikan “ jawabnya.
“ Tidak ayah.. aku tidak ingin itu…Aku hanya ingin.. “ aku pun kembali diam, sementara ayah hanya diam sambil menunggu kata – kata dariku
” Aku ingin… sepertimu, ayah ! aku ingin memeluk agamamu ayah“ lanjutku dan lega rasanya.
“ Apa..apakah ayah tidak salah mendengar. Kau tidak mengigaukan ?” tanya ayah dengan mata berkaca – kaca dan memastikan kondidiku.
“ Ya.. ayah.. aku ingin sepertimu ayah, aku ingin menjadi muslim sepertimu.., ayah maukan membantuku “ pintaku. Sambil memeluk erat tubuhku ayah pun berkata “ Alhamdulillah.. tentu saja sayang. Ayah akan membantumu. “ dan tanpa tearsa butiran – butiran bening terus mengalir dari sudut mataku.
6 oktober 2004
Huaamm…..
Mentari pagi masih berselimut awan malam, burung – burung kecil masih asyik tidur di rumahnya masing – masing, embun pagi masih membasahi dedaunan hijau.tetapi tidak begitu halnya denganku, aku telah terjaga dari tidurku yang paling tenang ku rasakan sejak beberapa hari yang lalu. Ku langkahkan kakiku menuju kamar mandi di samping kamar tidurku.
Selesai mandi dan berpakaian rapi, aku pun mulai mencoba – coba mengenakan jilbab yang di hadiahi oleh kak Jannatul untukku kemarin. Jilbab berwarna putih polos itu, ku kenakan di depan cermin besar lemariku.
Walau agak susah waktu mengenakannya, akhirnya berhasil juga. Wah.. ternyata aku tampak lebih anggun dan bersahaja jika memakai jilbab daripada menampakkan rambutku, yang dulu sangat ku bangga – banggakan dan seringku pamerkan di hadapan kawan – kawanku ketika SMP dulu. Aku merasa lebih nyaman dengan pakaian yang menutup aurat ini.
“ Ayah.. bangun ayah. Salat subuh dulu “ panggilku seraya mengetuk pintu kamar ayahku.
“ Ayah sudah salat , sayang..” jawabnya sambil membuka pintu kamarnya
“ Wah.. siap ini ? kamu manusia atau bidadari ? mengapa cantik sekali anak ayah? kamu sudah yakinkan pada… ? ” pujian ayah sambil bercanda dan aku pun langsung memotong perkataannya
“ Ayah meragukanku”. jawabku. ( tolong ayah jangan ragukan aku, please..! pintaku dalam hati )
Hari ini adalah hari jumat, dan ternyata niatku untuk masuk islam ternyata sudah menyebar keseluruh pelosok sekolah. Hari ini sekolahku, mempercepat jadwal pulang sekolah. Karena ada acara, yang bisa ku katakana acara untukku. Aku melihat dari kejauhan, tampak para aktivis dakwah sekolahku, atau anak – anak rohis mereka telah berkumpul semua di mushalla.
“ Ingin melihat aku bersyahadat “ begitu kata Siti temanku yang kebetulan juga anak rohis.
Kulangkahkan kakiku menuju mushala itu di dampingi ayah, guru agama di sekolahku, dan beberapa dewan guru, serta kepala sekolah. Setelah mendengarkan sedikit nasehat dari pak kepsek, dan juga dari guru agama serta sambutan dari ayah. Acara pengucapan syahadat olehku pun di lakukan.
Terbata – bata namun pasti aku pun berkata
“ Teman – teman dan guru – guru yang Amel banggakan, mulai hari ini amel menyatakan bahwa amel sekarang menjadi saudara – saudara kalian yang nantinya akan seiman dan seagama dengan kalian.” kataku.
“ Bismillahirrahman.nirrahim.. Asyhadualla ilaha ilallah wa asyhaduanna Muhammadur rasulullah. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan nabi Muhammad adalah utusan Allah “ ucapku dengan mantap.
“ Allahu Akbar..” terdengar teriakan histeris dari ketua rohis yang di sambut teriakan serupa dari para anggota rohis yang lainnya. Dan tanpa terasa butiran – butiran bening dari sudut mataku terus mengalir deras tanpa bisa ku bendung lagi.
Mulai hari ini namaku di ubah dari Pretty Amelia menjadi Rizki Amalia.dan panggillah aku dengan sebutan ukhti lia, karena kini aku sudah resmi menjadi anggota rohis di sekolah.
---((( Sekian )))---
Rohis singkatan dari rohani islam ( organisasi dakwah di sekolah – sekolah )
Kopiah = peci
Telkoum = mukena
Meunasah = mushalla, surau
Gampong = kampung
Rethorika = pidato, ceramah
Syahadat = ikrar, sumpah, persaksian
Oleh :
FARID “ @yid “ RIZKI
1 Desember 2006
31 agustus 2004
Dear diary.
Ini adalah hari ke tujuh yanti sahabat karibku, berada di tempat pembaringan yang panjang alias meninggal. Sedih rasanya bagiku harus kehilangan seorang sahabat seperti dia. Walaupu kami berbeda agama, tapi kami selalu akur dan kompak saja. Satu permintaannya yang sampai saat ini terus merasuki lorong – lorong hatiku, dan aku tak tahu apakah aku harus melakukannya, aku bingung dan tidak tahu harus berbuat apa..
“ Masuklah ke Agamaku, Mel.. ! kamu akan merasakan kedamaian dan ketentraman yang ku yakin tak pernah kau rasakan selama ini. Kau sahabat terbaikku, Mel.. aku tak ingin hanya bisa berjumpa denganmu di dunia saja, tapi juga di sana nantinya..“ pinta yanti sebelum ia mengucapkan syahadat lalu pergi meninggalkanku untuk selamanya.
6 september 2004
Langit mulai tampak gelap, burung – burung berterbangan di langit biru untuk kembali ke sarangnya. Sementara itu di teras depan rumah biru itu, tampak seorang anak remaja muda, berkulit putih, dengan rambut sebahu yang terurai lurus dan berparas cantik., sedang duduk di atas kursi kayu coklat itu. Tampak jelas dari paras wajahnya, tampak ia sedang gelisah sambil melirik ke jarum jam tangan yang di kenakannya.
“ Mengapa sore ini, suara azan magribnya lama kali ya…? atau akukah yang telalu cepat duduk di sini tuk menunggu azan itu “ tanya bathinku.
Allahu Akbar.. Allahu Akbar… Terdengar suara azan bersahutan dari meunasah gampong sebelah desa dan juga dari mesjid yang tak begitu jauh dari rumahku. Para jamaah salat magrib pun mulai tampak menyusuri jalan di depan rumahku. Mengenakan topi hitam tak berteras, atau kopiah mereka menyebutnya terlihat para pemuda dan orang tua kampung mulai berjalan beriringan menuju mesjid.
Sementara itu, teman – teman putriku juga menuju mesjid dengan mengenakan kain putih lebar yang membungkus seluruh tubuhnya, Telkoum mereka menyebutnya, atau mukena lebih tepatnya begitu kata kakak letingku, Jannatul namanya ketika aku tanya suatu ketika kepadanya di sekolah.
“ Aku heran mengapa hatiku selalu bergetar bila mendengar suara itu, walau ku tak tahu apa arti dan tujuannya. Ingin rasanya ku mengikuti jejak ayahku, untuk bergabung bersama muslim untuk beribadah kepada Tuhan mereka, yang kononku yakini lebih baik dari Tuhanku. Namun, aku masih belum yakin untuk melakukannya“ bisik bathinku.
12 september 2004
Dear diary
Keyakinanku semakin goyah terasa, apalagi setelah ku mendengar rethorika darinya, ustadz Fariz mereka memanggilnya. Walau ku yakin umurnya tak jauh berbeda dariku, dan lebih pantas ku panggil abang. Penjelasannya tadi sangat dapatku terima dengan akal sehat. Tentang Tuhan mereka, Allah mereka menyebutnya. Yang Maha Esa, tak ada Tuhan selain-Nya. Dan tak ada tempat yang pantas untuk kita berharap selain pada-Nya.
Sungguh sangatku yakini, bahwa tak mungkin Tuhan itu memiliki anak, dan bagaimana mungkin ia membiarkan anak-Nya, dianiaya oleh makhluk – Nya dan disalib begitu saja. Fakta membuktikan, jangankan Tuhan, mungkin orang tua atau kita saja marah kalau anak kita di sakiti, apalagi di aniaya.
“ Ayah...coba terangkan kepadaku tentang Tuhanmu yang baru, dimanakah Ia, bagaimana bentuk atau wujudNya, dan bagaimana caranya untuk mempercayaiNya, ayah ? “ tanyaku pada ayah ketika beliau pulang dari mesjid.
“ prak.. “ sebuah tamparan keras mendarat di pipiku.
“ Apa – apaan ayah ini, masa anak bertanya baik – baik, ko’ malah di tampar begitu keras. Apakah itu yang di ajarkan oleh agama barumu itu. Katanya mengajarkan kedamaian dan menjunjung kasih sayang ?“ belaku ketika ayah menamparku tadi.
“ Maafkan ayah buah hatiku.. tapi itulah jawaban dari semua pertanyaan kau tadi” jawab ayah dengan mata berkaca – kaca.
“ Maksud ayah.. ? “ tanyaku heran.
“ Amel.. bukankah tadi kau bertanya..dimanakah Ia, bagaimana bentukNya, dan bagaimana caraNya untuk mempercayaiNya, bukan ?” Tanya ayah padaku balik.
“ Iya benar..tapi maksud Ayah apa ?Apakah ini yang diperintahkan oleh agama baru ayah yang katanya penuh dengan perdamaian dan kasih sayang ? tanyaku dengan penuh keheranan.
“ Baik sekarang tolong dengarkan ayah… ketika ayah tampar pipimu apa yang Amel rasakan ? “tanya ayah.
“ Saa…kit “ jawabku perlahan tapi pasti.
“ Dapatkah kau tunjukkan di mana rasa sakit itu ? bagaimana bentuk rasa sakit itu? terus bagaimana cara Amel meyakini bahwa yang kau rasakan itu adalah rasa sakit?“ tanya ayah. Aku diam seribu bahasa karena tak bisa menjawab pertanyaan ayah tadi dan tanpa menunggu lagi, ayah pun berkata
“ Itulah jawaban dari pertanyaan kamu tadi. Allah itu tak dapat ayah katakan di mana posisi-Nya, tapi yang pasti ia selalu berada di hati ayah. Sementara bentuk atau wujud-Nya, tak ada satu makhluk pun yang tahu dan punya ilmu tentang dzatNya. Pastinya bentuk-Nya tak sama dengan semua makhluq-Nya. Terus bagaimana ayah meyakini itu sebagai tuhan? Tanyaku balik. Ya.. seperti rasa sakit yang kau rasakan tadi, walaupun bentuk atau wujud-Nya ayah tak tahu, tapi kehadiran-Nya dapat ayah rasakan dengan pasti di sanubari ayah.
Hal ini dapat ayah rasakan ketika ayah mengingat-Nya, tak seperti apa yang ayah rasakan dulu ketika sebelum memeluk agama ini. Bagaimana, apakah kau mengerti ? silakan kau cerna lagi jawaban ayah tadi. Sekali lagi maafkan ayah atas ksikap ayah tadi ya buah hatiku... andaikan engkau tidak rela, ayah bersedia menerima balasan yang setimpal darimu“ kata ayah sambil mencium keningku dan berlalu dari hadapanku.
18 september 2004
Aku tak mengerti
Terhadap diriku kini
Ada apa dengan diriku
Dan dengan semua sikapku
Aneh..
Sungguh aneh rasanya bagiku
Tak mengenal siapa diriku
Mengapa ku seperti ini
Siapa ….
Siapakah yang sebenarnya salah
Aku atau merekakah yang salah
Ataukah tak ada yang salah
Bingung..
Aku bingung dengan semua ini
Mengapa aku menangis hanya karena ini
Kemana kini diriku yang dulu
Ku tak mengerti
Mengapa api itu bisa membesar
Padahal ia di siram oleh air embun
Tanpa ada sedikit minyak pun yang tercampur
Kemanakah diriku yang dulu
Yang mampu tersenyum dan tertawa
Walaupun badai masalah melandaku
Kemana.. kemanakah ia kini..
Di mana jawabnya kan ku temui
Mengapa ini bisa terjadi
Berilah petunjuk-Mu Tuhan
Itulah yang kini ku alami.. aku bingung dengan diriku sendiri. Mengapa diriku seakan semakin dekat dengan agama Islam, padahal aku sendiri bukan seorang muslim. Malam – malamku semakin indah rasanya, ketika ku memikirkan tentang agama itu. Semuanya.. ya semuanya.. dari agamanya, penganutnya, dan juga yang membawa agama itu, Muhammad namanya.
Sosok yang kini ku yakini paling perfect di dunia ini, hal ini ku ketahui dari buku–buku yang aku baca dari perpustakaan sekolah juga dari kawan – kawanku yang kebanyakan anak aktifis rohis sekolah. Walaupun kami berbeda agama, tapi mereka sangat baik dan akrab denganku serta tidak pernah memaksaku untuk mengikuti keyakinan mereka.
Ingin rasanya diriku seperti mereka, setiap saat bisa beribadah kepada Tuhan-Nya, tidak seperti aku dan bunda, yang hanya seminggu sekali itupun masih bolong – bolong. Resah yang mendera kian kian terasa, mengusik jiwaku dan memupuskan percaya diriku, hidup ku kini serasa tak pasti, di antara dua pilihan yang belumku mengerti.
“ Amel… Amel.. buka pintunya sayang..” terdengar ayah memanggilku dari luar kamarku.
Setelah kubuka pintu dan aku persilahkan, ayah pun masuk. “ Amel kamu kenapa sayang, kenapa akhir – akhir ini ayah liat kamu seperti sedang dilanda masalah yang amat berat ya ?” tanyanya sambil meletakkan sebuah kitab suci barunya itu yang lebih dikenal dengan nama Alquran di atas meja kamarku.
Bathinku tersentak seketika, ingin rasanya ku curahkan semuanya pada ayah. Tapi tak tahu kenapa tiba – tiba bibirku ini kaku, dan berat bagiku untuk mengatakannya. Aku hanya bisa menangis sambil menatap ayah.
Ayah yang menyadari akan keadaanku akhirnya memohon pamit,
” Sudah.. kalau kau tidak bisa jawab sekarang, nanti saja. Sekarang kau istirahat dulu ya “ pintanya sambil keluar. Sementara aku lagi – lagi hanya bisa terdiam sambil ditemani bantal dan boneka kesayanganku.
“ Bunda.. andai ku dapat menjemputmu di surga sana, dan ingin rasanya ku curahkan jeritan bathinku padamu.. bunda..aku rindu padamu..” jerit qalbuku.
Kulirik ke sekitarku, dan mataku tertuju kepada sebuah buku yang di bawa oleh ayahku tadi. Yah.. ternyata buku itu ada artinya. Kubaca lembaran demi lembaran, dan aku seakan tak percaya. Makin lama kubaca semakin asyik dan damai rasa hatiku. Semua yang kubaca ternyata dapat diterima oleh naluriku.
Kini aku baru sadar, ternyata kakak yang aku kenal di sekolah itu. Adem rasanya bila aku melihatnya, ternyata mereka mengamalkan ajarannya dengan baik. Aku lalu tutup kitab yang berada ditanganku, dan tiba – tiba badanku menggigil dan butiran – butiran bening terus mengalir tanpa dapat ku hadang, aku merasakan rindu yang teramat sangat, walau ku tak tahu harus ku alamatkan pada siapa rasa rinduku.
24 september 2004
Ry.....
Kicauan burung yang damai serta udara yang segar, kembali menemaniku di ruang kecil berukuran 3 X 4 meter bercat putih ini. Ku melirik kearah kalender mungil yang tepat berada di samping ranjang tidurku.. satu, dua,… tujuh, yah..ini adalah hari ketujuhku atau seminggu sudah kulalui dengan jarum infuse yang terpasang di tanganku.
“ Kelelahan dan panas tinggi “ itulah jawaban yang di berikan oleh Dr.Ari ketika ku tanya tentang penyakitku. Aku tak puas akan jawaban itu, tapi aku tetap menerimanya, walau ku yakin sebenarnya ia pun tak tahu akan penyakitku ini
“ Suster Rima.. “ panggilku pelan. Suster yang berkerudung besar namun rapi itu pun menoleh padaku
“ Ya.. ada apa sayang..? ada yang bisa suster, bantu ?“ tanyanya.
“ Suster orang islam yang taatkan..?” tanyaku ragu – ragu. “ ehm… maksudmu?“ tanyanya sambil mengkerutkan dahi.
“ Sus.. tolong ceritakan padaku.. tentang tuhan, dan agamamu, sus..? “ pintaku perlahan tapi pasti. Setelah terdiam sejenak dan memahami maksudku, ia pun menceritakan semuanya.
Akhir ceritanya ia pun mengatakan “ Pokoknya.. apapun yang kami lakukan, asalkan demi Allah, ikhlas dan tentunya yang baik – baik. Insya Allah akan bernilai ibadah, jadi kapanpun, dan di manapun kami bisa beribadah pada-Nya. Oke dek.. suster pamit dulu ya, karena masih banyak tugas lain.“ pintanya sambil berlalu meninggalkanku sendirian.
Gejolak hatiku semakin bertambah, dan pikiranku pun melayang – layang tak tentu arah dan tujuan. Tiba – tiba.. ahk..mengapa badanku menjadi dingin begini, dan mengapa aku dapat melihat diriku sendiri. Mengapa wajahku pucat sekali, ku arahkan penglihatan ke sekelilingku, dan.. ayah.. ya. Itu ayahku.. mengapa ia menangis. Mengapa mereka menangis.. apakah aku sudah….
“ Dimana aku.. mengapa tempat ini sangat asing bagiku.. dan wow.. tempat apa ini, mengapa ia begitu indah. Tak pernah rasanya seumur hidupku melihat tempat sebagus ini. Aku hanya bisa terdiam, sambil memandangi indahnya alam di hadapanku, apakah ini yang dinamakan surga. Seperti yang pernah di ceritakan oleh suster rima tadi ?” bisik bathinku.
Ingin rasanya ku memasukinya, tapi sosok itu melarangku. Sosok yang ramah dan baik itu melarangku dengan keras, ia pun mengatakan
“ Maaf.. di sini bukan tempat anda, karena anda bukan golongan yang di janjikan untuk mendapatkannya “ aku pun hanya bisa menangis di hadapannya.
Keheranan dan ketakjubanku pun seakan tak pernah habis, tapi tiba – tiba..
”ahk.. apa ini, tempat apaan ini, mengapa ia begitu panas dan sangat hina. Apakah ini yang di sebut neraka. Tolong.. sesosok yang sangat menakutkan lagi kasar itu pun mencoba menarikku ke dalamnya, lepaskan.. lepaskan… tolong.. tolong..lepaskan aku ”jeritku.
“ Alhamdulillah “ terdengar suara yang sangat kuhafal, ya.. itu adalah suara ayahku. Kubukakan mataku perlahan - lahan, “ syukurlah.. akhirnya kau siuman, anakku “ terdengar suara ayah sambil mencium tanganku.
“ Dimana aku ayah.. ? ada apa denganku ?“ tanyaku pelan. “ Kau di ruang ICU sayang, sekarang istirahlah dulu, nanti ayah ceritakan.“jawabnya
30 september 2004
Diary yang manis..
Mengapa kau diam saja. Apakah kau tak mendengar suara itu. “ Allahu Akbar.. Allahu Akbar.. “ terdengar suara azan dari mesjid raya yang tak jauh dari rumah sakit di mana aku di rawat. Suara yang selalu ku rindukan ketika malam gelap gulita, dan yang menenteramkanku ketika sang surya tenggelam.
Aku kini sudah sembuh., kata dokter besok aku sudah bisa pulang ke rumah. Namun ayah memintaku untuk tetap di rumah sakit, dan lusa baru boleh pulang.
“ Sadaqallahul ‘adzim “ ucap ayahku selesai membaca quran miliknya.
“ Ayah.. aku ingin meminta sesuatu ayah. Bolehkan ?” bisikku padanya.
“ Ehm.. kau mau meminta apa, sayang ? katakanlah.. “ jawabnya.
Perlahan – lahan namun pasti ku coba merangkai kata – kata untuk ku ucapkan padanya, dan dengan menarik napas panjang
“ Ayah.. aku ingin…” bibirku bergetar hebat.
“ ingin apa ? katakan saja. Nanti biar ayah belikan “ jawabnya.
“ Tidak ayah.. aku tidak ingin itu…Aku hanya ingin.. “ aku pun kembali diam, sementara ayah hanya diam sambil menunggu kata – kata dariku
” Aku ingin… sepertimu, ayah ! aku ingin memeluk agamamu ayah“ lanjutku dan lega rasanya.
“ Apa..apakah ayah tidak salah mendengar. Kau tidak mengigaukan ?” tanya ayah dengan mata berkaca – kaca dan memastikan kondidiku.
“ Ya.. ayah.. aku ingin sepertimu ayah, aku ingin menjadi muslim sepertimu.., ayah maukan membantuku “ pintaku. Sambil memeluk erat tubuhku ayah pun berkata “ Alhamdulillah.. tentu saja sayang. Ayah akan membantumu. “ dan tanpa tearsa butiran – butiran bening terus mengalir dari sudut mataku.
6 oktober 2004
Huaamm…..
Mentari pagi masih berselimut awan malam, burung – burung kecil masih asyik tidur di rumahnya masing – masing, embun pagi masih membasahi dedaunan hijau.tetapi tidak begitu halnya denganku, aku telah terjaga dari tidurku yang paling tenang ku rasakan sejak beberapa hari yang lalu. Ku langkahkan kakiku menuju kamar mandi di samping kamar tidurku.
Selesai mandi dan berpakaian rapi, aku pun mulai mencoba – coba mengenakan jilbab yang di hadiahi oleh kak Jannatul untukku kemarin. Jilbab berwarna putih polos itu, ku kenakan di depan cermin besar lemariku.
Walau agak susah waktu mengenakannya, akhirnya berhasil juga. Wah.. ternyata aku tampak lebih anggun dan bersahaja jika memakai jilbab daripada menampakkan rambutku, yang dulu sangat ku bangga – banggakan dan seringku pamerkan di hadapan kawan – kawanku ketika SMP dulu. Aku merasa lebih nyaman dengan pakaian yang menutup aurat ini.
“ Ayah.. bangun ayah. Salat subuh dulu “ panggilku seraya mengetuk pintu kamar ayahku.
“ Ayah sudah salat , sayang..” jawabnya sambil membuka pintu kamarnya
“ Wah.. siap ini ? kamu manusia atau bidadari ? mengapa cantik sekali anak ayah? kamu sudah yakinkan pada… ? ” pujian ayah sambil bercanda dan aku pun langsung memotong perkataannya
“ Ayah meragukanku”. jawabku. ( tolong ayah jangan ragukan aku, please..! pintaku dalam hati )
Hari ini adalah hari jumat, dan ternyata niatku untuk masuk islam ternyata sudah menyebar keseluruh pelosok sekolah. Hari ini sekolahku, mempercepat jadwal pulang sekolah. Karena ada acara, yang bisa ku katakana acara untukku. Aku melihat dari kejauhan, tampak para aktivis dakwah sekolahku, atau anak – anak rohis mereka telah berkumpul semua di mushalla.
“ Ingin melihat aku bersyahadat “ begitu kata Siti temanku yang kebetulan juga anak rohis.
Kulangkahkan kakiku menuju mushala itu di dampingi ayah, guru agama di sekolahku, dan beberapa dewan guru, serta kepala sekolah. Setelah mendengarkan sedikit nasehat dari pak kepsek, dan juga dari guru agama serta sambutan dari ayah. Acara pengucapan syahadat olehku pun di lakukan.
Terbata – bata namun pasti aku pun berkata
“ Teman – teman dan guru – guru yang Amel banggakan, mulai hari ini amel menyatakan bahwa amel sekarang menjadi saudara – saudara kalian yang nantinya akan seiman dan seagama dengan kalian.” kataku.
“ Bismillahirrahman.nirrahim.. Asyhadualla ilaha ilallah wa asyhaduanna Muhammadur rasulullah. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan nabi Muhammad adalah utusan Allah “ ucapku dengan mantap.
“ Allahu Akbar..” terdengar teriakan histeris dari ketua rohis yang di sambut teriakan serupa dari para anggota rohis yang lainnya. Dan tanpa terasa butiran – butiran bening dari sudut mataku terus mengalir deras tanpa bisa ku bendung lagi.
Mulai hari ini namaku di ubah dari Pretty Amelia menjadi Rizki Amalia.dan panggillah aku dengan sebutan ukhti lia, karena kini aku sudah resmi menjadi anggota rohis di sekolah.
---((( Sekian )))---
Rohis singkatan dari rohani islam ( organisasi dakwah di sekolah – sekolah )
Kopiah = peci
Telkoum = mukena
Meunasah = mushalla, surau
Gampong = kampung
Rethorika = pidato, ceramah
Syahadat = ikrar, sumpah, persaksian
Oleh :
FARID “ @yid “ RIZKI
1 Desember 2006
Langganan:
Postingan (Atom)